JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 231
Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap Nyeri pada Anak dengan
Sindrom Nefrotik di Ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo
Bangkit Isna Nabila
1*
, Noor Yunida Triana
2
Universitas Harapan Bangsa Purwokerto, Indonesia, Indonesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
Sindrom nefrotik; Relaksasi
Genggam Jari
Tujuan penelitian ini ialah guna melihat pengaruh relaksasi pegangan
jari atas pengurangan nyeri pada pasien dengan diagnosis medis
sindrom nefrotik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo. Subjek dari
studi kasus ini ialah seorang pasien dengan masalah nyeri dan
didiagnosis dengan sindrom nefrotik, dilakukan selama tiga hari.
Pengumpulan data lewat observasi, wawancara, pemeriksaan fisik,
serta dokumentasi. Hasil penelitian memperlhatkan bahwa studi
kasus yang sudah dilaksanakan pada pasien menunjukkan penurunan
tingkat nyeri pada pasien pediatrik yang menderita sindrom nefrotik
sebelum serta setelah diberikan terapi relaksasi pegangan jari. Dari
hasil studi kasus mengenai pengaruh relaksasi pegangan jari, bisa
ditarik kesimpulan yakni terapi ini efektif meminimalisir nyeri pada
pasien dengan sindrom nefrotik. Hal ini menunjukkan bahwa
relaksasi pegangan jari dapat menjadi alternatif terapi yang
bermanfaat dalam mengelola nyeri pada pasien dengan kondisi ini.
ABSTRACT
The aim of this study was to determine the effects of finger grip
relaxation on reducing pain in patients with a medical
diagnosis of nephrotic syndrome at RSUD Prof. Dr. Margono
Soekardjo. The subject of this case study was a patient with
pain nursing problem with a medical diagnosis of nephrotic
syndrome, carried out for three days. Data was collected from
interview, observation, physical examination and
documentation study. The result of the study showed that the
results of case studies that had been carried out on patients
showed a reduction in pain levels in pediatric patients
suffering from nephrotic syndrome before and after being
given finger grip relaxation therapy. Based on the result of a
case study regarding the effect of finger grip relaxation to
relieve pain in pediatric patient in the Aster Room, Prof.
Hospital. Dr. Margono Soekardjo can conclude that the
respondent experience a decrease in pain levels from severe to
moderate. This proves that there is an effects of finger grip
therapy on reducing pain in sufferers of nephrotic syndrome.
Keywords:
Nephrotic syndrome; Finger
Hold Relaxation
Coresponden Author: Bangkit Isna Nabila
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 232
Pendahuluan
Sindrom nefrotik adalah kelainan yang ditandai dengan adannya proteinuria berat
(pengeluaran protein urine lebih dari 3gr/hari), hipoalbuminemia (albumin kurang dari 3
gr/dL), edema perifer, hiperlipidemia, serta Oval Fat Bodies (OFB) terdapat dalam
sedimen urin (Papadakis & McPhee, 2019). Sindrom Nefrotik adalah penyakit ginjal
paling banyak yang terjadi ke anak. Penderita Sindrom ini sering ditandai dengan adanya
gejala seperti proteinuria berat, edema, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, serta
hiperkolesterolemia (Mainnah dkk., 2019).
Kejadian Sindrom Nefrotik pada anak di dunia dilaporkan 52 kasus (4.7%) per
100,000 anak dengan variabel subtansi berdasarkan dengan latar belakang etnis serta
lokasi geografis. Beberapa negara di eropa melakukan penelitian di Asia Selatan anak
dengan Sindrom Nefrotik lebih banyak daripada di Eropa. Mungkin juga SRNS
bermacam-macam menurut etnis serta letak geografis, dengan 16-27% di Afrika, 20% di
Eropa 20-39% di Asia Selatan serta 27-54% di Asia (Noviani, 2019).
Data kemenkes (2018), menunjukan didapatkan prevalensi gangguan ginjal pada
anak dari 14 Rumah Sakit pendidikan dengan Konsultan Nefrologi Anak di Indonesia
(2017), didapatkan bahwa sebanyak 212 anak terkena gagal ginjal serta harus erapi ginjal
dengan angka kematian sebanyak 23,6%. Penyebab terbanyak terjadinya gangguan ginjal
pada anak tersebut dari data 14 Rumah Sakit pendidikan dengan Konsultan Nefrologi
Anak di Indonesia (2017) antara lain yaitu Glomerulonefritis (14,6%), Sindrom Nefrotik
Resisten Steroid (16%), Gangguan Ginjal Kronik yang tidak jelas penyebabnya (13,2%),
serta Hipoplasia (12,3%).
Perembangan masyarakat yang sangat pesat sekarang, kebanyakan didominasi
anak. Anak lebih mudah terkena penyait ssebab keadaan imun anak yang masih belum
bagus. Sindroma nefrotik adalah penyakit ginjal yang sering terjadi kepada anak (Barus,
2017). Faktor yang menjadi dasar munculnya sindrom nefrotik yakni faktor genetik,
patogen, cedera (Mohamed, 2015). Yang bisa membuat trauma, kondisi akut ataupun
penyakit dan sakit yang parah yang membutuhkan intervensi beddah yang membuat
seorang anak untuk mejalani perawatan di rumah sakit (Kyle & Carman, 2014) Perawatan
yang biasanya dilakukan di rumah sakit adalah dengan pemberian obat kortikosteroid.
Pada saat kondisi sudah akut dan di rawat di rumah sakit maks yang muncul adalah
Edema. Edema merupakan keluhan utama yang sering terjadi pada penderita Sindrom
Nefrotik. Akumulasi cairan ekstrasel pada jaringan interstitial merupakan penyebab
edema timbul. Kelsch et al, mengungkapkan anak dengan Sindrom Nefrotik dalam
serangan, akan timbul edema apabila kadar albumin <2,7 g/dl. Dengan adanya penurunan
albumin, terjadilah penurunan tekanan osmotik plasma yang mengakibatkan cairan
intravaskuler pindah ke interstisial. Caairan yang pindah itu mengakibatkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler, yang membuat aliran darah ke renal menjadi berkurang
diarenakan hipovolemia. Karena hal tersebut, ginjal akan merangsang produksi renin
angiostensin, kenaikan sekresi ADH , serta sekresi aldosteron sehingga terjadi retensi
natrium serta air. Adanya retensi natrium serta air tersebut mengakibatkan terjadinya
edema (Mamesah et al., 2016).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 233
Solusi yang dapat dilaksanakan ialah dengan memberi terapi komplementer. terapi
ini ialah bidang ilmu kesehatan dengan tujuan penanganan dalam bermacam penyakit
memakai teknik tradisional, yang disebut dengan pengobatan alternatif termasuk Teknik
relaksasi menggenggam jari. Sehingga terapi komplementer ini dapat digunakan sebagai
alat manajemen atau holistik diri bagi penderita penyakit Sindrom Nefrotik Teknik dalam
terapi ini memakai jari tangan sebagai sarana untuk mengalihkan pikiran (Masturoh &
Anggita, 2018).
Teknik genggam jari juga disebut dengan finger hold. Melakukan genggaman pada
jari sembari mengatur nafas dilaksanakan 3-5 menit bisa meminimalisir keteganga pada
fisik, sebab genggaman pada jari membuat hangat titik keluar serta energy meridian
masuk yang ada pada jari. Titik refleksi dalam tangan akan merangsang dengan spontan
ketika menggenggam, rangsangan itu akan membuat gelombang listrik mengalir ke otak
yang akan diproses serta diterima secara cepat, selanjutnya mengalir ke saraf daam organ
yang terkena gangguan, sehingga sumbatan pada jalur energy jadi lancar (Handoyo dkk.,
2022; Sulung & Rani, 2017).
Relaksasi adalah kebebasan fisik serta mental dari ketegangan dan stres, sebab bisa
merubah persepsi kognitif serta afektif pasien. Teknik relaksasi menyebbakan pasien bisa
mengendalikan diri saat terjadi ketidaknyamanan ataupun rasa nyeri, emosi pada nyeri
serta push fisik. Jenis relaksasi yang dipergunakan untuk meminimalisir intensitas nyeri
setelah operasi ialah relaksasi menggenggam jari yang mudah dilaksanakan oleh diapa
saja, berkaitan dengan jari serta aliran energy tubuh (Indriyani, 2021; Sulung & Rani,
2017).
Penelitian ini bertujuan yakni guna mengetahui fenomena dan penanganan medis
Sindrom Nefrotik di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjdo.
Metode Penelitian
Penelitian ini memakai metode pendekatan pada kasus yang dialami pasien lewat
tahap keperawatan. Teknik penulisan yang dipergunakan berbentuk deskriptif. Subjek
penelitian ini An.A yang merupakan pasien dengan keluhan nyeri perut. Penelitian ini
dilaksanakan di ruang Aster RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo pada tanggal 11 sampai
13 Maret 2024. Data diperoleh melalui pbservasi serta wawancara langsung dan
dokumentasi. Instrument yang dipergunakan menccakup pedoman mengkaji keperawatan
anak Universitas Harapan Bangsa, Faces Rating Scale, pulse oximetry, stetoskop,
sphygmomanometer, termometer. Pendekatan tahap keperawatan yang digunakan
merupakan 5 tahap asuhan meliputi menganalisa keperawatan, diagnosis keperawatan,
implementasi keperawatan, intervensi keperawatan, serta evaluasi keperawatan ataupun
menilai pada tahap akhir atas asuhan yang sudah diberi.
Kriteria Penelitian
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien anak yang mengalami nyeri
terkait sindrom nefrotik yang dirawat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo. Pasien
yang telah menjalani terapi relaksasi menggenggam jari selama periode studi serta
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 234
keluarga yang bersedia berpartisipasi juga termasuk dalam kriteria penelitian. Kriteria
eksklusi adalah pasien yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik atau memiliki
komorbiditas berat yang mempengaruhi pelaksanaan terapi.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan pendekatan deskriptif, di mana data kualitatif dari
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi diolah dan disajikan untuk memberikan
gambaran tentang perubahan tingkat nyeri yang dialami pasien sebelum dan sesudah
terapi relaksasi genggam jari. Data disajikan dalam bentuk narasi untuk menggambarkan
perbedaan intensitas nyeri serta dalam bentuk tabel untuk memvisualisasikan skala
penurunan nyeri setiap harinya. Analisis dilakukan dengan membandingkan data
observasi dari skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi untuk menilai efektivitas terapi
relaksasi dalam mengurangi nyeri pada pasien anak.
Hasil dan Pembahasan
Pengkajian
Pasien ialah An. A, laki-laki berumur 8 tahun. Pasien datang ke IGD RSUD Prof
Dr Margono Soekardjo tanggal 11 Maret 2024 pukul 09.00. Pasien mengeluh mual
muntah sejak semalam dengan frekuensi sekitar 5 kali. Keluhan dibarengi nyeri perut
misalnya nyei ketika diraba serta perut terasa ditusuk-tusuk. Ketika pasien sadar, tidak
terdapat riwayat benturan di kepala. Pasien mempunyai riwayat penyakit nefrotik
sindrom sejak usia 2 tahun. Riwayat penyakit keluarga, pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan atau[un penyakit menular.
Skala Ukur Penurunan Nyeri
Gambar 1. Numerical Rating Scale
Sumber: Breivik dkk. (2008)
Seaudah masuk ke ruangan Aster diperoleh hasil bahwa keadaan umum pasien
baik, compos mentis dengan GCS: 15, TTV TD: 88/51 mmHg, Nadi: 80 x/menit, RR: 31
x/menit, S: 36°C, capilarry refill time < 2 detik TB: 136 cm, BB: 27 kg,. Pada pemeriksaan
mata simetris kiri kanan, edema pada kedua mata (palpebra), konjungtiva tampak anemis,
dan sklera tidak ikterik. Pada pemeriksaan abdomen menunjukan hasil bentuk abdomen
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 235
distensi, bising usus normal 30 kali permenit, perkusi abdomen timpani, ginjal teraba, dan
ada nyeri tekan. Pada pemeriksaan ekstremitas bawah terdapat edema di kedua kaki. Pada
pemeriksaan laboratorium menunjukan hasil hematokrit 52.1%, hemoglobin 17.2 g/dL,
leukosit 29470/mm
3
, albumin 2,4 mg/dl, blood ureum nitrogen 27,4 mg/dl.
Diagnosa Keperawatan
Dari hasil yang diperoleh dari analisa secara langsung pada An.A, analisa data
disamakan dengan SDKI sehingga membuat permasalahan keperawata prioritas.
Permasalahan keperawtan prioritas yang muncul dalam An.A ialah nyeri akut yang
berkaitan dengan agen penderitaa fisiologis sesuai data yang didapat. Data focus
permasalahan nyeri akaut mencakup data obyektif serta subyektif. Data subyektif
mencakup Ibu An.A mengatakan perut anaknya sakit dengan pengkajian nyeri P : Nyeri
saat dipegang perutnya, Q : Nyeri tertusuk-tusuk, R : Di perut sebelah kiri, S : Skala 6 T:
Hilang timbul. Sementara data objektif mencakup An. A terlihat kesakitan dan gelisah
awal.
Intervensi Keperawatan
Sesudah memperoleh permasalahan keperawatan prioritas, penleiti selanjutnya
membuat perencanaan pada asuhan keperawtan yang berdasar pada SIKI serta SLKI.
Perumusan intervensi ialah guna mencegah permasalahan keperawaatan nyeri akut yakni
manajemen nyeri. Inervensi ini dilaksanakan 3x24 jam dengan tujuan nyeri yang
dirasakan An.A turun dengan hasil kriteria keluhan nyeri awal meningkat tujuan cukup
turun, meringis awal cukup meningkat tujuan turun, gelisah awal cukup naik tujuan turun.
Manajemen nyeri mencakup terapeutik, observasi, kolaborasi serta edukasi. Sementara
observasi mencakup karakteristik, identifikasi lokasi, frekuensi, durasi, kualitas,
identifikasi skala nyeri, intensitas nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal. Pada
terapeutik mencakup berikan teknik non farmakologis menggenggam jari guna
meminimalisir nyeri serta fasilitasi saat tidur. Dalam edukasi mencakup ajarkan teknik
non farmakologis guna meminimalisir nyeri. Sedangkan dalam kolaborasi mencakup
kolaborasikan pemberian analgetik, apabila dibutuhkan.
Implementasi Keperawatan
Implementasi asuhan keperawatan An. A berdasar pada perencanaan keperawtan
yang telah ditentukan yaki manajemen nyeri. Tindakan yang dilakukan untuk intervensi
manajemen nyeri ialah melakukan identifikasi lokasi, durasi, karakteristik, kualitas,
frekuensi, identifikasi skala nyeri, intensitas nyeri, identifikasi respon nyeri non verbal,
memberi serta mengajarkan teknik non farmakologis genggam jari guna meminimalisir
nyeri, fasilitasi istirahat serta tidur, kolaborasi dalam memberikan analgetik Paracetamol
300 mg.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 236
Evaluasi Keperawatan
Sesudah pelaksanaan intervensi keperawatan maka dilaksanakan evaluasi sesuai
SLKI. Pencegahan pada diagnosis nyeri akut dilaksanakan lewat intervensi manajemen
nyeri. Evaluasi hari pertama pasien mengatakan yakni sesudah dilaksanakan terapi
genggam jari pasien mengatakan lebih nyaman skala nyeri berikut;
Tabel 1. Skala Nyeri
Hari
Keterangan
1
awalnya 6 berkurang menjadi 5, keluarga memahami cara melakukan
genggam jari, pasien nampak lebih nyaman
2
Ana menerangkan yakni nyeri berkurang dari sebelum dilaksanakan
tindakan 5 jadi 4 sesudah terapi genggam jari
3
An.A menerangkan yakni nyeri sebelum dilaksanakan tindakan ada pada
skala 4 seaudah dilaksanakan tindakan keperawatan skala nyeri jadi 3, An.
A menerangkan sudah menggunakan terapi nonfarmakologis ketika muncul
nyeri dengan bantuan keluarga, An.A tidak nampak meringis kesakitan dan
tidak gelisah.
Sumber: Data Penelitian, (2024)
Pembahasan
Hasil terapi relaksasi genggam jari terhadap pasien anak dengan diagnosa medis
Sindrom Nefrotik menunjukan bahwa pasien mengalami penurunan nyeri dari hari
pertama ke hari ketiga. Hal ini menunjukan efektifitas terapi relaksasi genggam jari.
Teknik genggam jari disebut juga finger hold. Melakukan genggaman pada jari sembari
mengatur nafas dilaksanakan 3-5 menit bisa meminimalisir keteganga pada fisik, sebab
genggaman pada jari membuat hangat titik keluar serta energy meridian masuk yang ada
pada jari. Titik refleksi dalam tangan akan merangsang dengan spontan ketika
menggenggam, rangsangan itu akan membuat gelombang listrik mengalir ke otak yang
akan diproses serta diterima secara cepat, kemudian mengalir ke saraf daam organ yang
terkena gangguan, sehingga sumbatan pada jalur energy jadi lancar (Sulung & Rani,
2017).
Nyeri adalah suatu hal yang tidak membahagiakan, subjektif serta berkaitan dengan
panca indera, dan adalah sesuatu emosional yang berhubungan dengan rusaknya jaringan
aktual ataupun yang tergambar sebagai bahaya ataupun kerusakan. Selain itu, nyeri berarti
yakni kondisi yang mempengaruhi individu serta diketahui ada ketika individu pernah
mengalami. Dari pendapat IASP, nyeri ialah pengalaman rasa emosional yang tidak
membahagiakan karena keruakan aktual ataupun potensial, ataupun digambarkan pada
kerusakan (Idris & Astarani, 2017; Yunita dkk., 2022).
Relaksasi ialah usaha guna meminimalisir rasa nyeri ataupun menangani nyeri yang
hebat dengan meminimalisir otot ynag tegang. Relaksaasi ialah cara untuk meminimalisir
nyeridengan mengendurkan ataupun mengistirahatkan otot tubuh dalam, pola pernapasan
teratur dan rileks dan petunjuk cara melepas hormon endorfin pada tubuh ataupun
relaksasi alami tubuh yang normal (Lestari, 2022; Sofiyah dkk., 2014).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 237
Memegang jari sambil mengatur nafas (relaksasi) bisa mengurangi ketegangan fisik
maupun emosi, sebab dengan memegang jari bisa membuat hangat titik masuk serta
keluarnya meridian energi di jari. Telapak tangan serta jari tangan ialah alat yang efektif
guna keseimbangan pada tubuh. Tiap jari memiliki makna. Kecemasan dihubungkan
dengan ibu jari, rasa takut dengan jari telunjuk, marah dengan jari tengah,sedih dengan
jari manis, serta rasa bangga serta putus asa dengan jari kelingking (Asnaniar dkk., 2023).
Teknik relaksasi genggam jari membantu pikiran serta jiwa untuk mencapai
relaksasi. Teknik ini terbukti bisa meminimalisir itensitas nyeri. Jika relaksasi itu
diakukan rutin maka hasil yang dinginkan akan lebih baik dengan menurunnya nyeri
(Indrawati & Arham, 2021).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus tentang pengaruh relaksasi genggam jari untuk
meredakan nyeri terhadap pasien anak di Ruang Aster RSUD Prof Dr Margono Soekardjo
dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat nyeri responden menurun dari cukup berat ke
sedang. Hal ini membuktikan bahwa awalnya 6 berkurang menjadi 5, keluarga
memahami cara melakukan genggam jari, pasien kelihatan lebih nyaman. Hari kedua An.
A menerangkan yakni nyeri berkurang dari sebelum dilaksanakan tindakan 5 menjadi 4
seaudah diberi terapi genggam jari. Dan hari ketiga An.A menerangkan nyeri sebelum
dilaksanakan tindakan ada pada skala 4 sesudah dilaksanakan tindakan keperawatan skala
nyeri menjadi 3, An. A menrangkan sudah melakukan terapi nonfarmakologis ketika
nyerinya timbul dengan bantuan dari keluarga, An.A tidak nampak meringis kesakitan
dan tidak gelisah. Terdapat pengaruh terapi genggam jari pada penurunan nyeri penderita
Sindrom Nefrotik.
Daftar Pustaka
Asnaniar, W. O. S., Emin, W. S., Asfar, A., Samsualam, S., Sudarman, S., Taqiyah, Y.,
& Safitri, A. S. D. (2023). Terapi Relaksasi Genggam Jari untuk Menurunkan Nyeri
Post Operasi. Martabe: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(8), 28162822.
Barus, R. S. (2017). Masalah Perilaku pada Anak Sindrom Nefrotik [Universitas
Sumatera Utara]. https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/72035
Breivik, H., Borchgrevink, P. C., Allen, S. M., Rosseland, L. A., Romundstad, L., Breivik
Hals, E. K., Kvarstein, G., & Stubhaug, A. (2008). Assessment of pain. British
Journal of Anaesthesia, 101(1), 1724. https://doi.org/10.1093/bja/aen103
Handoyo, H., Hartati, H., & Ratifah, R. (2022). Pemberdayaan Kelompok Peduli
Hipertensi Melalui Pelatihan Kesehatan Tentang Teknik Relaksasi Genggam Jari
(Finger Hold) Di Desa Mersi Purwokerto Timur. Jurnal EMPATI (Edukasi
Masyarakat, Pengabdian dan Bakti) , 3(1), 18.
Idris, D. N. T., & Astarani, K. (2017). Terapi Relaksasi Genggam Jari terhadap Penurunan
Nyeri Sendi pada Lansia. Jurnal Penelitian Keperawatan, 3(2).
https://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/167
Indrawati, U., & Arham, A. H. (2021). Pengaruh pemberian teknik relaksasi genggam jari
terhadap persepsi nyeri pada pasien post operasi fraktur. Jurnal Keperawatan, 18(1),
1324. https://doi.org/10.35874/jkp.v18i1.801
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 238
Indriyani, L. (2021). Studi Kasus Intervensi pelaksanaan Genggam Jari terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri pada Ibu Post Secrio Caesarea di Desa Tedunan dan
Gondoharum [Universitas Muhammadiyah Kendal Batnag].
http://repository.umkaba.ac.id/index.php/repo/article/view/43
Lestari, F. A. (2022). Efektivitas Pijat Refleksi terhadap Penurunan Nyeri Haid pada
Siswi MTs Songgo Buwono di Desa Bedingin Kecamatan odanan Kabupaten Blora
[Thesis (Undergraduate), Universitas Islam Sultan Agung Semarang].
http://repository.unissula.ac.id/id/eprint/25288
Mainnah, N. M., Hendriyono, F., & Muljanto, S. (2019). Gambaran Kadar Kalsium Total
dan Vitamin D pada Anak Sindrom Nefrotik di RSUD Ulin Banjarmasin.
Homeostasis, 2(3), 451460.
Masturoh, I., & Anggita, N. (2018). Analisis Praktik klinik kperawatan pada pasien CKD.
Noviani, A. P. (2019). Asuhan Keperawatan An. U Usia Sekolah (11 Tahun) dengan
Gangguan Sistem Perkemihan Akibat Sindrom Nefrotik Akut di RSUD R. Tanjung
Anak RSUD R Syamsudin, SH Kota Sukabumi [Diploma thesis, Universitas
Muhammadiyah Sukabumi]. http://eprints.ummi.ac.id/id/eprint/1209
Papadakis, M., & McPhee, S. (2019). Current Medical Diagnosis and Treatment (M.
Rabow, Ed.; 58th Edition). McGraw-hill Education.
Sofiyah, L., Ma’rifah, A. R., & Susanti, I. H. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi
Genggang Jari terhadap Perubahanskala Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio
Caesareadi RSUD Prof. Dr Margono Soekarjdo Purwokerto. Prosiding: Seminar
Nasional & Internasional, 6471.
Sulung, N., & Rani, S. D. (2017). Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Intensitas
Nyeri Pada Pasien Post Appendikomi. Jurnal Endurance, 2(3), 397.
https://doi.org/10.22216/jen.v2i3.2404
Yunita, S., Pasaribu, M., Sharfina, D., & Lubis, A. J. (2022). Pengetahuan Perawatan
dengan Penerapan Prosedur Manajemen Nyeri di Rumah Sakit Mitra Medika
Medan. Jintan: Jurnal Ilmu Keperawatan, 2(2), 125130.