https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/issue/feedJurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)2025-06-08T13:45:33+00:00Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)[email protected]Open Journal Systems sitemaphttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/281Dermatitis Kontak Iritan dengan Infeksi Sekunder Bakteri2025-02-06T23:05:33+00:00Indah Pramesti[email protected]Lusiana Lusiana[email protected]Hadi Firmansyah Sidiq[email protected]<p>Dermatitis Kontak Iritan (DKI) merupakan peradangan kulit yang disebabkan oleh pajanan bahan yang bersifat iritan dan terjadi akibat reaksi non imunologi. Salah satu bagian tubuh yang sering terkena DKI yaitu tangan. Kelainan kulit tergantung sifat bahan iritan. Pada gejala akut ditimbulkan oleh iritan kuat, sedangkan gejala kronis timbul karena iritan lemah (air, bahan pelarut, deterjen, dan sabun). Infeksi sekunder bakteri terjadi ketika integritas kulit mengalami kerusakan dan imun lokal mengalami perubahan akibat penyakit kulit primer yang diikuti oleh infeksi bakteri. Dilaporkan sebuah kasus, pasien seorang wanita berusia 43 tahun, pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT), datang dengan keluhan bercak merah dengan luka bernanah pada jari tengah dan telapak tangan kanan dan kiri yang disertai rasa nyeri, perih, gatal, dan kulit terkelupas yang semakin memberat sejak 3 minggu SMRS. Keluhan saat ini muncul sejak 2 bulan SMRS dengan kelainan pada kulit yang sudah terinfeksi ditandai dengan adanya nanah. Pertama kali pasien mengalami hal serupa, yaitu tahun 2007. Keluhan selalu muncul sesudah pasien kontak dengan sabun cuci piring dan deterjen. Pasien membeli salep bethametasone, namun tidak perbaikan seperti biasanya. Riwayat alergi disangkal, pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, dan riwayat keluarga dengan keluhan serupa yaitu ayah pasien. DKI didiagnosis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada kasus ini pasien diedukasi untuk menghindari pajanan bahan iritan dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan. Selain itu, diberikan racikan clobetasol propionate cream 0.05% dan salicylic acid 3% 2x/hari, emolien 2x/hari, amoxicillin clavulanate 625 mg 3x/hari per oral, cetirizine 10mg 1x/hari per oral, dan amlodipine 5mg 1x/hari.</p>2025-02-27T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Indah Pramesti, Lusiana, Hadi Firmansyah Sidiqhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/365Treatment Strategies: A Systematic Review of The Advancements of Topical Antibiotics for Impetigo2025-05-10T02:21:53+00:00Ghea Aprillia[email protected]Ilham Setya Wicaksono[email protected]<p><em>Impetigo is a highly contagious bacterial skin infection affecting primarily children aged 2–5 years but also other age groups. It is predominantly caused by Staphylococcus aureus and Streptococcus pyogenes, with occasional involvement of anaerobic bacteria. Nonbullous impetigo accounts for 70% of cases and presents with characteristic golden-yellow crusting, while bullous impetigo manifests with toxin-induced fragile bullae. Effective management is crucial to address discomfort, cosmetic issues, and prevent complications. Topical antibiotics are first-line treatments for localized infections, while systemic antibiotics are reserved for severe or widespread cases. The increasing prevalence of antibiotic resistance, especially to mupirocin and fusidic acid, highlights the importance of adopting evidence-based treatment for effective strategies. </em></p> <p><em>Methods: This systematic review adheres to PRISMA 2020 guidelines. Eligible studies from 2014 to 2024 were identified through databases including PubMed, Embase, and Cochrane Library using terms related to impetigo treatment and antibiotic resistance. Studies evaluating the efficacy, safety, and resistance trends of antibiotics and alternative therapies were included. Data were extracted on demographics, interventions, outcomes, and adverse effects. </em></p> <p><em>Results: Emerging treatments, such as ozenoxacin, have shown promising results, offering superior efficacy and safety profiles compared to traditional agents like mupirocin and fusidic acid. Ozenoxacin demonstrated faster bacterial clearance and clinical resolution with minimal resistance development. Resistance to mupirocin and fusidic acid is increasingly concerning, highlighting the need for alternative therapies. Systemic antibiotics, including cephalexin and dicloxacillin, remain crucial for severe cases, but their use requires careful monitoring to mitigate adverse effects.</em></p> <p><em>Discussion: Antibiotic resistance poses a significant challenge in impetigo management. Topical therapies like ozenoxacin represent effective first-line options for localized infections, while systemic antibiotics address severe cases. Public health strategies emphasizing antibiotic stewardship, hygiene education, and accessible healthcare are essential to reduce the global burden of impetigo. Research on head-to-head comparisons of newer and traditional therapies will further refine treatment guidelines.</em></p> <p><em>Conclusion: Advances in impetigo management, particularly the introduction of ozenoxacin, offer effective solutions for localized infections. However, antibiotic resistance trends necessitate ongoing surveillance and research to optimize treatment strategies and improve patient outcomes globally.</em></p>2025-05-22T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Ghea Aprillia, Ilham Setya Wicaksonohttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/308Analisis Determinan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja UPT Blud Puskesmas Kaliorang Kutai Timur2025-03-06T03:37:57+00:00Brigita Win Erwina[email protected]Irfansyah Baharuddin Pakki[email protected]Johanes Ike Anggraeni G[email protected]<p>Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia dengan kecenderungan kasus yang meningkt. Faktor risiko kondisi lingkungan dan sosial memperburuk penyebaran. Tujuan dari studi ini menganalisis determinan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja UPT BLUD Puskesmas Kaliorang Kutai Timur Tahun 2021-2022. Penelitian ini adalah studi analitik observasional dengan desain kasus kontrol, berfokus pada hubungan faktor risiko dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Penelitian melibatkan sampel kasus DBD dan kontrol tidak menderita DBD, dengan 60 responden dari tujuh desa. Data diolah dan dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat untuk mengidentifikasi hubungan dan pengaruh faktor risiko breeding place, resting place, tindakan 4M, dan kepadatan penduduk terhadap kejadian DBD. Responden tempat berkembang biak nyamuk yang berisiko memiliki OR 8.636, menunjukkan risiko 8 kali lebih besar terkena DBD dibandingkan dengan tidak berisiko, tempat istirahat nyamuk berisiko memiliki OR sebesar 4.000, berarti risiko 4 kali lebih besar dibandingkan dengan menjaga kebersihan tempat istirahat, Tindakan 4M tidak menunjukkan perbedaan risiko (OR = 1.000), menandakan tidak ada hubungan signifikan antara penerapan Tindakan 4M dengan kejadian DBD. Analisis menemukan hubungan signifikan antara kebersihan breeding place dan resting place dengan kejadian DBD; tempat yang tidak terjaga kebersihannya meningkatkan risiko DBD hingga 8 kali. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara keberadaan breeding place, resting place, dan kepadatan penduduk dengan kejadian DBD, di mana breeding place meningkatkan risiko DBD hingga 10,183 kali, sementara tindakan 4M tidak berhubungan signifikan. Hasil penelitian ini diharapkan membantu Puskesmas Kaliorang menyusun strategi penanggulangan DBD.</p>2025-03-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Brigita Win Erwina, Irfansyah Baharuddin Pakki, Johanes Ike Anggraeni Ghttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/279Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Pencegahan Virus Leptospirosis pada Kelompok Petani2025-02-06T23:00:40+00:00Arum Wahyudiyanti[email protected]Yuli Isnaeni[email protected]Suryani Suryani[email protected]<p>Leptospirosis penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Di Indonesia sebanyak 1.408 kasus dengan 139 kematian, di Yogyakarata terdapat 86 kasus dan 10 kematian pada 2023. Pedukuhan Jipangan terdapat 5 kasus dan 2 kematian. Dukungan keluarga sangat penting bagi petani, minimnya perhatian atau motivasi dalam menyediakan peralatan pelindung diri, serta rendahnya pengetahuan individu tentang perilaku pencegahan leptospirosis dapat mempengaruhi perilaku yang buruk. Tujuan penelitian mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku pencegahan virus leptospirosis pada kelompok Petani di Pedukuhan Jipangan Bantul. Penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Deskriptif Kolerasi menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah kelompok petani di Pedukuhan Jipangan, sampel diambil dengan teknik total Sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dukungan keluarga dan perilaku pencegahan. Teknik analisis data menggunakan uji non-parametrik Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menerima dukungan keluarga yang baik sebanyak 19 orang (63,3%), sementara perilaku pencegahan leptospirosis yang baik ditemukan pada 26 responden (86,7%). Berdasarkan hasil uji Chi-square, diperoleh nilai p = 0,019 yang mengindikasikan adanya hubungan signifikan antara dukungan keluarga dan perilaku pencegahan leptospirosis pada kelompok petani di Pedukuhan Jipangan, Bangunjiwo, Bantul. Temuan ini menunjukkan adanya korelasi positif yang kuat antara tingkat dukungan keluarga dan penerapan perilaku pencegahan. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar keluarga meningkatkan dukungan, terutama dalam bentuk dukungan instrumental, guna memperkuat upaya pencegahan leptospirosis.</p>2025-02-26T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Arum Wahyudiyanti, Yuli Isnaeni, Suryani https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/359Association Between Body Roundness Index (BRI) and Waist-To-Height Ratio (WHTR) to Blood Glucose Levels Among Office Workers in Jakarta2025-04-11T07:08:14+00:00Novia Angelina Zuraidy[email protected]Vetinly Vetinly[email protected]Yunisa Astiarani[email protected]<p>Despite the absence of a statistically significant association between Body Roundness Index (BRI) and Waist-to-Height Ratio (WHtR) with blood glucose levels, this study underscores the practical value of both anthropometric indices as early screening tools for diabetes risk among office workers. The high proportion of participants classified as at risk—64.6% by BRI and 80% by WHtR—indicates a notable prevalence of central obesity, which is a well-established precursor to insulin resistance and hyperglycemia. In workplace health promotion programs, particularly within sedentary environments such as offices, simple, low-cost, and non-invasive tools like BRI and WHtR can facilitate routine screening for metabolic risks. These tools allow health practitioners and occupational health units to identify individuals with increased cardiometabolic risk and recommend timely lifestyle interventions, such as structured physical activity, dietary modifications, and regular glucose monitoring. Moreover, WHtR, which showed a higher sensitivity in this population, may serve as a more practical parameter for large-scale screenings. Given their ease of use and predictive potential, incorporating BRI and WHtR into employee health assessments may significantly enhance early detection and prevention efforts for diabetes mellitus. Future studies could explore their longitudinal predictive accuracy and integration into digital health platforms for continuous monitoring in workplace settings.</p>2025-04-26T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Novia Angelina Zuraidy, Vetinly, Yunisa Astiaranihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/303The Impact of COVID-19 Pandemic on Doctors Lives: A Qualitative Study In Cirebon City, Indonesia2025-03-07T06:58:46+00:00Witri Pratiwi[email protected]Yogi Puji Rachmawan[email protected]<p>Background: The COVID-19 pandemic makes huge changes in human life, including doctors as frontliners in handling the COVID-19 patients. Studies about the impact of the COVID-19 pandemic on doctor lives are still limited. Objective: To understand and explore doctor experiences as the impact of COVID-19 pandemic to their lives. Methods: This study was a Qualitative study with phenomenology approach. It was carried out on doctors who worked in Cirebon City, Indonesia. Data was collected from 9 May 2020 to 25 May 2020 (almost 2 months after the Indonesian government declared COVID-19 as a national disaster). This study used purposive sampling technique and the number of samples was determined by snowball sampling. Data was collected through recorded in-depth interviews with participants agreement. The interview transcripts were analyzed using Colaizzi's method. The data validation was done through researchers' internal discussions and returning descriptions to participants. Results: There were 6 doctors (3 general practitioners, 1 pulmonologist, 1 internist and 1 cardiologist) participated in this study. The participants were 26-36 years old, mostly women (66.67%), married (66.67%) and lived with family members at home. All of participants were moslem. The workplaces of participants varied, including private practice, primary health care, clinic and hospital with 3-12 years of experience. Based on data analysis, there were 6 emergent themes (psychological effects, changes in social interaction, family bonding, finding and sharing information, hopes, and a meaningful Ramadan as a strength to fight). Conclusions: The COVID-19 pandemic affects the doctor lives in several aspects, including psychological, changes in social interaction, family bonding and religious aspects. Pulmonologist experiences a greater impact compared to other doctors. We recommend that doctors are given psychological assistance and support so they can adapt to life changes in this pandemic. Further researchs to explore the impact of the COVID-19 pandemic on elderly doctors are needed.</p>2025-03-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Witri Pratiwi, Yogi Puji Rachmawanhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/275Koreksi Posisi Menyusui dan Pelekatan di Payudara pada Bayi dengan Kenaikan Berat Badan Kurang dengan Ankyloglossia 2025-03-05T23:49:07+00:00Kadek Dwi Laksemi[email protected]<p>ASI merupakan nutrisi terbaik bagi bayi, dan menyusui adalah intervensi penting untuk menurunkan angka kematian pada bayi dan anak di bawah usia lima tahun. Masalah dalam menyusui, terutama posisi yang kurang tepat pada hari-hari awal setelah melahirkan, dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada bayi, masalah pada payudara ibu, serta penyapihan dini. Seorang Ibu berusia 28 tahun datang ke poliklinik laktasi bersama bayi usia 16 hari, dengan keluhan payudara lecet, produksi ASI sedikit, berat badan bayi kurang, sering terlepas saat menyusu di payudara dan rewel setiap habis menyusu dari payudara. Bayi laki-laki, anak pertama, lahir melalui sectio caesarea, tanggal 28 Agustus 2024, cukup bulan, berat badan lahir 3700 gram, minum dengan hanya menyusu dari payudara, tidak ada komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh konsultan laktasi, ditemukan BB usia 16 hari 3310 gram, turun 10.5% dari BB lahir. Pemeriksaan oral bayi, terdapat lingual frenulum. Pemeriksaan payudara Ibu, ditemukan lecet pada puting mammae kanan dan kiri arah jam 11. Setelah dilakukan manajemen laktasi dengan koreksi posisi menyusui dan pelekatan mulut bayi pada payudara, BB bayi naik sesuai dengan target yang diharapkan dan Ibu merasa nyaman selama sesi menyusui. Dukungan, bantuan, dan dorongan sangat diperlukan bagi setiap ibu, terutama primipara, untuk mendukung keberhasilan proses menyusui dan mencegah masalah di masa mendatang. Selain itu, penting untuk melakukan observasi selama proses menyusui guna mengevaluasi teknik yang digunakan, mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan menyusui, serta menjadi panduan bagi tenaga kesehatan dalam menentukan intervensi yang tepat.</p>2025-04-07T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Kadek Dwi Laksemihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/357Wanita pada Kehamilan 31 Minggu dengan Sindrom HELLP: Laporan Kasus2025-04-11T07:17:32+00:00Rayhan Al-ghifari Iridansyah Siregar[email protected]Evander Antonio Binui[email protected]Bernice Helsa Kurniawati[email protected]Elsa Evalyn[email protected]Cipta Pramana[email protected]<p>Sindrom hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet (HELLP) adalah gangguan multisistem yang ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombositopenia. Sindrom ini telah diketahui sebagai komplikasi dan progresivitas dari preeklamsia berat atau eklampsia. Beberapa faktor risiko yang telah diidentifikasi antara lain primigravida, mola hidatidosa, gemelli, diabetes melitus, usia terlalu muda atau terlalu tua, riwayat preeklamsia, penyakit ginjal, riwayat hipertensi sebelum kehamilan atau kehamilan sebelumnya, dan obesitas. Kami melaporkan seorang wanita berusia 28 tahun, G2P1A0, hamil 31 minggu yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Daerah Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Wongsonegoro dengan kejang dan kehilangan kesadaran. Saat masuk, pasien ini juga mengalami hipertensi, trombositopenia, peningkatan enzim hati, penurunan fungsi ginjal, dan proteinuria. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran klinis dan manajemen mengenai sindrom HELLP dan gangguan ginjal akut pada kehamilan 31 minggu. Kesimpulan pada penelitian ini adalah sindrom HELLP dan gangguan ginjal akut terjadi akibat kurangnya deteksi dan pengobatan secara dini. Sehingga, operasi caesar dilakukan setelah stabilisasi kondisi ibu dan pematangan paru-paru janin. Kondisi bayi setelah dilahirkan ditemukan memiliki berat badan lahir sangat rendah dengan asfiksia berat. Baik ibu dan bayi dipulangkan dengan kondisi yang telah membaik.</p>2025-05-17T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Rayhan Al-ghifari Iridansyah Siregar, Evander Antonio Binui, Bernice Helsa Kurniawati, Elsa Evalyn, Cipta Pramanahttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/300Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Ibu Hamil Trimester III di UPTD Puskesmas Sambong Kabupaten Blora2025-03-06T04:03:20+00:00Anita Ratna Dewi[email protected]Elisa Ulfiana[email protected]Dina Dewi Anggraini[email protected]<p>Menurut Kemenkes tahun 2020 menampilkan bahwa prevalensi ibu hamil yang menderita kecemasan sekitar 43,3% serta yang menderita kecemasan dalam melawan persalinan terdapat sekitar 48,7%. Tujuan dalam penelitian ini yakni guna mengetahui Selaga Faktor yang Memberi dampak Kecemasan Ibu Hamil Trimester III di UPTD Puskesmas Sambong Kabupaten Blora. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sambong Blora. Memakai desain Analitik Korelasi. Populasi penelitian ini yakni ibu hamil TM 3 dengan teknik sampling memakai total sampling yakni 40 ibu hamil TM III. Capaian uji chi-square menampilkan bahwa terdapat pengaruh umur (0,006), pekerjaan (0,019), Pendidikan (0,035), dengan taraf Kecemasan Ibu Hamil Trimester III di UPTD Puskesmas Sambong Kab. Blora. Sedangkan paritas (0.477), pendapatan (0,435), pengetahuan (0,798), dan dukungan suami (0,548) tidak terdapat pengaruh paritas dengan taraf kecemasan Ibu Hamil Trimester III di UPTD Puskesmas Sambong Kabupaten Blora. Capaian penelitian ini diinginkan bahwa tenaga kesehatan bisa memberikan motivasi dan mempersiapkan ibu hamil TM III untuk mempersiapkan persalinan dan memberi dukungan pada ibu agar tidak terjadinya kecemasan pada ibu hamil TM III.</p>2025-03-22T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Anita Ratna Dewi, Elisa Ulfiana, Dina Dewi Anggraini https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/268Hubungan Health Literacy dengan Self Care Management pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 22025-03-07T08:19:44+00:00Salma Setya Dewi[email protected]Sriyati Sriyati[email protected]Sigit Harun[email protected]<p> </p> <p>Diabetes Mellitus sering kali menyebabkan berbagai komplikasi penyakit lain, sehingga pengelolaannya memerlukan pengobatan yang teratur serta penerapan <em>self-care management</em> yang tepat. Oleh karena itu, penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan meminimalkan dampak negatif yang mungkin timbul. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara literasi kesehatan dengan self-care management pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RS PKU Muhammadiyah. Penelitian ini menggunakan desain <em>cross-sectional</em> dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur literasi kesehatan dan <em>self-care management</em>. Hasil demografi menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, dengan kelompok usia terbanyak berada pada rentang 56-60 tahun (33,3%). Selain itu, sebanyak 6 responden (60,0%) telah menderita diabetes melitus tipe 2 selama lima tahun. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,557 menunjukkan korelatif kuat yang berarti semakin mampu literasi kesehatan maka semakin baik manajemen perawatan diri. Maka dari itu dianjurkan kepada pasien diabetes melitus untuk meningkatkan literasi kesehatan dapat memberikan kontribusi pada perbaikan dalam manajemen diri.</p>2025-03-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Salma Setya Dewi, Sriyati, Sigit Harunhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/351Terapi Berbasis Meditasi: Sebuah Tinjauan Pustaka Neuroscience2025-04-11T07:06:36+00:00I Gusti Ngurah Purna Putra[email protected]Putu Setiani[email protected]Rindha Dwi Sihanto[email protected]I Putu Pradiva Satriya Kirana[email protected]Kadek Ayu Savitri Mahadewi[email protected]<p>Terapi meditasi semakin diakui untuk meningkatkan kesehatan mental dan fisik, dengan mempengaruhi aktivitas otak dan sistem saraf. Meditasi mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, mengurangi stres, dan meningkatkan neuroplastisitas otak. Meskipun demikian, tantangan terkait protokol standar dan respons individu perlu diatasi. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dampak meditasi pada neuroplastisitas, regulasi emosi, dan kesehatan mental, serta potensinya sebagai terapi untuk gangguan neurologis dan psikologis. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan pendekatan kualitatif, yang fokus pada pengumpulan, analisis, dan sintesis literatur relevan untuk memahami fenomena secara mendalam. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi dengan mengakses sumber-sumber tertulis seperti artikel ilmiah dari platform Google Scholar, ScienceDirect, dan PubMed, dengan kata kunci spesifik dan filter waktu publikasi lima tahun terakhir. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap utama: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara teori, meditasi memiliki potensi sebagai terapi komplementer dalam neuroscience. Penelitian skala besar dan retrospektif diperlukan untuk mengonfirmasi hal ini. Jika terbukti, meditasi dapat diterapkan pada kasus neuropati kronis sebagai alternatif terapi medikamentosa, mengingat potensi risiko penggunaan obat.</p>2025-04-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 I Gusti Ngurah Purna Putra, Putu Setiani, Rindha Dwi Sihanto, I Putu Pradiva Satriya Kirana, Kadek Ayu Savitri Mahadewi https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/296Analisis Work Engagement dan Hubungannya dengan Komitmen Organisasi pada Perawat Klinis2025-03-06T03:25:25+00:00Sancka Stella G. Sihura[email protected]Solehudin Solehudin[email protected]Rindu Rindu[email protected]Astrid Novita[email protected]<p>Tingkat komitmen yang rendah dalam suatu organisasi dapat berdampak pada tingginya angka turnover tenaga kesehatan, termasuk perawat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara work engagement dengan komitmen organisasi pada perawat klinis. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan sebab-akibat dengan pengumpulan data yang dilakukan pada satu waktu. Variabel independen dalam penelitian ini adalah work engagement, sedangkan variabel dependen adalah komitmen organisasi. Responden penelitian adalah perawat yang bekerja di rumah sakit wilayah Jakarta Selatan. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Instrumen penelitian mencakup Organizational Commitment Questionnaire (OCQ) untuk mengukur komitmen organisasi, serta Utrecht Work Engagement Scale (UWES) untuk menilai work engagement berdasarkan indikator antusiasme, dedikasi, dan penghayatan dalam pekerjaan. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara work engagement dan komitmen organisasi pada perawat klinis (p-value = 0,042). Temuan penelitian ini mengindikasikan adanya hubungan yang bermakna antara work engagement dengan komitmen organisasi. Hasil ini dapat menjadi acuan bagi organisasi kesehatan dalam meningkatkan work engagement untuk mengatasi masalah burnout dan turnover tenaga perawat.</p>2025-03-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Sancka Stella G. Sihura, Solehudin, Rindu, Astrid Novitahttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/264Luaran Klinis Metode Enhanced Recovery After Caesarean Surgery (ERACS) dalam Praktek Klinis Sehari-hari: A Systematic Review dan Meta Analysis2024-11-26T07:34:12+00:00Tata Hanafi[email protected]Susiyadi Susiyadi[email protected]Refni Riyanto[email protected]M. Luthfi Almanfaluthi[email protected]<p>Metode ERAS telah dikembangkan diberbagai ilmu bedah salah satunya pada bidang obstetri yang disebut ERACS, saat ini metode ERACS sudah menjadi kebutuhan pasien sectio caesarea. Oleh karena itu, tujuan tinjauan sistematis ini untuk mengetahui luaran klinis protokol ERACS dibandingkan protokol non ERACS. Pencarian literatur menggunakan database PubMed, science direct, Scopus, dan google scholar. Desain studi yang dimasukan dalam tinjauan sistematis berupa RCTs dan observasional. Dengan membandingkan protokol ERACS dan protokol Non ERACS. Semua analisis dimasukan menggunakan perangkat lunak Review Manager 5.4.1. Hasil tinjauan sistematis ini melibatkan 25.636 pasien dari total 32 artikel. Protokol ERACS menurunkan skor nyeri pasca operasi pada hari pertama dan hari kedua, readmision rate lebih rendah, lamanya tinggal di rumah sakit lebih pendek, pelepasan kateter urin dini dan mobilisasi dini. Dalam hal asupan oral, pasien ERACS jauh lebih baik dibandingkan pasien Non ERACS. Penggunaan opioid yang lebih sedikit pada pasien ERACS. Tetapi untuk hasil opioid yang diresepkan pada saat pulang (MME) tidak mendapatkan hasil yang signifikan. Dan dalam komplikasi tidak tedapat perbedaan yang signifikan. Namun, komplikasi ibu secara keseluruhan didapatkan hasil yang signifikan. Pasien yang mengadopsi portokol ERACS memiliki berbagai manfaat seperti, menurunkan skor nyeri pasca operasi pada hari pertama dan hari kedua serta readmision rate lebih rendah. Tetapi dalam hal komplikasi tidak berbeda secara signifikan kecuali komplikasi ibu secara keseluruhan mendapatkan hasil yang signifikan.</p>2025-02-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Tata Hanafi, Susiyadi Susiyadi, Refni Riyanto, M. Luthfi Almanfaluthihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/345Perbedaan Karakteristik Kematian Neonatus Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19 di RSUP Dr Kariadi2025-06-08T13:42:12+00:00Siti Zahra Zahira Al Ahdi[email protected]Adhie Nur Radityo Suswihardhyono[email protected]<p>Pandemi COVID-19 membawa perubahan besar dalam pola hidup masyarakat, sistem layanan kesehatan, dan aksesibilitas pelayanan kesehatan. Selain itu, banyaknya ibu hamil yang terkena COVID-19, dan neonatus yang lahir dari ibu COVID-19, diyakini berpengaruh dan memberikan perbedaan karakteristik kematian neonatus sebelum dan saat pandemi COVID-19. Menganalisis perbedaan karakteristik kematian neonatus sebelum dan saat pandemi COVID-19 di RSUP Dr Kariadi. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode cross sectional. Penelitian ini menggunakan data dari neonatus yang mengalami kematian sebelum (2016 – 2019) dan saat (2020 – 2023) pandemi COVID-19 di RSUP Dr Kariadi, kemudian membandingkan karakteristik kematian neonatus tersebut. Dengan analisis bivariat, ditemukan perbedaan yang siginifikan antara perbedaan karakteristik kematian neonatus berdasarkan usia gestasi (p=0,016) dan pemeriksaan ANC (p=0,023) sebelum dan saat pandemi COVID-19 di RSUP Dr Kariadi. Namun, tidak terdapat perbedaan karakteristik kematian neonatus berdasarkan jenis kelamin neonatus, penyebab kematian, usia kematian, jenis persalinan, usia ibu, preeklamsia, anemia ibu hamil, dan KPD sebelum dan saat pandemi COVID-19 di RSUP Dr Kariadi. Terdapat perbedaan karakteristik usia gestasi ibu dan pemeriksaan ANC pada neonatus yang mengalami kematian sebelum dan saat pandemi COVID-19 di RSUP Dr. Kariadi.</p>2025-06-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Siti Zahra Zahira Al Ahdi, Adhie Nur Radityo Suswihardhyonohttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/290Management of Patient with Neuroleptic Malignant Syndrome2025-05-10T02:18:12+00:00Riando Ginarsyah[email protected]Novita Anggraeni[email protected]<p>Neuroleptic Malignant Syndrome (NMS) is a rare, life-threatening condition often induced by the use of antipsychotic drugs, characterized by hyperthermia, muscle rigidity, altered mental status, and autonomic dysfunction. This syndrome can be precipitated by antipsychotic medications, including haloperidol and fluphenazine, or by abrupt withdrawal of dopaminergic medications. This case report presents the management of a 56-year-old male patient admitted with decreased consciousness, muscle rigidity, and high fever, diagnosed with NMS. The patient was treated with supportive care, electrolyte correction, and medications including ceftriaxone, resfar, omeprazole, and others. The patient’s condition gradually improved with proper monitoring, and after intensive care, the patient was transferred to the ward. This report highlights the importance of early detection, discontinuation of causative drugs, and appropriate therapeutic interventions to reduce the mortality rate, which remains high at 20-30% if untreated. The treatment approach emphasizes symptom management, including fluid resuscitation and the use of medications like bromocriptine or dantrolene for severe cases.</p>2025-05-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Riando Ginarsyah, Novita Anggraenihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/247Angiomatous Nasal Polyp: Laporan Kasus dan Pembahasan Literatur2025-02-04T08:34:09+00:00David Herryanto[email protected]Greatavia Meanda Leslie[email protected]Fernando Heri Kristanto[email protected]<p>Polip Nasal Angiomatous (ANPs) adalah varian langka dari polip sinonasal inflamatori (ISP), ditandai oleh pertumbuhan pembuluh darah yang luas. ANPs harus dipertimbangkan dalam diagnosis banding seperti polip antrochoanal, angiofibroma juvenil, keganasan, papiloma, dan hemangioma. Penelitian mengenai ANPs masih sangat terbatas, sehingga penegakan diagnosis memerlukan data klinis, radiologis, dan patologis yang mendalam. Laki-laki 21 tahun datang ke IGD dengan keluhan massa keluar dari hidung kiri selama 5 hari, epistaksis berulang dan hidung tersumbat selama sebulan terakhir. Pemeriksaan fisik menunjukkan massa merah kehitaman yang memenuhi cavitas nasal sinistra. CT scan menunjukkan massa poliposus sinonasal di antrum sinus maxillaris sinistra. Pasien didiagnosis rhinosinusitis kronis dengan polip angiomatous nasal grade 3. Pasien menjalani ekstirpasi massa, dan patologi mengkonfirmasi jaringan mukosa nasal dengan epitel berlapis gepeng dan pembuluh hiperemis. Nasoendoskopi pasca operasi tidak menunjukkan adanya massa polip yang tersisa. ANPs sulit didiagnosis karena gejalanya beragam dan mirip dengan kondisi neoplastik. Patogenesisnya diduga melibatkan gangguan pada pembuluh darah, stasis, edema, dan nekrosis. Evaluasi yang mendalam melalui pemeriksaan klinis, radiologis, dan patologis sangat penting untuk diagnosis dan penanganan yang tepat. Penanganan ANPs umumnya melibatkan ekstirpasi massa, yang menunjukkan hasil baik dan rendahnya kekambuhan. Laporan kasus menunjukkan variasi gejala dan pentingnya evaluasi klinis, radiologis, dan patologis yang mendalam untuk diagnosis yang akurat dan penatalaksanaan yang efektif.</p>2025-02-27T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 David Herryanto, Greatavia Meanda Leslie, Fernando Heri Kristantohttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/319Description of Behavior of Community's Healthy Lifestyle in Buibau Village Baucau District Timor Leste2025-03-12T14:21:22+00:00Joao Cristovao Neto Mok Ornai[email protected]Horacio Sarmento Da Costa[email protected]Andre Soares Dos Santos[email protected]<p>The importance of maintaining a healthy lifestyle in a community is critical, particularly when data indicates a high incidence of lifestyle-related diseases. For instance, in Buibau Village, Baucau District, Timor Leste, 98 individuals suffer from hypertension, diarrhea, and other preventable conditions, emphasizing the need for a focus on healthy lifestyle behaviors. This study aims to assess the community’s healthy lifestyle behaviors in Loidua Hamlet, Buibau Village, Baucau District. The research uses a descriptive approach with a survey design, conducted from April 1 to April 3, 2018. The population consisted of 216 residents aged ≥14 years, with 68 respondents selected through accidental sampling. Data collection was carried out using structured questionnaires, and data analysis involved descriptive statistics to categorize the health behaviors observed. The findings reveal that 58.8% of respondents exhibit good healthy lifestyle behaviors, particularly in maintaining a balanced diet, engaging in regular physical activity, and practicing hand hygiene. However, issues such as a lack of awareness regarding stress management and substance abuse were noted. These behaviors reflect the community’s need for continuous health education. In conclusion, although there is a positive trend in healthy lifestyle behaviors, further educational interventions are required to address areas such as stress management and substance avoidance. Health institutions are encouraged to use these findings as a foundation for improving health education in the community and promoting sustainable health practices.</p>2025-04-07T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Cristovao Neto Mok Ornai, Horacio Sarmento Da Costa, Andre Soares Dos Santos https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/288Keterlibatan Mahasiswa Kedokteran dalam Pelayanan Rawat Inap di RSUD Arifin Achmad : Dampaknya terhadap Persepsi, Penerimaan, Kepuasan dan Loyalitas Pasien 2025-05-10T02:26:52+00:00Firdaus Firdaus[email protected]Teguh Nurhadi Suharsono[email protected]Rukhiyat Syahidin[email protected]<p>Rumah Sakit Pendidikan memiliki tiga fungsi utama, yaitu pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Rumah sakit pendidikan dituntut untuk dapat memastikan sinergi antara pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi mahasiswa kedokteran. Namun demikian, keterlibatan mahasiswa kedokteran dalam pelayanan dapat menimbulkan beragam respons dari pasien, mulai dari penerimaan yang positif hingga ketidaknyamanan. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi bagaimana pasien merespons keterlibatan mahasiswa kedokteran dalam pelayanan yang mereka terima. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi, penerimaan, dan kepuasan pasien terhadap keterlibatan mahasiswa kedokteran, serta dampaknya terhadap loyalitas pasien. Penelitian ini dilakukan di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dengan pendekatan kuantitatif melalui kuesioner yang diisi oleh 150 pasien rawat inap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan mahasiswa kedokteran dalam pelayanan rawat inap di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau mendapat persepsi dan penerimaan positif dari mayoritas pasien, dengan tingkat kepuasan yang tinggi (96,33%) dan kontribusi terhadap loyalitas pasien (75,3% dalam kategori "Promotor" dan NPS sebesar 70.6%). Terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan pasien dan loyalitasnya (r = 0,536, p < 0,001) menegaskan bahwa pengalaman positif dengan mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan retensi pasien di rumah sakit pendidikan. Penelitian ini masih memiliki ruang untuk pengembangan, yaitu mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dan penerimaan pasien terhadap keterlibatan mahasiswa kedokteran.</p>2025-05-22T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Firdaus Firdaus, Teguh Nurhadi Suharsono, Rukhiyat Syahidinhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/375Kadar Carcinoembryonic Antigen dan CD4+ pada Pasien Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil Sebelum dilakukan Kemoterapi Carcinoembryonic Antigen and CD4+ Levels in Patients with Non-Small Cell Carcinoma Lung Cancer Before Chemotherapy2025-06-08T13:44:03+00:00Andry Elisa Beruat[email protected]Noni Novisari Soeroso[email protected]Setia Putra Tarigan[email protected]Putri Chairani Eyanoer[email protected]<p>Salah satu kanker dengan tingkat kematian tinggi adalah kanker paru-paru, yang menyumbang rata-rata 13% dari semua kasus kanker yang baru didiagnosis. Antigen karsinoembriogenik (CEA) adalah salah satu penanda yang dapat digunakan untuk penanda prognostik, prediktor kemanjuran untuk Terapi Bertarget atau kemoterapi, dan penanda kekambuhan pasca operasi dan metastasis. Kekebalan antikanker tergantung pada aktivitas dan interaksi sistem kekebalan bawaan dan adaptif. Penanda tumor adalah zat yang dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan yang terjadi akibat kanker. Salah satu penanda tumor yang digunakan adalah antigen karsinoembriogenik (CEA). Cluster Of Differentiation 4 (CD4+) adalah sel polifungsi yang merupakan lengan kedua kekebalan sel T adaptif di sepanjang garis keturunan Cytotoxic Lymphocyte T (CTL). Sel T CD4+ berdiferensiasi menjadi salah satu dari beberapa subtipe fungsional sebagai respons terhadap sinyal yang masuk. Tujuan: Untuk menentukan nilai kadar CEA dan CD4 pada pasien dengan NSCLC. Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pengumpulan darah pada pasien dengan NSCLC. Hasil: Sebagian besar pasien kanker paru-paru berusia 41-60 tahun (55%). Sebagian besar pasien NSCLC adalah laki-laki sebanyak 20 orang (100%). Berdasarkan jenis histologi, sebagian besar pasien NSCLC adalah kanker paru-paru tipe adenokarsinoma sebanyak 12 (60%), 7 (35%) kanker paru-paru jenis karsinoma sel skuamosa dan hanya 1 (5%) kanker paru-paru tipe karsinoma sel besar. Kadar CEA pasien NSCLC menunjukkan peningkatan kisaran abnormal 3 sampel (15%), kadar CD4+ pasien NSCLC menunjukkan peningkatan kisaran abnormal 1 sampel (5%).</p>2025-06-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Andry Elisa Beruat, Noni Novisari Soeroso, Setia Putra Tarigan, Putri Chairani Eyanoerhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/177Gambaran Tingkat Pengetahuan Fibroadenoma Mammae dan Perilaku Sadari Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Angkatan 20212025-02-04T08:11:46+00:00Ajeng Anggi Wulandari[email protected]Grace Shalmont[email protected]Clement Drew[email protected]<p>Fibroadenoma mammae (FAM) adalah tumor jinak yang umum pada wanita usia 20-29 tahun. Pengetahuan tentang FAM di Indonesia masih rendah, sementara metode deteksi dini seperti pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) belum banyak diterapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang FAM, SADARI, dan perilaku SADARI pada mahasiswi FK Universitas Tarumanagara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif berbasis survei dengan metode pengambilan sampel non-random quota base sampling terhadap 115 mahasiswi FK Universitas Tarumanagara angkatan 2021. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, meliputi kuesioner pengetahuan FAM, kuesioner pengetahuan SADARI, dan kuesioner sikap terhadap perilaku SADARI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30,4% responden memiliki pengetahuan baik tentang FAM, 60,9% memiliki pengetahuan cukup, dan 8,7% memiliki pengetahuan kurang. Sementara itu, 73,91% responden memiliki pengetahuan baik tentang SADARI, 18,3% memiliki pengetahuan cukup, dan 7,8% memiliki pengetahuan kurang. Meskipun mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik tentang FAM dan SADARI, hanya 55,7% yang rutin melakukan SADARI. Dari mereka yang melakukan SADARI, 45,2% memiliki sikap baik terhadap pemeriksaan ini, 7% memiliki sikap cukup, dan 3,5% memiliki sikap kurang. Namun, terdapat 44,3% responden yang tidak melakukan SADARI sama sekali. Kesimpulan, menunjukkan bahwa meskipun tingkat pengetahuan mengenai FAM dan SADARI cukup tinggi, hal ini tidak selalu berbanding lurus dengan praktik SADARI. Oleh karena itu, diperlukan intervensi edukasi yang lebih mendalam serta dorongan praktis bagi mahasiswi untuk meningkatkan kebiasaan melakukan SADARI secara rutin. Saran yang diberikan adalah implementasi program edukasi berbasis kampus yang tidak hanya meningkatkan pemahaman tetapi juga menekankan pentingnya penerapan SADARI dalam kehidupan sehari-hari guna meningkatkan deteksi dini FAM dan kanker payudara.</p>2025-02-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Ajeng Anggi Wulandari, Grace Shalmont, Clement Drewhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/313Pengaruh Kombinasi Pijat Oksitosin dan Konsumsi Buah Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Produksi Asi Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Pasiran Jaya Tahun 20242025-03-11T07:42:41+00:00Beniqna Maharani Besmaya[email protected]Laila Kurniawati[email protected]Ani Kristianingsih[email protected]Nur Alfi Fauziah[email protected]<p>Kegagalan dalam proses menyusui sering kali disebabkan oleh berbagai masalah, salah satunya adalah kurangnya produksi ASI. Namun, produksi ASI yang tidak lancar dapat diatasi melalui beberapa cara, seperti mengonsumsi buah pepaya (Carica papaya L.) dan melakukan pijat oksitosin. Pijat oksitosin berfungsi untuk merangsang refleks oksitosin, yang tidak hanya menenangkan ibu, tetapi juga membantu ASI keluar dengan sendirinya. Di sisi lain, buah pepaya mengandung lactagogum yang dapat meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI dengan cara merangsang hormon prolaktin, sehingga produksi ASI dapat meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi antara pijat oksitosin dan konsumsi buah pepaya (Carica papaya L.) terhadap produksi ASI pada ibu nifas. Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode pra-kuasi eksperimen, yakni pretest-posttest with control group design. Intervensi pijat oksitosin dilakukan pada ibu nifas selama hari ke-3 hingga ke-9, dengan frekuensi satu kali sehari di pagi hari. Sebanyak 30 ibu nifas menjadi sampel dalam penelitian ini, di mana indikator kecukupan ASI diukur melalui frekuensi buang air kecil (BAK) bayi, frekuensi buang air besar (BAB) bayi, dan perubahan berat badan bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah perlakuan pijat oksitosin dan konsumsi Carica papaya L. , terjadi peningkatan yang signifikan pada produksi ASI. Uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p sebesar 0,000.</p>2025-03-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Beniqna Maharani Besmaya, Laila Kurniawati, Ani Kristianingsih, Nur Alfi Fauziahhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/285Laporan Kasus Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Dengan Manifestasi Atipikal: Tantangan Diagnostik Dan Penatalaksanaan di Fasilitas Kesehatan Dengan Keterbatasan Diagnostik2025-02-10T03:02:41+00:00Iqbal Adi Prakoso[email protected]Muhammad Satri Delta Wijaya[email protected]Anita Septiana Maria Kathrine[email protected]<p>Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) merupakan bagian dari sindrom koroner akut (SKA), yang sering kali ditandai dengan nyeri dada tipikal dan atipikal. Manifestasi atipikal dapat menyulitkan diagnosis dini, terutama di fasilitas kesehatan dengan keterbatasan sumber daya. Penatalaksanaan yang cepat dan tepat diperlukan untuk mencegah komplikasi fatal. Dilaporkan seorang pria 53 tahun dengan keluhan nyeri dada menjalar ke punggung dan lengan kiri, disertai keringat dingin. Gejala awal berupa nyeri atipikal yang berubah menjadi tipikal. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol, kebiasaan merokok, obesitas (IMT 30,3), dan pola makan tidak sehat. Diagnosis NSTEMI ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil EKG (T-inversi pada lead V1-V4). Penatalaksanaan meliputi terapi farmakologis sesuai panduan, namun keterbatasan fasilitas menghambat tindakan invasif seperti angiografi koroner. Manifestasi atipikal sering ditemukan pada pasien dengan faktor risiko seperti diabetes, usia lanjut, dan wanita. Penanganan NSTEMI melibatkan kombinasi terapi farmakologis, evaluasi risiko menggunakan skoring (TIMI, GRACE), dan strategi invasif bila tersedia. Diagnosis dini sangat penting meskipun dengan keterbatasan fasilitas diagnostik. Kesimpulan: Kasus ini menyoroti pentingnya deteksi dini dan penanganan NSTEMI terutama di fasilitas dengan sumber daya terbatas. Edukasi pasien dan keluarga tentang kontrol faktor risiko serta kepatuhan terapi menjadi kunci pencegahan komplikasi berulang.</p>2025-02-27T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Iqbal Adi Prakoso, Muhammad Satri Delta Wijaya, Anita Septiana Maria Kathrinehttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/371The Silent Epidemic: Understanding Osteosarcopenia and Its Impact on Elderly Health2025-06-08T13:39:34+00:00Desak Putu Sukasanti Adi Kunti[email protected]Ida Bagus Putu Putrawan[email protected]<p>The occurrence of osteoporosis and sarcopenia often increases in the elderly population, yet it frequently does not present clear complaints. Osteoporosis is characterized by low bone mass and damage to the microarchitectural structure of bone, while sarcopenia refers to the loss of muscle mass, strength, and function. When both conditions coinside, the term used is osteosarcopenia. The presence of osteosarcopenia can increase the risk of falls, which may lead to fractures. Falls have a significant impact, both on individuals—including a decline in quality of life, the need for care in nursing homes, and even death—and on society, which faces rising healthcare costs. The purpose of this writing is to raise awareness about osteosarcopenia, which often receives insufficient attention, by providing an overview of this condition. With a better understanding, it is hoped that effective preventive measures can be taken to reduce the negative impacts caused by osteosarcopenia.</p>2025-06-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Desak Putu Sukasanti Adi Kunti, Ida Bagus Putu Putrawanhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/153Manfaat pemberian ASI pada Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)2024-07-02T08:59:10+00:00Eriawan Indrianto[email protected]Rahmah Rahmah[email protected]<p>Latar Belakang: Status gizi mencerminkan keseimbangan antara asupan <br />nutrisi dari makanan dan kebutuhan tubuh untuk menunjang fungsi <br />metabolik. Bayi yang tidak memperoleh ASI secara eksklusif memiliki <br />potensi lebih besar mengalami kematian akibat infeksi seperti diare dan <br />pneumonia. Maka dari itu, pemberian ASI eksklusif sangat disarankan <br />karena menjadi sumber utama energi dan zat gizi bagi bayi usia 0–12 <br />bulan, serta dilanjutkan bersama MP-ASI hingga usia 2 tahun. Metode: <br />Kajian ini menggunakan pendekatan studi literatur dengan menelaah <br />sejumlah artikel ilmiah mengenai pengaruh ASI terhadap status gizi <br />bayi, terutama bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada <br />rentang usia 0–12 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Kesimpulan <br />diperoleh dari sintesis berbagai jurnal yang ditelaah. Dari lima artikel <br />ilmiah, ditemukan bahwa ASI mengandung komponen penting seperti <br />zat antibakteri, antiinflamasi, pengatur sistem imun, dan leukosit hidup. <br />Kesimpulan: ASI terbukti memberikan dampak positif terhadap <br />kesehatan bayi prematur dengan BBLR, seperti mengurangi risiko <br />terjadinya necrotizing enterocolitis (NEC), sepsis onset lambat, <br />gangguan perkembangan saraf, retinopati prematuritas, serta <br />bronkopulmonari displasia (BPD). Oleh karena itu, ASI <br />direkomendasikan sebagai sumber utama nutrisi enteral untuk bayi <br />prematur.</p>2025-05-27T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Eriawan Indrianto, Rahmah Rahmahhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/311Impact of Interprofessional Education Collaboration in Attitudes, Skills, and Behavior among Medical Students in Asia: A Narrative Review2025-03-11T07:37:58+00:00Flora Ramona Sigit Prakoeswa[email protected]Ratih Pramuningtyas[email protected]Erika Diana Risanti[email protected]Harun Joko Prayitno[email protected]Winda Atika Sari[email protected]<p>Interprofessional education (IPE) involves collaboration among various fields within the healthcare system to achieve optimal health outcomes. IPE reduces gaps between health professionals from diverse backgrounds, fostering teamwork and effective collaboration. Early integration of IPE into medical curricula is essential to equip students with the knowledge, skills, and attitudes required for collaborative healthcare practices, ultimately improving patient care, reducing medical errors, and enhancing healthcare service quality. This review investigates the impact of early exposure to IPE on the skills, attitudes, and collaborative abilities of medical students in Asia. The goal is to assess whether early introduction fosters professionalism and effective interprofessional collaboration. Literature searches were conducted using Google Scholar and PubMed with appropriate keywords (interprofessional education, collaboration, medicine, and education). Articles were assessed for evidence-based relevance to the global health system, and those with cultural, racial, or religious biases were excluded. Review writing review based on 40 sources (journals, books, or WHO guidelines) that meet the criteria and keywords. Findings suggest that early engagement with IPE promotes positive attitudes, teamwork, and leadership skills among medical students. However, concerns remain regarding insufficient genuine interprofessional collaboration and potential declines in student attitudes without proper implementation. The early introduction of IPE has the potential to cultivate professionalism and collaborative skills among medical students in Asia. This review provides a foundation for encouraging the inclusion of IPE in medical curricula to improve interprofessional collaboration and healthcare outcomes.</p>2025-04-07T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Ratih Pramuningtyas, Erika Diana Risanti, Harun Joko Prayitno, Winda Atika Sarihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/282Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap, Perilaku Pencegahan Infeksi TB dan Risiko Penularan di Panti Asuhan Riyaadlul Jannah Baiturrahman Pedurungan Semarang2025-02-06T23:12:17+00:00Ichsan Hadipranoto[email protected]Roni Afriansya[email protected]Arintina Rahayuni[email protected]<p>Berdasarkan Laporan WHO Global TB Tahun 2020 dalam profil kesehatan Jawa Tengah menunjukkan sekitar 10 juta orang di dunia yang menderita TBC dimana perkiraan jumlah pasien TBC di Indonesia mencapai angka 845.000 orang. Adapun insiden tuberkulosis pada Propinsi Jawa Tengah pada Tahun 2020 mencapai sekitar 2261 per 100.000 penduduk. Dengan demikian hal ini akan menjadikan sebuah risiko serius karena dapat menjadi suatu muara bagi penularan orang-orang yang ada disekitar tempat tinggalnya. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan dengan tingkat risiko penularan TB di Panti Asuhan Riyaadlul Jannah Baiturahhman, Pedurungan, Semarang. Penelitian yang dilakukan ini bersifat deskriptif kualitatif dengan strategi observasional dengan menggunakan desain potong lintang (cross sectional) pendekatan statistik, dalam penelitian tersebut pengumpulan data primer dalam bentuk wawancara dan kuesioner dilakukan terhadap pengurus dan santri Di Panti Asuhan Riyaadlul Jannah Baiturrahman Pedurungan Semarang. Penelitian ini menggunakan uji Spearman Rho untuk menentukan ada tidaknya hubungan dan uji lanjutan regresi linear dummy. Setelah melalui uji korelasi Spearman Rho, diperoleh nilai signifikansi < 0,05, yang bermakna adanya hubungan yang signifikan (berarti) antara keenam variabel bebas tersebut dan variabel terikat (total tingkat risiko penularan TB Santri). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada pengaruh antara tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku serta faktor risiko riwayat santri, faktor risiko lingkungan dan faktor risiko fasilitas santri terhadap faktor risiko total penularan TB pada santri. Perbaikan maupun pengembangan model dan desain penelitian menggunakan sampel yang lebih besar dan instrumen yang lebih lengkap dapat dilakukan pada penelitian berikutnya.</p>2025-03-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Ichsan Hadipranoto, Roni Afriansya, Arintina Rahayunihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/366Hubungan Perilaku Terhadap Kejadian Computer Vision Syndrome Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang2025-05-10T02:17:54+00:00Feby Ananda Putri[email protected]Wahju Ratna Martiningsih[email protected]Ika Dyah Kurniati[email protected]<p><em>CVS is a physical disorder that often occurs, one of which is in the eye where there is a combination of eye complaints with a duration of more than 4 hours without any rest breaks. Computer use without rest breaks can cause several eye complaints such as headaches, back pain, blurred vision, dry eyes, the sensation of burning or burning eyes, and red eyes. The factors that influence the incidence of CVS include women who are more susceptible to CVS, sitting or lying positions, distance <40 cm, and use of contact lenses or contact lenses. COVID 2019 requires learning to be done online. The purpose of this study was to determine the factors associated with CVS in students of the Faculty of Medicine, University of Muhammadiyah Semarang.</em></p> <p><em> </em></p> <p><em>Research method: this research is observational analytic research with a cross-sectional method. This study uses a questionnaire and a lux meter as instruments or measuring devices to obtain research data. The number of samples from this study was 81 students. The test data used to process the data are Chi-Square and Rank-Spearman.</em></p> <p><em>.</em></p> <p><em>Research Results: There is a relationship between CVS and the sitting position as indicated by p 0.018. There is a relationship between the distance from the eye to the screen which is shown with a p-value of 0.004. But there is no relationship between screen brightness and CVS as indicated by the p-value of 1.000 (p>0.05). </em><em>Conclusion: Factors related to CVS are sitting position and distance from using a laptop, while factors not related to CVS are screen brightness</em></p>2025-05-22T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Feby Ananda Putri, Wahju Ratna Martiningsih, Ika Dyah Kurniatihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/309Hemimandibulectomy With Mandibular Reconstruction as Management of Odontoma Complex; Case Report2025-03-06T03:57:08+00:00Vanda Chrisina Dastia[email protected]Nadia Salsabila[email protected]Dini Rachmawati[email protected]Devi Farida Utami[email protected]Muhammad Reza Pahlevi[email protected]<p>Introduction: Odontomas are the most common of the odontogenic tumours in the jaws and are characterized by their slow growth, asymptomatically, non-aggressively, and reaching no more than 3cm in diameter. Odontomas generally consist of unerupted or impacted teeth and retained deciduous teeth. This case report presents a rare case of complex with a large-size odontoma, measuring more than 3 cm in diameter, in the left posterior of the mandible along with impacted teeth. The lesion was removed with a hemi mandibulectomy. Case Report: A 24-year-old woman came with the chief complaint of a mass in the left lower jaw for 3 years. On clinical examination, a mass appeared in the left mandibular edentulous ridge with firm boundaries and a solid consistency, with no palpable Christ or crepitation. Incisional biopsy was performed, and the diagnosis showed it was fibrous dysplasia. Treatment was carried out with a left hemi mandibulectomy and reconstruction with a plate under general anaesthesia. The tumour defect was sent for anatomical pathology examination and the results showed the impression of a complex odontoma. Discussion: Odontomas are the most common odontogenic tumors and are classified into benign, mixed, and calcifying odontogenic tumors. Odontomas are generally found between the ages of 1 and 30 years, with the incidence occurring more frequently in women. These lesions occur more frequently in the lower jaw than the upper jaw. In this case, the patient is a 24 years old female. Although the cause is not yet known for certain, possible causes of odontoma may include traumatic injury to primary teeth, hereditary factors, and genetic disorders. In this case report, the odontoma was large and the extensive lesion had caused damage to the surrounding structures. Because the mass of the lesion was large and widespread, a radical hemi mandibulectomy was performed on the left mandibular region. Concussion: Odontomas are odontogenic tumors that most often occur in the jaw and can be found by dentists during routine examinations accompanied by panoramic radiography. Although odontoma is asymptomatic and has limited growth, potency, early diagnosis, and surgical excision are necessary to avoid complications such as cystic changes and malocclusion due to displacement of adjacent permanent teeth</p>2025-03-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Vanda Chrisina Dastia, Nadia Salsabila, Dini Rachmawati, Devi Farida Utami, Muhammad Reza Pahlevi https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/280Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Gerunggang Kota Pangkalpinang Tahun 2024 2025-05-10T02:20:45+00:00Mustika Fitri[email protected]Hendra Kusumajaya[email protected]Megawati Megawati[email protected]<p>Anemia adalah sebuah keadaan fisik yang mana jumlah kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari batas normal. Ibu hamil jika mempunyai kadar Hb<11 g/dl maka dikatakan anemia. Banyak faktor yang berhubungan dengan anemia pada masa kehamilan yaitu pola tidur, status gizi dan sosial ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Gerunggang Tahun 2024. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif melalui pendekatan Cross Sectional dengan analisis uji Chi square. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang ada di Puskesmas Gerunggang kota Pangkalpinang tahun 2024 yaitu 291 dengan sampel 81 responden yang dipilih dengan rumus Slovin. Penelitian dilaksanakan pada 15 juni – 28 juni 2024 diwilayah Kerja Puskesmas Gerunggang. Hasil penelitian ini diketahui ada hubungan antara pola tidur (p-value=0,002), sosial ekonomi (p-value=0,001), dan status gizi (p-value=0,002) terhadap kejadian anemia pada ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Gerunggang Tahun 2024. Saran dari penelitian ini adalah bagi institusi pendidikan dapat bekerja sama dengan institusi kesehatan atau lainnya dalam melalukan kegiatan penyuluhan atau edukasi tentang anemia pada ibu hamil dan lebih memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia supaya angka kematian ibu tidak meningkat setiap tahunnya</p>2025-05-22T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Mustika Fitrihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/361Gambaran Kesehatan, Paparan Pestisida dan Lingkungan pada Ibu Balita Stunting yang diberi Pelatihan Pembuatan Puding Daun Kelor2025-04-17T03:57:29+00:00Sabila Nur Afiqqoh[email protected]Ragil Setiyabudi[email protected]<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi efektivitas edukasi berbasis workshop terhadap peningkatan pengetahuan ibu balita tentang stunting dan pentingnya pemberian nutrisi yang seimbang. Melalui intervensi edukatif yang mencakup penyuluhan dan pelatihan pembuatan kudapan berbahan lokal seperti pudding daun kelor, penelitian ini menemukan peningkatan signifikan dalam pengetahuan ibu mengenai gizi yang tepat untuk mencegah stunting. Daun kelor yang kaya akan vitamin A, C, dan protein terbukti menjadi alternatif yang bergizi untuk mendukung pertumbuhan balita. Penelitian ini juga mengungkapkan pentingnya menjaga lingkungan yang sehat dan penyimpanan bahan pertanian yang aman, seperti penggunaan pestisida yang tidak mencemari makanan, untuk mengurangi risiko stunting. Temuan ini memberikan kontribusi signifikan terhadap upaya pencegahan stunting melalui pendekatan berbasis komunitas, yang dapat diterapkan di wilayah lain dengan prevalensi stunting tinggi. Penelitian ini menyarankan agar upaya pencegahan stunting dapat lebih terintegrasi dengan kebijakan kesehatan masyarakat dan pemberdayaan komunitas.</p>2025-04-30T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Sabila Nur Afiqqoh, Ragil Setiyabudihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/305Analgesics Self-Medication Among Community In Cirebon District, Indonesia2025-03-07T07:58:44+00:00Sri Marfuati[email protected]Witri Pratiwi[email protected]Uswatun Khasanah[email protected]<p>Background: Self-medication with analgesics may cause inappropriate medication and potentially dangerous side effects. However, data on analgesic self-medication profiles in Cirebon, Indonesia, is still limited. Aims: This research aims to analyze the profile of self-medication with analgesics among the Cirebon District, Indonesia community. Methods An observational study with a cross-sectional approach was conducted in 5 pharmacies in the Cirebon District. The sample in this study was people who bought analgesics without a doctor's prescription at the pharmacy. Primary data were obtained through a questionnaire regarding sociodemographic characteristics, reasons for self-medication, and sources of information in choosing analgesics. Results: 470 respondents participated in this study, consisting of 35.96% male and 64.04% female. The majority of samples were 31-55 years old (54.9%), worked as housewives (36.60%), senior high school graduates (39.15%), married (74.68%), and had low income (60.43%). Only 13.83% of the sample has health insurance (private or national health insurance). Most of the samples performed self-medication with analgesic because they were used to doing it (34.25%). Most of the samples received information about analgesics they consumed from health workers (39.79%). Conclusion: Self-medication with analgesics among community in Cirebon Regency, Indonesia, is mainly carried out by low-income people because they are used to treating themselves. They get information about analgesics purchased from health workers. Prevention needs to be done through promotion and education to the public regarding the side effects of self-medicated analgesics so that they do not use them without consulting a doctor.</p>2025-03-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Sri Marfuati, Witri Pratiwi, Uswatun Khasanahhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/277Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Kedungmundu Semarang Tahun 20232025-04-11T07:03:31+00:00Alysa Sri Widyaningsih[email protected]Muhammad Irsam[email protected]Afiana Rohmani[email protected]<p>Anemia diperkirakan menjadi penyebab lebih dari 115.000 kematian ibu dan 591.000 kematian janin secara global setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional, menggunakan data sekunder dari rekam medis di Puskesmas Kedungmundu selama periode Januari hingga Mei 2023. Sebanyak 45 ibu hamil trimester III dengan anemia dijadikan subjek melalui teknik total sampling. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan dilanjutkan dengan regresi logistik. Hasil menunjukkan bahwa anemia sedang paling banyak ditemukan pada ibu hamil dengan usia berisiko (80,60%), usia kehamilan berisiko (93,50%), paritas berisiko (80,60%), serta kunjungan ANC yang kurang dari standar (83,90%). Sementara itu, anemia ringan lebih banyak terjadi pada ibu dengan paritas berisiko (71,40%) dan kunjungan ANC yang tidak sesuai standar (64,30%). Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan anemia sedang mencakup usia, usia kehamilan, paritas, dan frekuensi kunjungan ANC. Faktor yang paling dominan memengaruhi anemia sedang adalah kunjungan ANC (p-value 0,007; Exp(B) = 29,340), sedangkan pada anemia ringan, faktor paritas merupakan yang paling berpengaruh (p-value 0,006; Exp(B) = 32,312). Kunjungan ANC merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian anemia sedang. Paritas merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian anemia ringan.</p>2025-04-26T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Alysa Sri Widyaningsih, Muhammad Irsam, Afiana Rohmani https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/358Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Stroke di RS PKU Muhammadiyah Gamping 2025-04-11T07:12:42+00:00Nazwa Sheika Nabila[email protected]Tri Wahyuliati[email protected]<p>Stroke terjadi akibat gangguan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan hingga kematian sel otak dan menjadi penyebab kematian kedua di dunia. Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai 10,9% permil pada 2018, dengan angka tertinggi di Kalimantan Timur (14,7%) dan DIY (14,6%). Salah satu faktor risiko stroke adalah obesitas yang diukur menggunakan indeks massa tubuh (IMT), dimana prevalensi populasi dengan IMT >25 kg/m² meningkat dari 10,5% pada 2007 menjadi 21,8% pada 2018. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara IMT dan kejadian stroke di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat observasional analitik dengan desain penelitian case control. Penelitian ini melibatkan 328 subjek yang terdiri dari 164 pasien stroke dan 164 non stroke. Hubungan antara IMT dengan kejadian stroke tidak signifikan dengan nilai p 0,385 (p<0,05) dengan korelasi sangat lemah. Analisis multivariat menunjukkan hipertensi berhubungan dengan kejadian stroke. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dalam skrining faktor risiko stroke, termasuk penggunaan indikator lain seperti lingkar pinggang atau rasio pinggang-pinggul yang dapat lebih mencerminkan distribusi lemak tubuh.</p>2025-04-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Nazwa Sheika Nabila, Tri Wahyuliatihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/302Deteksi Gen GST (Glutathione S-Transferase ) pada Nyamuk Aedes aegypti Resistensi Insektisida Metomil Metode Real-Time2025-03-06T03:46:23+00:00Anita Dwi Anggraini[email protected]<p>Latar Belakang: Salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia adalah DBD, penyakit ini terus meningkat setiap tahun. Sehingga, perlu dilakukan pencegahan dengan cara pengendalian vektor yaitu pemberian insektisida yang dilanjut dengan pemeriksaan berbasis molekuler. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gen GSTpada nyamuk Aedes aegypti yang resisten terhadap insektisida metomil. Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif untuk mengetahui adanya gen (Glutathioone S-Transferase) dan pengumpulan data dilakukan secara observasi atau pengambilan secara langsung. Hasil: Pada uji resistensi didapatkan 54,66% yaitu 41 ekor dari 75 ekor nyamuk yang resisten terhadap paparan insektisida metomil. Nyamuk yang resisten dilanjutkan untuk deteksi gen GST dengan hasil yang muncul berupa nilai CT. Hasil yang didapatkan dari 4 sampel uji mununjukkan hasil N/A pada nilai CT. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa 100% sampel uji negatif atau tidak terdeteksi gen GST.</p>2025-03-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Anita Dwi Anggrainihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/273Home-School-Based Nutrition Intervention Program to Increase Fruit and Vegetable Consumption in Children and Adolescent: A Systematic Review2025-04-11T07:15:58+00:00Irma Nuraeni[email protected]Dina Setiawati[email protected]Ima Karimah[email protected]Yuni Miranti[email protected]<p>Fruit and vegetable campaigns have been widely conducted in countries with school-based intervention programs as a promising strategy to improve eating habits, but no reviews have assessed the effectiveness of multicomponent home-school-based programs on daily fruit and vegetable intake. Through a systematic review of the literature, this study aims to determine the effectiveness of a home-school-based nutrition intervention program on children's and teenagers' consumption of fruits and vegetables. This research identified randomized controlled trials based in primary, middle, and high schools designed to increase daily fruit and vegetable intake. PubMed, Google Scholar, and Crossref were searched from 2013 to 2024. The six studies met all inclusion criteria. Three of the six studies’ findings indicate that home-school-based nutrition intervention programs significantly increase fruit and vegetable intake among children and adolescents. The amount of FV consumed by teenagers at follow-up was significantly correlated with the level of parental participation in the Boost intervention. Adolescents' consumption of fruits and vegetables increased significantly during the BALANCE program intervention. The three-year school-based multicomponent intervention group's children's daily intake of fruits and vegetables increased significantly. However 3 other literature studies did not increase fruit and vegetable consumption. This study references the best approaches and strategies to prevent non-communicable diseases. Multicomponent interventions with specific duration and sustainability in the future may have the potential to be effectively implemented.</p>2025-05-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Irma Nuraeni, Dina Setiawati, Ima Karimah, Yuni Mirantihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/352Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas Suku Karo dalam Manajemen ASI Ekslusif2025-04-11T06:55:58+00:00Vera Hardianti Br Tarigan[email protected]<p>Air Susu Ibu (ASI) merupakan produksi alami kelenjar payudara yang terjadi setelah proses melahirkan, berfungsi sebagai sumber nutrisi utama bagi bayi baru lahir. ASI mengandung komposisi nutrisi optimal, termasuk protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral, esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan bayiPada penelitian ini, jenis yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi terdiri dari 120 orang dengan sampel yang diambil 21 orang, metode pengumpulan data dilakukan dengan cara metode observasi (pengamatan)., metode angket (kuesioner),dan metode dokumenter, analisa data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari distrbusi data karakteristi ibu nifas berdasarkan usia,distribusi data karateristik ibu nifas berdasarkan pendidikan dan distribusi data karakteristik ibu nifas berdasarkan pekerjaan. Hasil analisis pengetahuan dan sikap pemberian ASI ekslusif dapat diketahui bahwa dari 21 responden dapat diketahui bahwa terdapat 15 responden (71,4%) yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang pemberian ASI ekslusif dan dapat diketahui bahwa ada 13 responden (61,9%) yang memiliki sikap yang kurang baik tehadap pemberian ASI ekslusif, yang tidak memberikan ASI ekslusif ada 12 responden (57,2%).</p>2025-04-29T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Vera Hardianti Br Tariganhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/299Efek Protektif Ekstrak Peperomia pellucida terhadap Fibrosis Jantung yang Diinduksi Pajanan Asap Rokok: Suatu Studi Pre-Klinis2025-03-04T22:11:40+00:00Andra Agnez Al Aska[email protected]Farida Anggraini Soetedjo[email protected]Johanes Aprilius Falerio Kristijanto[email protected]<p>Fibrosis jantung merupakan respon patologis terhadap cedera kronis yang dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pajanan asap rokok atau secondhand smoke (SHS) diketahui dapat meningkatkan risiko fibrosis jantung melalui mekanisme stres oksidatif dan inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek protektif ekstrak Peperomia pellucida terhadap fibrosis jantung yang diinduksi oleh pajanan SHS pada tikus Wistar. Tikus dibagi menjadi tiga kelompok: Kelompok K (kontrol), Kelompok P1 yang hanya menerima pajanan SHS, dan Kelompok P2 yang diberi ekstrak P. pellucida 400 mg/kg BB sebelum dan selama pajanan SHS. Efek fibrosis jantung dievaluasi melalui pengukuran berat jantung dan analisis fraksi area kolagen menggunakan pewarnaan Masson’s Trichrome. Data dianalisis dengan uji One-Way ANOVA diikuti dengan uji post-hoc Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajanan SHS secara signifikan (p > 0,05) meningkatkan berat jantung dan fraksi area kolagen pada kelompok P1 dibandingkan dengan kelompok kontrol (K). Sementara itu, pada kelompok P2 yang mendapat ekstrak P. pellucida, terdapat penurunan yang bermakna (p < 0,05) pada berat jantung dan fraksi area kolagen. Penurunan ini mengindikasikan adanya efek protektif dari ekstrak P. pellucida. Berdasarkan temuan ini, ekstrak P. pellucida menunjukkan potensi sebagai agen terapeutik dalam mencegah fibrosis jantung yang disebabkan oleh pajanan asap rokok. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi mekanisme molekuler yang mendasari efek protektif ini dan untuk menilai dosis serta durasi pengobatan yang optimal.</p>2025-03-14T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Andra Agnez Al Aska, Farida Anggraini Soetedjo, Johanes Aprilius Falerio Kristijanto https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/266The Influence of Perceived Ease of Use, Perceived Usefulness, and Price Value on Behavioral Intention of Telemedicine Application Users 2025-03-05T23:47:16+00:00Sabrina Clarissa Suwandi[email protected]Natania Chandra[email protected]Revi Margareta[email protected]Audelia Kathleen Sulaiman[email protected]<p>The increasing demand for healthcare services and the challenges posed by geographical barriers have made telemedicine an essential tool in providing accessible and efficient healthcare. In regions with limited access to healthcare facilities, telemedicine has proven to be a critical solution for delivering timely care and reducing the burden on traditional healthcare systems. This research aims to explore the factors influencing the behavioral intention of telemedicine application users, specifically focusing on perceived ease of use, perceived usefulness, and price value. This research employed a quantitative approach, research method with a cross-sectional approach, with data collected from 119 telemedicine users in Indonesia. Data were analyzed using Partial Least Square-Structural Equation Modeling (PLS-SEM)). The results indicate that the scores for each research variable perceived ease of use, perceived usefulness, and price value significantly and positively influence the intention to use telemedicine. The questionnaire was found to be valid and reliable, meaning that the questions in the survey are suitable for use as research instruments. These findings underscore the growing importance of telemedicine in improving healthcare accessibility and efficiency, especially in the context of post-pandemic healthcare systems.</p>2025-04-07T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Sabrina Clarissa Suwandi, Natania Chandra, Revi Margareta, Audelia Kathleen Sulaiman https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/349Tatalaksana Komprehensif Syok Kardiogenik2025-03-30T21:50:08+00:00Ni Made Dharma Laksmi[email protected]<p>Syok kardiogenik merupakan kondisi klinis yang ditandai dengan gangguan perfusi organ vital akibat penurunan curah jantung yang signifikan. Mortalitas pada syok kardiogenik tetap tinggi meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan diagnosis dan tatalaksana. Pengenalan sistem klasifikasi baru oleh <em>Society for Cardiovascular Angiography and Interventions</em> (SCAI) memberikan pendekatan yang lebih terstruktur dalam menilai tingkat keparahan dan risiko mortalitas pasien. Diagnosis dini menggunakan evaluasi multimodal yang terintegrasi dengan klasifikasi SCAI dapat membantu stratifikasi risiko pasien dan menentukan intervensi yang sesuai. Sebagian besar tatalaksana farmakologis merupakan hal yang sering digunakan dan memegang peranan penting terutama dalam terapi awal, namun tatalaksana utama dalam syok kardiogenik yaitu tatalaksana terhadap etiologi yang mendasari. Namun, tantangan tetap ada, termasuk standar waktu optimal untuk intervensi dan pengelolaan komplikasi. Artikel ini mengulas pendekatan diagnosis menggunakan klasifikasi SCAI, perkembangan dalam tatalaksana farmakologis termasuk dukungan sirkulasi mekanis sementara.</p>2025-04-07T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Ni Made Dharma Laksmi https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/295Breast Cancer Patients at Dr. Zainoel Abidin Hospital Banda Aceh2025-03-04T22:16:38+00:00Maria Meildi[email protected]Azwar Arifki[email protected]Fachrul Razi[email protected]Noer Faisal Darmi[email protected]Khalikul Razi[email protected]<p>Breast cancer was the most common cancer-related death in women. Epidemiology reports the incidence to increase related to stage, histopathologic and subtype. Epidemiology reports in Aceh of breast cancer patients treated at Zainoel Abidin Banda Aceh Hospital are still limited. We want to report breast cancer patient profiles in Aceh. This study uses a quantitative descriptive approach by analyzing medical data of breast cancer patients recorded during 2021. The variables analyzed include age, age, location of cancer, histopathology type, grading and subtype of breast cancer performed. In this study, it was found that patients diagnosed with breast cancer were aged 36-50 years with images of 53 patients (37.86%) patients aged over 50 years and 14 (10%) patients aged under 36 years. The most common histopathology types were invasive ductal carcinoma 64%, and invasive lobular carcinoma 36%. Histopathology grading of breast cancer obtained the highest grade with grade III as many as 79 patients (56%). The most common subtype of breast cancer was triple negative. Breast cancer patients were most common at the age of 50 years old, histopathology was invasive ductal carcinoma, and the most common subtype of breast cancer was Triple Negative.</p>2025-03-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Maria Meildi, Azwar Arifki, Fachrul Razi, Noer Faisal Darmi, Khalikul Razihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/251Gambaran Pemeriksaan HbSAG (Hepatitis B), Periode Januari-Februari 2024 dengan Metode Immunochromatografi (ICT) di Virtudigilab, Nusa Dua 2025-02-04T08:24:22+00:00Komang Juwita Endrawati[email protected]Anak Agung Bulan Ginitri[email protected]Ni Ketut Lyra Sakhya Melani[email protected]<p>Virus Hepatitis B (HBV) merupakan virus yang mampu membuat terjadinya radang atau infeksi pada sel hati, yang dapat berkembang menjadi hepatitis akut maupun kronis. Infeksi kronis berisiko menyebabkan sirosis atau kanker hati. Deteksi dini infeksi HBV dapat dilakukan melalui pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg), yaitu antigen permukaan yang ada dalam virus Hepatitis B. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan HBsAg serta menganalisis persentase pemeriksaan yang dilakukan selama periode Januari–Februari 2024 di Laboratorium VirtuDigilab Nusa Dua. Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif. Populasinya adalah pasien yang menjalani pemeriksaan HBsAg pada periode Januari-Februari 2024 dengan menggunakan metode deskriptif yang melibatkan 50 orang. Sampel berupa serum diuji menggunakan metode Immunochromatographic Test (ICT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96% sampel memiliki hasil HBsAg non-reaktif (-), sementara 4% menunjukkan hasil HBsAg positif. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar dilakukan dengan populasi sampel yang lebih besar serta dilanjutkan dengan pemeriksaan deteksi anti-HBsAg guna mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai status infeksi Hepatitis B.</p>2025-03-03T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Komang Juwita Endrawati, Anak Agung Bulan Ginitri, Ni Ketut Lyra Sakhya Melanihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/320Keluhan Low Back Pain (LBP) pada Pekerja Sablon di Wilayah Denpasar Selatan2025-03-12T09:40:52+00:00Adi Saputra[email protected]Galoh Alberta Ganesa Putri[email protected]<p>Keluhan Low Back Pain (LBP) pada pekerja sablon di Wilayah Denpasar Selatan menjadi masalah yang signifikan karena dapat menurunkan produktivitas kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan keluhan LBP pada pekerja sablon di Wilayah Denpasar selatan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Teknik perhitungan sampel penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yaitu accidental sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 56 orang. Data keluhan LBP dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner The Pain and Distress Scale (William J. K Zung) dan untuk penilaian sikap kerja menggunakan REBA. Analisi yang digunakan pada penelitian ini menggunkaan uji regresi logistik sederhana untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel dan uji regresi logistik berganda untuk mengetahui variabel manakah yang paling berhubungan dengan LBP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pekerja sablon di Wilayah Denpasar Selatan mengalami keluhan LBP dengan kategori sedang (76,79%). Keluhan LBP pada frekuensi selalu terbanyak yaitu pada saat pekerja sedang melakukan aktivitas pekerjaan (67,86%). Faktor-faktor yang berhubungan terhadap keluhan LBP pada pekerja sablon adalah usia dengan p-value=0,005 (OR=10,26; 95%CI= 2,01-52,50), status gizi dengan p-value=0,048 (OR=3,69; 95%CI=1,01- 13,45), dan sikap kerja dengan p-value=0,038 (OR=9,49; 95%CI=1,13-79,69). Usia menjadi faktor yang paling dominan menyebabkan keluhan LBP. Dengan demikian, perlu adanya kerjasama antarpihak untuk mengedukasi masyarakat terkait faktor risiko keluhan LBP pada industri sablon serta bagi pemilik usaha sablon diharapkan dapat memperhatikan usia dan durasi kerja perhari.</p>2025-04-03T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Adi Saputra, Galoh Alberta Ganesa Putri https://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/289Hubungan Kadar Asam Laktat dengan Derajat Nyeri Low Back Pain pada Pemanen Sawit PT Tasmapuja Kabupaten Kampar Tahun 20242025-02-23T22:11:31+00:00Yuharika Pratiwi[email protected]Nova Melinda[email protected]<p>Penelitian ini mengkaji apakah terdapat hubungan antara kadar asam laktat dan derajat nyeri low back pain (LBP) pada pemanen sawit di PT Tasmapuja, Kabupaten Kampar tahun 2024. Permasalahan ini penting mengingat LBP yang dialami pekerja dapat mempengaruhi keselamatan kerja dan produktivitas, terutama pada aktivitas fisik berat yang menyebabkan akumulasi asam laktat. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kadar asam laktat dengan <em>low back pain </em>pada pemanen sawit di PT. Tasma Puja Kabupaten Kampar tahun 2024. Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik observasional, rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling yang diuji secara statistik dengan menggunakan uji spearman. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan diperoleh <em>p-value </em>= 0,000, hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kadar asam laktat dengan derajat nyeri LBP pada pemanen sawit di PT. Tasma Puja. Uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara kadar asam laktat dengan derajat LBP pada pemanen sawit PT. Tasma Puja Kabupaten Kampar tahun 2024 (p-value 0,000; r 0,649) dengan kekuatan hubungan positif kuat.</p>2025-02-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Yuharika Pratiwi, Nova Melindahttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/228Analisa Pengaruh Karakteristik Pasien terhadap Hasil Calsium Score pada Pemeriksaan CT Scan Cardiac di Rumah Sakit Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau2025-02-04T08:16:33+00:00Febri Yoga Syahputra[email protected]<p>Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian di dunia, dan salah satu cara untuk mendeteksi risiko PJK adalah melalui pemeriksaan Calcium Score menggunakan CT Scan Cardiac. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik pasien terhadap hasil Calcium Score pada pemeriksaan CT Scan Cardiac di Rumah Sakit Arifin Achmad, Pekanbaru, Provinsi Riau. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan observasional. Sampel penelitian terdiri dari 19 pasien yang menjalani pemeriksaan CT Scan Cardiac di Rumah Sakit Arifin Achmad. Data yang dikumpulkan meliputi usia, jenis kelamin, dan berat badan pasien. Analisis data dilakukan menggunakan uji statistik Mann-Whitney dan uji Friedman untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan antara karakteristik pasien dan hasil Calcium Score. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara karakteristik pasien, seperti jenis kelamin, usia, dan berat badan, terhadap hasil Calcium Score pada pemeriksaan CT Scan Cardiac. Nilai p (sig) yang lebih besar dari 0,05 untuk semua variabel yang diuji menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut tidak mempengaruhi hasil Calcium Score. Penelitian ini memberikan pemahaman bahwa karakteristik pasien yang biasa digunakan sebagai indikator risiko tidak selalu berpengaruh signifikan terhadap hasil pemeriksaan Calcium Score, dan pentingnya mempertimbangkan faktor lain dalam penentuan diagnosis dan pencegahan penyakit jantung koroner.</p>2025-02-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Febri Yoga Syahputrahttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/314Penatalaksanaan Hiperurisemia, Dislipidemia dan Obesitas Melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga2025-03-11T07:29:07+00:00Michael Aquilar Sugianto[email protected]Tirta Darmawan Susanto[email protected]Shirley Moningkey[email protected]<p>Hiperurisemia merupakan suatu kondisi di mana kadar asam urat terlampaui dalam tubuh. Jika tidak segera diobati, hiperemia dapat menyebabkan pembentukan kristal gout, yang dapat menyebabkan gout dan batu ginjal. Dislipidemia adalah penyakit yang ditandai dengan kadar kolesterol, LDL, HDL, dan trigliserida, yang tidak normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat atau gangguan genetik. Dislipidemia sering berubah hanya ketika komplikasi seperti stroke atau serangan jantung terjadi. Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebihan karena ketidakseimbangan penyerapan energi (asupan energi), dan energi digunakan untuk waktu yang lama (pengeluaran energi). Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut peran dokter umum untuk mencegah dan mengurangi komplikasi dari tiga jenis penyakit, termasuk batu ginjal, garis keturunan, serangan jantung dan penyakit metabolisme lainnya. Kedokteran keluarga memainkan peran penting dalam deteksi, pencegahan dan manajemen tiga penyakit. Pendekatan kedokteran keluarga menekankan intervensi preventif, pendidikan pasien dan manajemen jangka panjang. Pendekatan ini berharap bahwa pasien dan keluarga mereka akan meningkatkan pentingnya mengelola tiga jenis penyakit..</p>2025-03-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Michael Aquilar Sugianto, Tirta Darmawan Susanto, Shirley Moningkeyhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/287Systematic Review: The Effect of Neiguan Acupressure Technique on Nausea and Vomiting in Postoperative Sectio Caesarea Patients with Spinal Anesthesia2025-02-11T18:58:15+00:00Halima Aulia Ita Maghfiroh[email protected]Aem Ismail[email protected]<p>Nausea and vomiting after cesarean section with spinal anesthesia is a common problem that can interfere with patient recovery. The use of the Antigua acupressure technique (P6) as a non-pharmacological therapy shows the potential to reduce these symptoms. This study aims to analyze the effect of the neiguan acupressure technique on nausea and vomiting in postoperative sectio caesarea patients with spinal anesthesia. The method used was a systematic review by analyzing three relevant primary studies from PubMed and Google Scholar databases during the period 2019-2024. Data were collected and evaluated to assess the effectiveness of acupressure in relieving nausea and vomiting. The results showed that the neiguan acupressure technique significantly reduced nausea and vomiting, with measurements taken at hour 6 postoperatively showing p=0.003 and hour 12 p=0.005. All studies analyzed showed positive results regarding the effect of acupressure. The Neiguan acupressure technique is effective in overcoming nausea and vomiting in postoperative cesarean section patients with spinal anesthesia. However, other factors also contribute to changes in nausea and vomiting response, so this technique should be considered as part of a comprehensive therapeutic approach.</p>2025-02-20T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Halima Aulia Ita Maghfiroh, Aem Ismailhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/372The Implementation of Lean Healthcare As an Effort to Improve The Quality and Patient Satisfaction in Outpatient Services: A Case Study At Bontang Islamic Hospital2025-05-27T15:34:16+00:00Ary Sigit Pranoto[email protected]Sumeidi Kadarisman[email protected]Etty Sofia Mariati Asnar[email protected]<p>This study aims to identify the influence of Lean Healthcare, including service quality, cost, and delivery speed, on patient satisfaction in Rumah Sakit Islam Bontang outpatient services. The sample comprises 376 selected from 6,200 patients using the Simple Random Sampling method. This research employs a quantitative approach with descriptive and verification methods. Data were collected through questionnaires filled out by respondents, and the analysis was conducted using multiple linear regression with the assistance of SPSS software. The results indicate that service quality, cost, and delivery speed significantly affect patient satisfaction both partially and simultaneously. In conclusion, implementing Lean Healthcare has improved patient satisfaction in Rumah Sakit Islam Bontang outpatient services.</p>2025-06-03T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Ary Sigit Pranoto, Sumeidi Kadarisman, Etty Sofia Mariati Asnarhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/175Uji Fenolik Total dan Kapasitas Antioksidan DPPH Ekstrak Daun Singkong (Manihot esculenta)2025-02-04T08:03:15+00:00Leonard Lin[email protected]Eny Yulianti[email protected]F. Ferdinal[email protected]<p>Singkong merupakan bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi di Indonesia. Daunnya sendiri bisa menjadi berbagai masakan seperti ditumis, direbus ataupun sebagai lalapan. Daun singkong dikatakan dapat membantu beberapa penyakit seperti hipertensi. Daun singkong banyak mengandung mineral seperti Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Ca, K, mengandung protein kasar, β-karoten serta memiliki senyawa aktif flavonoid, fenolik, dan mengandung klorofil yang merupakan antioksidan alami. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bersifat in vitro dan bioassay. Uji in vitro yang dilakukan terdiri dari uji fitokimia, uji kapasitas total antioksidan, uji fenolik total serta uji toksisitas BSLT. Hasil Penelitian menunjukan bahwa didalam kandungan bahwa ekstrak Manihot esculenta positif alkaloid, anthocyanin dan betacyanin, kardioglikosida, coumarin, flavonoid, glikosida, fenol, saponin, steroid, dan tannin. Sedangkan hasil uji fitokimia kuinon, dan terpenoid didapatkan hasil negatif. Kadar fenolik dalam ekstrak daun Manihot esculenta didapatkan 48,87 mgGAE/gr. Hasil uji kapasitas antioksidan DPPH diperoleh IC50 sebesar 285,371 μg/mL. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa daun singkong berpotensi sebagai sumber antioksidan alami yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan untuk melawan penyakit akibat oxidative stress, meskipun dengan efektivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan standar antioksidan Trolox.</p>2025-02-25T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Leonard Lin, Eny Yulianti, F. Ferdinalhttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/312Hubungan Suhu dan Kelembapan Lingkungan dengan Nilai Tekanan Darah Staf Dapur Anggrek Katering2025-03-11T07:03:10+00:00Susilo Budi Pratama[email protected]Nurunnisa Fitria Baroroh[email protected]Lukman Faishal Fatarani[email protected]<p>Prevalensi hipertensi di kalangan dewasa cukup tinggi. Suhu tinggi dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular. Suhu lingkungan erat kaitannya dengan tingkat kelembapan udara. Semakin tinggi suhu lingkungan maka semakin rendah tingkat kelembapan udara di sekitar. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara suhu dan kelembapan lingkungan terhadap tekanan darah pada staf dapur Anggrek Katering. Jenis penelitian deskriftif kuantitatif, dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sebanyak 54 orang yang bekerja sebagai staf dapur anggrek katering. Analisis statistik menggunakan Rank Spearman. Terdapat perbedaan nilai tekanan darah sebelum dan sesudah bekerja dengan p value 0,0001. Terdapat korelasi sistolik terhadap suhu, memiliki hubungan yang signifikan dan berpola positif, dengan nilai r =0,3167 dan nilai p=0,0385. Pada diastolic dengan suhu memiliki nilai r =-0,142 dan nilai p=0,363 artinya tidak terdapat korelasi, tidak berhubungan secara signifikan dan berpola negatif. Nilai sistolik terhadap kelembapan memiliki nilai r=-0,398 dan nilai p 0,0082 yang artinya terdapat korelasi, memiliki hubungan yang signifikan antara sistolik dengan kelempaban dan berpola negative. Dijumpai nilai korelasi diastolic terhadap kelembapan dengan nilai r =-0,0193 dan nilai p=0,902 yang artinya tidak terdapat korelasi, hubungan yang signifikan dan berpola negatif. Dengan demikian hubungan antara suhu dan kelembapan lingkungan terhadap nilai tekanan darah terhadap staf dapur Anggrek Katering.</p>2025-04-03T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Susilo Budi Pratama, Nurunnisa Fitria Baroroh, Lukman Faishal Fataranihttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/283Pengaruh Terapi Kombinasi Counter Pressure Massage dan Minuman Jahe Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSUD Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis2025-05-10T02:24:34+00:00Yana Ceria Amalia[email protected]Komaria Susanti[email protected]Wira Ekdeni Aifa[email protected]Hirza Rahmita[email protected]<p>Nyeri adalah sebuah fenomena yang identik dengan proses persalinan. Di dunia ada sekitar 85-90% persalinan berlangsung dengan rasa nyeri. Untuk meminimalisir trauma, intensitas nyeri persalinan pada Ibu dapat dikurangi dengan metode nonfarmakologi seperti counter pressure massage dan minuman jahe hangat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Terapi Kombinasi Counter Pressure Massage dan Minuman Jahe Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSUD Kecamatan Mandau Tahun 2024. Metode Penelitian yang digunakan adalah pre-experimental dengan desain one group pretest and posttest. Penelitian dilakukan dari Agustus 2024 – Januari 2025. Populasinya adalah ibu inpartu kala I fase aktif yang melahirkan di Ruang Bersalin RSUD Kecamatan Mandau dengan jumlah sampel 12 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data diperoleh dengan lembar observasi selanjutnya dianalisa menggunakan Uji Paired Sample T-Test. Hasil penelitian diperoleh rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan terapi kombinasi adalah 6 (nyeri sedang) dan sesudah diberikan terapi rata-rata skala nyeri berkurang menjadi 3,4167 (nyeri ringan). Dari hasil analisis bivariat diperoleh nilai p value < 0,001 (p<0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi kombinasi counter pressure massage dan minuman jahe hangat. Luaran tugas akhir adalah poster. Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh terapi kombinasi counter pressure massage dan minuman jahe hangat terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan. Diharapkan terapi kombinasi ini dapat diaplikasikan untuk menurunkan nyeri persalinan.</p>2025-06-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Yana Ceria Amaliahttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/368An Exploratory Study of the Prevalence and Risk Factors of Hypercholesterolemia Among the Elderly in Kelating Village, Tabanan Regency2025-05-10T02:27:43+00:00AA Intan Pramesti[email protected]Premayani Sidemen[email protected]I Made Suma Wirawan[email protected]Kadek Nova Adi Putra[email protected]Indry Agatha R. P[email protected]<p><em>Hypercholesterolemia, characterized by elevated levels of LDL, triglycerides, and total cholesterol, is a common but often undetected condition among the elderly. In Indonesia, the prevalence of hypercholesterolemia in individuals aged 65–74 is reported at 38.2%. Early detection is critical to prevent severe complications. Dietary habits and physical inactivity, particularly in populations such as the Segara Santhi elderly group in Kerambitan Village, Tabanan—who have a history of pork consumption and low physical activity—may increase vulnerability to this condition. This preliminary cross-sectional study aimed to explore the prevalence and potential risk factors associated with hypercholesterolemia among elderly individuals in the Segara Santhi group. Using purposive random sampling, 30 elderly participants were selected. Fasting total blood cholesterol levels were measured after an 8-hour fast. Data were analyzed and presented descriptively and in tabular form. A total of 16 participants (51.6%) had total cholesterol levels >200 mg/dL, with a higher proportion observed in elderly women. No statistically significant associations (P>0.05) were found between hypercholesterolemia and gender, age, blood pressure, or fasting blood glucose. However, a significant relationship was identified between hypercholesterolemia and uric acid levels (P<0.05). As a preliminary study, these findings suggest a high prevalence of hypercholesterolemia in this elderly population and indicate a possible link with uric acid levels. Further research with a larger sample size is needed to validate these results and better understand associated risk factors.</em></p>2025-05-24T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 AA Intan Pramesti, Premayani Sidemen, I Made Suma Wirawan, Kadek Nova Adi Putra, Indry Agatha R. Phttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/109Pengobatan Herbal pada Penyakit Psoriasis dan Vitiligo2025-06-08T13:45:33+00:00Rodinda Hutabarat[email protected]Githa Rahmayunita[email protected]<p>Psoriasis dan vitiligo masih menjadi tantangan di bidang dermatologi karena bersifat kronik residif, remisi sempurna dalam terapi sulit dicapai, menyebabkan disabilitas, dan berdampak buruk terhadap kualitas hidup pasien. Karena umumnya digunakan dalam jangka waktu yang panjang, terapi untuk psoriasis dan vitiligo dapat menyebabkan beberapa masalah misalnya efek samping dan biaya pengobatan. Untuk itu terapi alternatif berupa obat herbal diharapkan dapat menjadi pilihan terapi yang efektif dengan efek samping yang lebih sedikit dan biaya yang lebih murah. Namun demikian dibutuhkan uji klinis lebih lanjut dengan penilaian keamanan dan efikasi yang lebih adekuat sebelum menggunakan obat herbal dalam praktik klinis.</p>2025-06-10T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Rodinda Hutabarat, Githa Rahmayunitahttps://jusindo.publikasiindonesia.id/index.php/jsi/article/view/310Hubungan Perilaku Caring dan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien di Unit Gawat Darurat UPT Puskesmas Batu Putih Kabupaten Berau2025-05-10T02:24:19+00:00Luthfi Achmad Fachrezi[email protected]Rizky Setiadi [email protected]Abd Kadir [email protected]<p>Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perilaku caring dan komunikasi terapeutik yang ditunjukkan oleh perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara kedua aspek tersebut dengan tingkat kepuasan pasien. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif dan metode Cross Sectional. Data primer dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah pasien di Unit Gawat Darurat (UGD) yang telah menerima perawatan selama lebih dari satu jam, dengan total 101 orang yang dipilih menggunakan teknik accidental sampling. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku caring dan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien (nilai p = 0,000 < 0,05), sehingga hipotesis alternatif diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara perilaku caring dan komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien di UGD UPT Puskesmas Batu Putih Kabupaten Berau. Oleh karena itu, disarankan agar perawat terus meningkatkan kemampuan dalam menunjukkan sikap caring dan berkomunikasi secara terapeutik, terutama dalam hal memperkenalkan diri kepada pasien sebelum memberikan pelayanan, guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kepuasan pasien.</p>2025-06-02T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Luthfi Achmad Fachrezi, Rizky Setiadi , Abd Kadir