JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 559
Analisis Komunikasi dan Peran Keluarga dengan
Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Prolanis di Pekanbaru
Ratih Ayuningtiyas
1*
, Lasiah Susanti
2
, Dewi Sartika Siagian
3
Universitas Abdurrab, Pekanbaru, Indonesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
kepatuhan minum obat;
komunikasi keluarga;
peran keluarga; prolanis
Hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 termasuk penyakit yang
umumnya berlangsung lama yaitu satu tahun atau lebih yang
memerlukan perawatan medis berkelanjutan. Menurut data Sample
Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, penyakit ini
termasuk penyebab kematian tertinggi yaitu di urutan ke-3 pada
diabetes melitus tipe 2 dan urutan ke-5 pada hipertensi. Pemerintah
melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
berupaya untuk menurunkan risiko komplikasi dan angka kematian
yaitu dengan membuat sebuah Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis) dan Pelayanan Rujuk Balik (PRB). Berdasarkan data BPJS
Kesehatan Provinsi Riau Februari 2020, jumlah pasien Prolanis di
Wilayah Kota Pekanbaru memiliki jumlah terbanyak di Provinsi
Riau sebanyak 10.114 pasien. Untuk meningkatkan kepatuhan
minum obat pasien, faktor keluarga juga turut berperan. Menurut
teori model McMaster, bahwa fungsi keluarga mempengaruhi
kesehatan fisik dan psikologis anggota keluarga. Keluarga dengan
komunikasi yang efektif dapat membantu meningkatkan keterlibatan
anggota keluarga dalam pengobatan pasien. Keluarga juga memiliki
peran pengasuhan, mengidentifikasi masalah kesehatan, membuat
janji perawatan kesehatan, dan menjaga kepatuhan terhadap
pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi
dan peran keluarga dengan kepatuhan konsumsi minum obat pada
pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru. Penelitian ini
menggunakan desain studi observasional analitik dengan cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kota Pekanbaru.
Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling
sebanyak 108 sampel. Analisis data menggunakan uji korelasi
Spearman. Hasil penelitian ditemukan adanya hubungan komunikasi
dan peran keluarga dengan kepatuhan konsumsi minum obat pada
pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru dengan nilai p-value
0,006 dan 0,025. Sehingga dapat disimpulkan komunikasi dan peran
keluarga berhubungan dengan kepatuhan minum obat.
ABSTRACT
Hypertension and type 2 diabetes mellitus are diseases that generally
last a long time, namely one year or more, requiring ongoing
medical treatment. According to 2014 Indonesian Sample
Registration System data, this disease is the highest cause of death,
namely in 3rd place in type 2 diabetes mellitus and 5th in
hypertension. Through the Social Security Administering Agency for
Health, the government is trying to reduce the risk of complications
and death rates by creating a Chronic Disease Management
Program (Prolanis) and Referral Services (PRB). Based on BPJS
Health data from Riau Province in February 2020, the number of
Prolanis patients in the Pekanbaru was the highest in Riau Province
Keywords:
family communication;
family roles; medication
adherence; prolanis
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 560
at 10,114 patients. Family factors also play a role in increasing
patient medication adherence. According to the McMaster model
theory, family function influences family members' physical and
psychological health. Families with effective communication can
help improve the involvement of family members in patient treatment.
The family also has a caregiving role, identifying health problems,
making health care appointments, and maintaining treatment
adherence. This study aims to analyze communication and the role
of the family in compliance with medication consumption in Prolanis
patients in the Pekanbaru City Area. This research uses a cross-
sectional analytical observational study design. This research was
conducted in Pekanbaru, using cluster sampling with 108 samples.
Data analysis used the Spearman correlation test. The research
results found a relationship between communication and the role of
the family in compliance with medication consumption in Prolanis
patients in the Pekanbaru, with p-values of 0.006 and 0.025.
Therefore, it may be inferred that there is a correlation between
communication and the function of the family to medication
adherence.
Coresponden Author: Ratih Ayuningtiyas
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Penyakit kronis merupakan penyakit yang umumnya berlangsung lama yaitu satu
tahun atau lebih yang memerlukan perawatan medis berkelanjutan. Penyakit hipertensi
dan diabetes melitus tipe 2 termasuk dalam kelompok penyakit kronis (Comlossy, 2012).
Hipertensi dikenal sebagai tekanan darah tinggi yaitu suatu kondisi di mana tekanan
pembuluh darah terus-menerus meningkat. Sementara itu, diabetes melitus tipe 2 adalah
penyakit kronis yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi disebabkan karena
gangguan sekresi insulin di kelenjar pankreas (Kementrian Kesehatan RI, 2020). Menurut
World Health Organization (WHO) diperkirakan 1,13 miliar orang di seluruh dunia
menderita hipertensi (WHO, 2021). Demikian pula untuk kasus diabetes melitus tipe 2,
diperkirakan sekitar 425 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes melitus tipe 2
(Forouhi & Wareham, 2019). Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Menurut data
Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, penyakit ini termasuk
penyebab kematian tertinggi yaitu di urutan ke-3 pada diabetes melitus tipe 2 dengan
komplikasinya dan urutan ke-5 pada hipertensi dengan komplikasinya. Hal serupa juga
terjadi di Wilayah Kota Pekanbaru yang merupakan Ibu Kota Provinsi Riau, dimana
angka kunjungan hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 ke Puskesmas termasuk kasus
yang tinggi sebanyak 35.090 untuk hipertensi dan 19.093 untuk diabetes melitus tipe 2
(Kemenkes RI, 2018).
Upaya Pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
bertujuan untuk menurunkan risiko komplikasi dan angka kematian yaitu dengan
membuat sebuah Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang bekerja sama
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 561
dengan fasilitas kesehatan bertujuan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal pada
pasien. BPJS Kesehatan juga menyelenggarakan Program Rujuk Balik (PRB) yang
bertujuan untuk meningkatkan disiplin pasien dalam pengelolaan penyakit dan minum
obat. Berdasarkan data BPJS Kesehatan Provinsi Riau Februari 2020, jumlah pasien
Prolanis yang mengikuti PRB di Wilayah Kota Pekanbaru memiliki jumlah terbanyak
dari dua belas Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Riau yaitu sebanyak 10.114
pasien.
Untuk mengurasi risiko komplikasi maka pasien harus patuh dan rutin terhadap
pengobatannya (Fernandez-Lazaro dkk., 2019). Selain peran pemerintah dan petugas
kesehatan melalui kegiatan Prolanis, faktor keluarga juga turut berperan dalam
meningkatkan kepatuhan minum obat pasien. Menurut teori model McMaster, bahwa
fungsi keluarga mempengaruhi kesehatan fisik dan psikologis anggota keluarga (Ryan
dkk., 2012). Diantaranya yaitu komunikasi dan peran keluarga. Komunikasi keluarga
mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga dengan anggota
keluarga lainnya secara jelas dan langsung (Ryan dkk., 2012). Komunikasi pada dasarnya
bertujuan agar terjadi perubahan-perubahan, baik dalam hal sikap, perilaku, pendapat atau
perubahan sosial (Awaluddin, 2019). Keluarga dengan komunikasi yang efektif dapat
membantu meningkatkan keterlibatan anggota keluarga dalam pengobatan pasien
(Rosland, 2009). Selain dari faktor komunikasi, keluarga juga berperan penting dalam
meningkatkan kepatuhan konsumsi minum obat serta mengembangkan,mencegah,
mengadaptasi, dan memperbaiki masalah kesehatan dalam keluarga itu sendiri. Masalah
kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota
keluarga. Sehingga dapat dilihat bahwa keluarga memiliki posisi yang strategis untuk
dijadikan sebagai unit dari pelayanan Kesehatan (Oktowaty dkk., 2018).
Untuk menurunkan risiko komplikasi dan angka kematian, pemerintah melalui
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan meluncurkan Program
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) dan Program Rujuk Balik (PRB). Program ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan mendorong kedisiplinan
dalam pengelolaan penyakit, termasuk kepatuhan konsumsi obat. Namun, faktor keluarga
juga berperan penting dalam keberhasilan program ini. Menurut teori model McMaster,
fungsi keluarga memengaruhi kesehatan fisik dan psikologis anggota keluarga. Keluarga
dengan komunikasi yang efektif dan peran yang baik dapat membantu meningkatkan
keterlibatan pasien dalam pengobatan.
Penelitian terdahulu mendukung pentingnya komunikasi keluarga dan peran
keluarga dalam meningkatkan kepatuhan konsumsi obat. Ekundayo et al. (2020)
menemukan bahwa dukungan dari pasangan, seperti mendengarkan keluhan,
mengingatkan minum obat, dan menyiapkan obat, meningkatkan kepatuhan pasien
hipertensi. Penelitian oleh Langer et al. (2022) juga menunjukkan bahwa komunikasi
yang efektif antara pasangan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup pasien. Selain
itu, Prayogo (2018) menyatakan bahwa interaksi antara orang tua dan anak dalam suasana
yang saling mencintai dan terbuka dapat membantu meningkatkan kepatuhan pengobatan
pada pasien diabetes melitus.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 562
Mengingat pentingnya komunikasi dan peran keluarga, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara komunikasi keluarga dan peran keluarga dengan
kepatuhan konsumsi minum obat pada pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan penelitian cross
sectional. Tempat penelitian ini dilakukan di 12 kecamatan di Wilayah Kota Pekanbaru
antara lain Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru Kota, Sail, Lima Puluh, Senapelan, Rumbai,
Bukit Raya, Tampan, Marpoyan Damai, Tenayan Raya, Payung Sekaki dan Rumbai
Pesisir. Penelitian dilakukan pada semua pasien Prolanis yang mengikuti PRB di Wilayah
Kota Pekanbaru sampai Februari 2020.
Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin yang populasinya dari
pasien Prolanis yang mengikuti PRB di Wilayah Kota Pekanbaru. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan metode cluster sampling berdasarkan 12
wilayah Puskesmas sehingga didapat besar sampel untuk tiap Puskesmas sebesar 9
responden. Instrumen penelitian ini yaitu menggunakan kuesioner untuk mengukur
komunikasi dan peran keluarga dan melakukan observasi untuk menentukan kepatuhan
konsumsi minum obat pasien tersebut. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat
yang digunakan untuk melihat frekuensi yang didapat pada masing-masing variabel.
Untuk variabel komunikasi keluarga, hasil ukur yang diikuti dari penelitian
(bernadus,Johana D, Madianung A, 2013) dapat dikelompokkan menjadi:
Skor > 15: komunikasi keluarga efektif (komunikasi jelas dan langsung)
Skor 15: komunikasi keluarga kurang efektif (komunikasi samar dan tidak
langsung)
Adapun untuk variabel peran keluarga pasien prolanis, hasil ukur yang dapat
dikelompokkan menjadi:
Skor ≥20 : Peran keluarga baik
Skor <20 : Peran keluarga kurang baik
Sedangkan untuk variabel kepatuhan konsumsi minum obat pada pasien Prolanis,
hasil ukurnya yang dikutip dari (Vik dkk., 2005) yang dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
Skor ≥ 80% : Patuh mengonsumsi obat.
Skor < 80%: Tidak patuh mengonsumsi obat.
Untuk analisis bivariat yang digunakan adalah korelasi spearman rank karena data
tidak terdistribusi normal. Uji korelasi bertujuan menentukan korelasi dan kekuatan
korelasi antara komunikasi keluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien Prolanis.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran karakteristik responden
pasien Prolanis yang terdiri atas usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama
menderita hipertensi dan atau diabetes melitus dan anggota keluarga terdekat pasien.
Berikut hasil analisis univariat terhadap karakterisktik responden.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 563
Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru
Karakteristik
F
%
Usia (tahun)
36-45
9
8,3
46-55
25
23,2
56-65
39
36,1
>65
35
32,4
Total
108
100
Jenis Kelamin
Laki-laki
27
25
Perempuan
81
75
Total
108
100
Pendidikan
SD
24
22,2
SMP
17
15,7
SMA
39
36,1
D3
6
5,6
S1
20
18,5
S2
2
1,9
Total
108
100
Pekerjaan
Bekerja
40
37,0
Tidak Bekerja
68
63,0
Total
108
100
Lama Menderita Hipertensi dan atau Diabetes melitus
≥5 Tahun
70
64,8
<5 Tahun
38
35,2
Total
108
100
Anggota Keluarga Terdekat
Suami/Istri
59
54,6
Anak
43
39,8
Cucu
3
2,8
Keluarga lainnya
3
2,8
Total
108
100
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia
56-65 tahun dengan jumlah sebanyak 39 responden (36,1%). Berdasarkan jenis kelamin,
responden diketahui perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki dengan jumlah
sebanyak 81 responden (75%). Sementara itu, berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas
pendidikan terakhir responden adalah SMA dengan jumlah 39 responden (36,1%). Untuk
karakteristik pekerjaan responden, sebagian besar responden tidak bekerja dengan jumlah
68 responden (63%). Selain itu, berdasarkan lama menderita hipertensi dan atau diabetes
melitus ≥5 tahun adalah sebanyak 70 responden (64,8%). Untuk karakteristik yang
terakhir berdasarkan dari anggota keluarga terdekat, sebagian besar suami/istri
merupakan anggota keluarga terdekat responden dengan jumlah sebanyak 59 responden
(54,6%).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 564
Tabel 2. Karakteristik Pasien Prolanis Berdasarkan Komunikasi Keluarga
Komunikasi Keluarga
Pasien Prolanis
%
Efektif
90,7
Kurang Efektif
9,3
Total
100
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien Prolanis
memiliki komunikasi keluarga efektif sebanyak 98 responden (90,7%).
Tabel 3. Karakteristik Pasien Prolanis Berdasarkan Peran Keluarga
Kategori
Frekuensi
Persentase
(%)
Peran Keluarga Baik
96
88,9
Peran Keluarga Kurang Baik
12
11,1
Total
108
100
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 3 didapatkan bahwa mayoritas responden
memiliki peran keluarga yang baik sebanyak 96 responden (88,9%), dan 12 responden
(11,1%) memiliki peran keluarga yang kurang baik.
Tabel 4. Karakteristik Pasien Prolanis Berdasarkan Kepatuhan Konsumsi Minum
Obat
Kepatuhan Minum Obat
Pasien Prolanis
%
Patuh
71,3
Tidak Patuh
28,7
Total
100
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien Prolanis patuh minum
obat berjumlah 77 responden (71,3%).
Analisis bivariat juga dilakukan untuk melihat hubungan antara komunikasi keluarga dan
peran dengan kepatuhan konsumsi minum obat pada pasien Prolanis di Wilayah Kota
Pekanbaru.
Tabel 5. Analisis Tabulasi Silang Komunikasi Keluarga Pasien Prolanis dan
Kepatuhan Konsumsi Minum Obat Pasien Prolanis
Kepatuhan Konsumsi Minum Obat
Pasien Prolanis
Total
Tidak
Patuh
Komunikasi
Keluarga
Pasien Prolanis
Komunikasi
Keluarga Efektif
N
25
98
%
23,1%
90,7%
Komunikasi
Keluarga Kurang
Efektif
N
6
10
%
5,6%
9,3%
Total
N
31
108
%
28,7%
100%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 565
Berdasarkan Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak memiliki
komunikasi keluarga yang efektif dan juga merupakan pasien yang patuh dalam
mengonsumsi minum obat yaitu sebanyak 73 responden (67,6%).
Tabel 6. Analisis Tabulasi Silang Dimensi Peran Keluarga Pasien Prolanis dan
Kepatuhan Konsumsi Minum Obat Pasien Prolanis
Kepatuhan Konsumsi Minum Obat Pasien Prolanis
Total
Peran
Keluarga
Pasien
Prolanis
Peran
Kelurga Baik
N
71
25
96
%
65,7%
23,1%
90,7%
Peran
Kelurga
Kurang
N
6
6
12
%
5,6%
5,6%
11,1%
Total
N
77
31
108
%
71,3%
28,7%
100%
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki peran
keluarga yang baik sebanyak 96 responden (90,7%). Dari 96 responden dengan peran
keluarga yang baik didapatkan 71 responden (65,7%) yang patuh dalam minum obat dan
25 responden (23,1%) yang tidak patuh dalam minum obat. Sementara itu, didapatkan
juga bahwa responden yang memiliki peran keluarga kurang baik sebanyak 12 responden
(11,1%). Dimana dari 12 responden tersebut terdapat 6 responden (5,6%) yang patuh
minum obat dan 6 responden (5,6%) yang tidak patuh minum obat.
Data yang diperoleh kemudian diuji normalitas. Dikarenakan dari hasil uji normalitas data
tidak terdistribusi norma, maka dilakukan uji korelasi spearman untuk menganalisis
komunikasi dan peran keluarga dengan kepatuhan minum obat.
Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan Komunikasi Keluarga Pasien
Prolanis dan Kepatuhan Minum Obat Pasien Prolanis
p-value
Komunikasi
Keluarga
Kepatuhan
Konsumsi
Minum Obat
Spearm
an's rho
Komunikasi
Keluarga
r
1.000
.264
**
p-value
.
.006
N
108
108
Kepatuhan
Minum Obat
r
.264
**
1.000
p-value
.006
.
N
108
108
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa dari 108 responden didapatkan p- value
sebesar 0,006 (p-value <0,05) sehingga hal ini menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara komunikasi keluarga dengan kepatuhan konsumsi minum obat pasien
Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru. Selain itu, diperoleh pula nilai koefisien korelasi
0,264 yang terletak pada rentang 0,20-<0,40 menunjukkan bahwa kekuatan hubungan
pada hasil penelitian ini termasuk dalam kategori lemah.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 566
Efektifnya komunikasi keluarga pasien Prolanis pada penelitian ini mungkin saja
karena sebagian besar anggota keluarga terdekat dengan pasien yaitu suami atau istri
sebanyak 59 responden (54,6%) kemudian dengan anak sebanyak 43 responden (39,8%).
Komunikasi efektif antara suami dan istri dapat membantu pasangan yang menderita
penyakit hipertensi dan atau diabetes melitus tipe 2. Menurut penelitian Ekundayo dkk.,
(2020) suami atau istri dapat mendengarkan cerita dari pasangannya tentang keluhan
mereka, memberikan perhatian tentang kondisi mereka, mengingatkan untuk minum obat
dan menyiapkan obat untuk dikonsumsi sehingga dapat membantu meningkatkan
kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi (Ekundayo dkk., 2020). Hal ini sejalan
dengan penelitian oleh (Langer et al., 2022) menyatakan bahwa kemampuan suami dan
istri dalam berkomunikasi secara efektif berperan dalam kualitas hubungan mereka.
Pasangan yang berkomunikasi efektif dapat berdiskusi terbuka tentang penyakit yang di
derita pasangannya, mendengarkan dan merespon untuk mendukung pasangannya
sehingga dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien (Langer dkk., 2022).
Kemudian juga berdasarkan dari anggota keluarga terdekat yaitu anak. Menurut
(Prayogo, 2018) interaksi antara anak dengan orang tua akan mampu menciptakan
keakraban dalam keluarga dan menciptakan komunikasi dua arah sehingga permasalahan
dalam keluarga terselesaikan. Selain itu, hubungan yang baik juga ditentukan oleh rasa
percaya dan kedekatan orang tua dan anak yang dilandasi rasa saling mencintai. Sehingga
anak dapat mengingatkan orang tua yang menderita sakit untuk meningkatkan kepatuhan
minum obatnya (Prayoga dkk., 2018). Hal ini juga dijelaskan pada penelitian yang
dilakukan oleh (Hamidah, 2019) menyatakan bahwa komunikasi antara anak dan orang
tua, dimana dalam konteks ini mereka saling mencintai dan memiliki perasaan yang
mendalam. Komunikasi bertujuan untuk membentuk kasih sayang, kerjasama dan
kepercayaan dalam suatu hubungan dengan menerapkan keterbukaan keinginan, sikap
dan pendapat mengenai kondisi orang tua yang sakit. Hal tersebut yang dapat membantu
meningkatkan kepatuhan konsumsi minum obat (Hamidah, 2019).
Sedangkan untuk uji korelasi antara peran keluarga dengan kepatuhan minum obat
dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil Uji Korelasi Spearman Hubungan Peran Keluarga Pasien Prolanis
dan Kepatuhan Minum Obat Pasien Prolanis
Peran
Keluarga
Kebutuhan
Minum Obat
Spear
man's rho
Peran
Keluarga
R
1.000
.216
p-value
.
.025
N
108
108
Kepatuhan
Minum Obat
R
.216*
1.000
p-value
.025
.
N
108
108
Berdasarkan tabel 8 didapatkan p-value 0,025 dan nilai p-value ini lebih kecil dari
0,05 yang menunjukkan terdapat adanya hubungan antara dimensi peran keluarga dengan
kepatuhan konsumsi minum obat pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru, dengan
nilai koefisien korelasi (r) 0,216 yang terletak pada rentang 0,20-<0,40 menunjukkan
bahwa kekuatan hubungan pada hasil penelitian ini adalah lemah antara peran keluarga
dengan kepatuhan konsumsi minum obat pada pasien Prolanis. Arah koefisien korelasi
positif yang menunjukkan semakin baik peran keluarga pasien Prolanis, semakin baik
pula kepatuhan konsumsi minum obat. Demikian pula sebaliknya, jika peran keluarga
pasien Prolanis kurang baik maka semakin rendah kepatuhan konsumsi minum obat
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 567
pasien Prolanis. Sehingga, hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang
menyatakan bahwa peran keluarga berhubungan dengan kepatuhan konsumsi minum obat
pada pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru.
Menurut teori model McMaster peran keluarga merupakan pola tingkah laku
berulang dimana anggota keluarga harus menjalankan perannya di kehidupan sehari- hari
untuk mempertahankan keluarganya agar sehat dan efektif. Keluarga memiliki peran
dalam pengasuhan, mengidentifikasi masalah, membuat janji perawatan, dan menjaga
kepatuhan terhadap pengobatan. Keluarga juga dapat memberikan dampak yang
signifikan terhadap pandangan dan nilai kesehatan, serta program pengobatan yang
mereka dapatkan. Pasien yang mendapatkan perawatan dari anggota keluarganya akan
lebih patuh dalam mengonsumsi obat dibandingkan pasien yang tidak mendapatkan
perawatan dari anggota keluarganya. Peran keluarga yang baik juga akan memiliki
perilaku untuk menciptakan sentimen mampu pada pasien, serta memberikan rasa
percaya diri dalam menghadapi atau mengelola penyakitnya. Jika semuanya berjalan
dengan baik, peran keluarga akan menjadi alat yang ampuh untuk mendorong kepatuhan
pasien dalam mengonsumsi minum obat (Hayati, 2021).
Hasil penelitian ini terbukti terdapat hubungan antara hubungan peran keluarga
dengan kepatuhan minum obat pada pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru mungkin
saja karena sebagian besar anggota keluarga yang terdekat yaitu pasangannya suami/istri
yaitu sebanyak 59 responden (54,6%). Peran dari anggota keluarga terdekat terutama
pasangan (suami/istri) merupakan elemen terpenting dalam meningkatkan kepatuhan
dalam mengonsumsi minum obat pada pasien Prolanis. Menurut Kahn dan Antonucci
dalam Delianty (2015) menyebutkan bahwa sumber dukungan sosial yang selalu berperan
sepanjang hidupnya yang bersama dan mendukung individu tersebut tersebut adalah
keluarga terdekat, terutama pasangan. Pasangan akan memberikan perkataan yang baik
dan lembut serta dengan bujukan atau rayuan kepada pasien untuk mengikuti saran dari
dokter dengan cara patuh dalam mengonsumsi minum obat. Penelitian yang dilakukan di
Nigeria didapatkan bahwa terdapat peran yang kuat dari pasangan dalam menjalani
pengobatan. Pasangan berperan dalam mendengarkan keluhan, memberikan motivasi,
mengantar pasien berobat, memberikan informasi tentang makanan yang harus dihindari,
mengingatkan tentang pentingnya konsumsi obat secara teratur dan menyiapkan obat
untuk pasangannya. Sehingga, dengan peran yang diberikan oleh pasangannya, dapat
membantu pasien menjalani proses pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup pasien
(Ekundayo dkk., 2020)
Hasil ini sejalan dengan penelitian lainnya yang dilakukan di Nigeria pada tahun
2019 menunjukkan bahwa peran keluarga yang baik merupakan prediktor yang signifikan
terhadap kepatuhan minum obat pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 (p-value 0,007).
Penelitian tersebut dilakukan pada 132 orang pasien untuk menilai peran keluarga
dalam kepatuhan minum obat pada pasien Diabetes Melitus tipe 2. Pada penelitian
tersebut didapatkan mayoritas responden memiliki peran keluarga yang baik. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa kepatuhan pada pengobatan dua kali lebih tinggi
pada pasien yang memiliki peran keluarga yang baik dibandingkan dengan pasien yang
memiliki peran keluarga yang kurang baik (Adedigba & Dankyau, 2019). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang peneliti lakukan di Kota Pekanbaru. Dimana didapatkan bahwa
mayoritas responden pada penelitian ini memiliki peran keluarga yang baik dan
kepatuhan minum obat yang tinggi.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 568
Adanya komunikasi yang efektif dan peran keluarga yang baik dapat menjadi faktor
yang menyebabkan pasien Prolanis di Wilayah Kota Pekanbaru patuh dalam
mengonsumsi minum obat
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara komunikasi keluarga dan
peran keluarga dengan kepatuhan konsumsi minum obat pasien Prolanis di Wilayah Kota
Pekanbaru. Hasil analisis menunjukkan bahwa: Komunikasi keluarga yang efektif
memiliki hubungan positif dengan kepatuhan konsumsi obat, dengan p-value sebesar
0,006 dan kekuatan korelasi lemah namun signifikan (r = 0,264). Peran keluarga yang
baik juga berhubungan positif dengan kepatuhan konsumsi obat, dengan p-value sebesar
0,025 dan kekuatan korelasi lemah (r = 0,216).
Daftar Pustaka
Adedigba, S., & Dankyau, M. (2019). Role of Family support in medication adherence in
Type 2 Diabetes Mellitus patients at an outpatient setting in Nigeria: A prospective
cohort study. International Journal of Medical and Surgical Sciences, 5(3), 100
105. https://doi.org/10.32457/ijmss.2018.025
Awaluddin, A. (2019). Studi tentang pentingnya komunikasi Dalam pembinaan keluarga.
RETORIKA : Jurnal Kajian Komunikasi dan Penyiaran Islam, 1(1), 110118.
https://doi.org/10.47435/retorika.v1i1.246
bernadus,Johana D, Madianung A, M. G. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan bagi Akseptor KB di PUSKESMAS JAILOLO. Jurnal e-Ners (eNS), 1, 1
10.
Comlossy, M. (2012). Chronic Disease Prevention and Management. National
Conference of State Legislatures, June.
Delianty, A. P. (2015). Hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet
pada penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas munjul.
Ekundayo, O., Elegbede, O., Gabriel-Alayode, O., Agboola, S., Shabi, O., Bello, I.,
Omosanya, O., Ajetunmobi, O., & Fashola, A. (2020). Relationship between
Perceived Spousal Social Support and Blood Pressure Control among Hypertensive
Patients Attending General Outpatient Clinic in Federal Teaching Hospital, Ido-
Ekiti, Nigeria. Archives of Clinical Hypertension, 6, 022028.
https://doi.org/10.17352/ach.000027
Fernandez-Lazaro, C. I., García-González, J. M., Adams, D. P., Fernandez-Lazaro, D.,
Mielgo-Ayuso, J., Caballero-Garcia, A., Moreno Racionero, F., Córdova, A., &
Miron-Canelo, J. A. (2019). Adherence to treatment and related factors among
patients with chronic conditions in primary care: A cross-sectional study. BMC
Family Practice, 20(1), 112. https://doi.org/10.1186/s12875-019-1019-3
Forouhi, N. G., & Wareham, N. J. (2019). Epidemiology of diabetes. Medicine (United
Kingdom), 47(1), 2227. https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2018.10.004
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 569
Hamidah, A. D. (2019). Pengelolaan Hambatan Komunikasi dalam Keluarga Poligami.
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents.
Hayati, N. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Pada
Pasien Hipertensi Di Puskesmas Peninjauan Kabupaten Oku Tahun 2021 [Doctoral
dissertation]. STIK Bina Husada Palembang.
Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2017 TA.2018.
Kementrian Kesehatan RI. (2020). Infodatin tetap produktif, cegah, dan atasi Diabetes
Melitus 2020. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Langer, S. L., Romano, J. M., Keefe, F., Baucom, D. H., Strauman, T., Syrjala, K. L.,
Bolger, N., Burns, J., Bricker, J. B., Todd, M., Baucom, B. R. W., Fischer, M. S.,
Ghosh, N., Gralow, J., Shankaran, V., Zafar, S. Y., Westbrook, K., Leo, K., Ramos,
K., Porter, L. S. (2022). Couple Communication in Cancer: Protocol for a Multi-
Method Examination. Frontiers in Psychology, 12(February).
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.769407
Oktowaty, S., Setiawati, E. P., & Arisanti, N. (2018). Hubungan Fungsi Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Pasien Penyakit Kronis Degeneratif di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama. Jurnal Sistem Kesehatan, 4(1). https://doi.org/10.24198/jsk.v4i1.19180
Prayoga, N. D., Sulistyarini, T., & Kristanti, E. E. (2018). Motivasi Penatalaksanaan
Empat Pilar Diabetes Mellitus Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus. Manifestasi
Klinis Stress Hospitalisasi Pada Pasien Anak Usia Prasekolah, 1(2), Frekuensi, P.,
Menurunkan, K., Tidur, K., Diabetes.
Rosland, A.-M. (2009). Sharing the Care : The Role of Family in Chronic Illness.
California Health care Foundation, August, 127.
Ryan, C., Epstein, N. B., Keitner, G. I., Miller, I. W., & Bishop, D. S. (2012). Evaluating
and Treating Families. Dalam Evaluating and Treating Families.
https://doi.org/10.4324/9780203843840
Vik, S. A., Maxwell, C. J., Hogan, D. B., Patten, S. B., Johnson, J. A., & Romonko-Slack,
L. (2005). Assessing Medication Adherence Among Older Persons In Community
Settings. Canadian Journal of Clinical Pharmacology, 12(1), 59.
WHO. (2021). Diabetes. WHO. https://www.who.int/westernpacific/health-
topics/diabetes