JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 403
Hubungan Perilaku Menyikat Gigi Dan Konsumsi Makanan Kariogenik
Pada Anak Usia 10-12 Tahun Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Di Sdn
Pamoyanan 2 Bogor
Rima Andiny Sugiarto Putri
1*
, Djuned Prasonto
2
Universitas YARSI Jakarta, Indonesia
1,2
Email: andiny.sp@gmail.com
*
ABSTRAK
Kata Kunci:
Karies gigi pada anak-anak merupakan salah satu permasalahan
utama dalam kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis keterkaitan antara kebiasaan menyikat gigi dan
konsumsi makanan kariogenik dengan kesehatan gigi dan mulut
pada anak usia 1012 tahun di SDN Pamoyanan 2 Bogor. Dengan
menggunakan pendekatan penelitian observasional, data
dikumpulkan dari 100 siswa yang dipilih melalui simple random
sampling sebanyak 100 siswa berusia 1012 tahun yang memenuhi
kriteria inklusi, yaitu siswa yang terdaftar di SDN Pamoyanan 2
Bogor, bersedia berpartisipasi dengan persetujuan orang tua, dan
tidak memiliki gangguan kesehatan yang memengaruhi gigi serta
mulut. Kriteria eksklusi meliputi siswa yang tidak hadir saat
penelitian atau memberikan jawaban kuesioner yang tidak lengkap.
Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan
selanjutnya dianalisis menggunakan uji statistik chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 66% responden memiliki perilaku
menyikat gigi yang buruk, sementara 87% responden memiliki
konsumsi makanan kariogenik yang tinggi. Terdapat korelasi yang
signifikan antara kebiasaan menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan
mulut (p = 0,007), serta antara konsumsi makanan kariogenik
dengan kesehatan gigi dan mulut (p = 0,010). Penelitian ini
menyimpulkan bahwa kebiasaan menyikat gigi yang kurang baik
serta tingginya konsumsi makanan kariogenik berkaitan dengan
kondisi kesehatan gigi dan mulut yang buruk pada anak usia 1012
tahun.
Menyikat Gigi; Kariogenik;
Kesehatan Gigi Dan Mulut
ABSTRACT
Keywords:
Tooth decay in children is one of the main issues in oral
health. This study aims to analyze the relationship between
tooth brushing habits and the consumption of cariogenic foods
with oral health in children aged 1012 years at SDN
Pamoyanan 2 Bogor. Using an observational research
approach, data were collected from 100 students selected
through simple random sampling, aged 1012 years, who met
the inclusion criteria: students enrolled at SDN Pamoyanan 2
Bogor, willing to participate with parental consent, and
without health issues affecting their teeth and mouth.
Exclusion criteria included students who were absent during
the study or provided incomplete responses to the
questionnaire. The data was collected using a structured
questionnaire and subsequently analyzed using the chi-square
statistical test. The results showed that 66% of respondents
had poor tooth brushing habits, while 87% had a high
consumption of cariogenic foods. There was a significant
correlation between tooth brushing habits and oral health (p
Brushing Teeth; Cariogenic;
Dental And Oral Health
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 404
= 0.007), as well as between the consumption of cariogenic
foods and oral health (p = 0.010). This study concludes that
poor tooth brushing habits and high consumption of
cariogenic foods are related to poor oral health in children
aged 1012 years.
Coresponden Author: Rima Andiny Sugiarto Putri
Email: andiny.sp@gmail.com
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Kesehatan gigi berperan dalam menentukan status kesehatan secara keseluruhan, karena
kondisi gigi yang buruk dapat memengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh (Nugroho
dkk., 2019). Menurut The Global Burden of Disease Study tahun 2016, mayoritas populasi
dunia mengalami masalah karies gigi. Anak usia sekolah dasar dengan kebiasaan menjaga
kebersihan gigi yang kurang baik, sangat rentan mengalami masalah gigi (Fatimatuzzahro dkk.,
2016). Terlebih lagi, pada usia 1012 tahun, anak-anak berada pada tahap penting dalam
perkembangan gigi dan kebiasaan kesehatan mulut mereka (Sutjipto dkk., 2013).
Menurut laporan World Oral Report, tingkat pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di
Indonesia masih di bawah 24%, sementara sekitar 90% masyarakat Indonesia mengalami
masalah gigi dan mulut (Anitasari, 2020). Provinsi Jawa Barat tercatat memiliki prevalensi
sebesar 58,0%, sementara Kota Bogor lebih tinggi dengan angka 63,03%. Sekitar 53,79% anak
berusia 10-14 tahun mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut. Bahkan, pada tahun 2015,
Kota Bogor masuk dalam sepuluh besar wilayah dengan kasus penyakit gigi tertinggi. Oleh
karena itu, membiasakan anak-anak menjaga kesehatan gigi sejak dini bisa menjadi langkah
yang efektif untuk mencegah penyakit gigi di kemudian hari (Dinas Kesehatan Kota Bogor,
2018).
Anak yang mengalami karies gigi berisiko tinggi mengalami infeksi yang dapat
menyebabkan rasa sakit, mengganggu pola makan, dan menghambat kegiatan sekolah jika tidak
segera ditangani dengan tepat (Safela dkk., 2021). Karies gigi terjadi akibat kebiasaan
mengkonsumsi makanan dan minuman tanpa pengawasan yang cukup (Fatimatuzzahro dkk.,
2016).
Anak-anak sekolah dasar cenderung memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang
kurang sehat, seperti camilan dalam jumlah berlebihan. Sebagian besar jajanan yang mereka
konsumsi bersifat kariogenik, seperti makanan manis, lengket, atau memiliki tampilan menarik.
Berbagai jenis makanan manis yang tersedia di sekolah berpotensi membahayakan kesehatan
gigi anak (Arsad dkk., 2022).
Menurut Muhajirin (2018), hasil penelitiannya di salah satu SD di Kabupaten Bogor
menunjukkan bahwa 67,4% siswa mengonsumsi makanan kariogenik, sementara prevalensi
karies gigi mencapai 64,3%. Konsumsi makanan dengan kadar gula tinggi, seperti permen,
coklat, es krim, dan roti selai, memiliki keterkaitan dengan karies gigi. Selain itu, anak-anak
pada usia sekolah mulai menunjukkan kemandirian dalam membuat pilihan makanan, termasuk
memilih camilan yang sesuai dengan preferensi mereka.
Pendidikan mengenai cara menjaga kebersihan gigi dan mulut sangat penting diberikan
pada anak-anak usia 1012 tahun, karena pada usia ini mereka mulai menunjukkan tingkat
kemandirian yang lebih tinggi dan kemampuan untuk menyerap informasi dengan baik
(Sorolawe dkk., 2021). Kebiasaan menyikat gigi yang dibentuk sejak dini berperan dalam
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 405
membentuk kebiasaan yang akan berlanjut hingga dewasa (Nurlila dkk., 2016). Menyikat gigi
dengan teratur adalah kebiasaan dasar dalam menjaga kesehatan gigi, di mana pemilihan pasta
gigi dan penerapan teknik menyikat yang benar menjadi faktor utama dalam mencegah masalah
gigi (Silva dkk., 2021). Namun, kebiasaan menggosok gigi yang baik di Indonesia masih sangat
rendah, hanya mencapai 2,8% (Kemenkes, 2019). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sartika dan Putri (2022) di salah satu SD di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa sebanyak
58,7% siswa memiliki kebiasaan yang kurang baik dalam menggosok gigi.
Riset ini sangat penting untuk dilakukan mengingat tingginya prevalensi masalah
kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak, khususnya pada usia sekolah dasar, yang merupakan
masa transisi penting dalam kebiasaan menjaga kebersihan gigi. SDN Pamoyanan 2 Bogor
dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu sekolah dasar yang terletak di
kawasan dengan akses mudah terhadap berbagai jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh
anak-anak, beberapa di antaranya termasuk makanan kariogenik yang dapat berisiko terhadap
kesehatan gigi mereka.
Riset ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana kebiasaan menyikat gigi dan pola
konsumsi makanan mempengaruhi kondisi kesehatan gigi dan mulut anak usia 10-12 tahun di
SDN Pamoyanan 2 Bogor. Riset ini diharapkan dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi masalah kesehatan gigi pada anak-anak di sekolah dasar, sehingga dapat
dikembangkan strategi intervensi yang lebih efektif untuk meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut anak.
Metode Penelitian
Riset ini menerapkan metode analitik observasional dengan desain cross-sectional.
Pengamatan dilaksanakan di SDN Pamoyanan 2 Bogor, Jawa Barat. Sampel dipilih dengan
memanfaatkan teknik simple random sampling, yang menghasilkan 100 siswa berusia 1012
tahun sebagai responden.
Proses Pengambilan Data
Data dalam riset ini diperoleh dari kuesioner terstruktur yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya. Sebelum pengumpulan data, dilakukan sosialisasi kepada siswa dan orang tua
untuk menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian serta mendapatkan informed consent.
Kuesioner dibagikan kepada siswa, dan pengisian dilakukan di bawah pengawasan peneliti
untuk memastikan akurasi dan kelengkapan data. Data terkait perilaku menyikat gigi dan
konsumsi makanan kariogenik diambil langsung dari responden dengan metode wawancara
terstruktur, sementara data kesehatan gigi diperoleh melalui pemeriksaan langsung oleh tenaga
medis yang kompeten.
Kriteria Inklusi
Anak-anak yang berusia 1012 tahun yang terdaftar sebagai siswa SDN Pamoyanan 2
Bogor.
Anak yang bersedia berpartisipasi dengan persetujuan orang tua atau wali.
Anak-anak yang tidak memiliki riwayat gangguan kesehatan yang dapat memengaruhi
kesehatan gigi dan mulut, seperti penyakit metabolik atau kelainan genetik.
Kriteria Eksklusi
Anak yang tidak hadir pada saat pelaksanaan penelitian.
Anak yang tidak memberikan jawaban lengkap pada kuesioner.
Anak yang telah menjalani perawatan gigi dalam satu bulan terakhir.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 406
Data dianalisis menggunakan metode univariat untuk menggambarkan karakteristik
setiap variabel, serta metode bivariat dengan uji Chi-Square untuk mengevaluasi hubungan
antara perilaku menyikat gigi, konsumsi makanan kariogenik, dan kesehatan gigi serta mulut.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Pada penelitiannya peneliti memakai alat ukur dengan bentuk kuesioner yang
dibagikan langsung dengan 16 pertanyaan. Kuesioner ini sebelumnya telah dilakukan
proses evaluasi serta dilaksanakan pengujian validitas serta reliabilitas terkait 30
responden anak sekolah dasar berusia 10-12 tahun. Uji validitas memakai uji korelasi
pearson serta realibitas memakai uji
Cronbach's Alpha dalam software SPSS versi 25. Hasil dari pengujian validitas dalam kuesioner
memperlihatkan bahwasanya keseluruhan pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid sebab
berdasarkan nilai r hitung > r tabel (0,361). Uji realibillitas digunakan untuk memperlihatkan
sampai mana hasil kuesioner itu bisa dipercayai keabsahannya. Hasil uji validitas dan
reliabilitas kuesioer perilaku menyikat gigi dapat ditilik dalam tabel 1. dan 2.
Tabel 1. Uji validitas kuesioner perilaku menyikat gigi
Pertanyaan
r hitung
r tabel
(N=30)
Keterangan
P1
0.520
0.361
Valid
P2
0.652
0.361
valid
P3
0.668
0.361
valid
P4
0.616
0.361
valid
P5
0.605
0.361
valid
P6
0.661
0.361
valid
P7
0.393
0.361
valid
P8
0.684
0.361
valid
P9
0.705
0.361
valid
P10
0.454
0.361
valid
P11
0.527
0.361
valid
P12
0.378
0.361
valid
P13
0.706
0.361
valid
P14
0.544
0.361
valid
P15
0.577
0.361
valid
P16
0.510
0.361
valid
Tabel 2. Uji realibilitas kuesioner perilaku menyikat gigi
Cronbach's
Alpha
r tabel
Keterangan
0.863
0.361
Reliabel
Hasil Uji Univariat
Tabel 3. Karakteristik responden
Karakteristik
n
%
Usia Responden
10 tahun
31
31.0
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 407
11 tahun
36
36.0
12 tahun
33
33.0
Total
100
100
Tabel 3. sebelumnya terlihat bahwasanya sebagian besar responden berusia 11 tahun.
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan perilaku menyikat gigi
Perilaku menyikat gigi
n
%
Baik
34
34.0
Buruk
66
66.0
Total
100
100
Tabel 4. sebelumnya memperlihatkan bahwasanya perilaku menyikat gigi anak usia 10-
12 tahun di SDN Pamoyanan 2 Bogor adalah sebagian besar buruk sebanyak 66 orang (66.0%).
Tabel 5. Distribusi perilaku menyikat gigi di SDN Pamoyanan 2 Bogor
No.
Perilaku menyikat gigi
Ya
Tidak
n
%
n
%
1.
Saya pernah mendapatkan penyuluhan atau
pelatihan mengenai menyikat gigi dengan
baik dan benar di Sekolah
100
100
0
0
2.
Saya menyikat gigi setiap hari
93
93.0
7
7.0
3.
Saya menyikat gigi 2x sehari
89
89.0
11
11.0
4.
Saya menyikat gigi lebih dari 2x sehari
68
68.0
32
32.0
5.
Saya menyikat gigi setiap pagi hari setelah
sarapan
73
73.0
27
27.0
6.
Menyikat gigi merupakan kegiatan terakhir
Saya sebelum tidur malam
47
47.0
53
53.0
7.
Saya menyikat gigi dengan pasta gigi/odol
yang mengandung fluoride untuk mencegah
gigi berlubang
100
100
0
0
8.
Saya membersihkan seluruh bagian gigi
(depan, belakang, sela-sela gigi) dan juga
menyikat permukaan lidah.
86
86.0
14
14.0
9.
Saya menyikat gigi dengan gerakan maju
mundur pada bagian yang digunakan untuk
mengunyah.
85
85.0
15
15.0
10.
Saya menyikat gigi bagian depan dengan
gerakan atas bawah (vertikal)
84
84.0
16
16.0
11.
Saya menggosok gigi bagian dalam dengan
gerakan menggosok ke luar
77
77.0
23
23.0
12.
Saya menyikat gigi bagian samping kanan
kiri dengan gerakan memutar
71
71.0
29
29.0
13.
Saya menyikat gigi dengan gerakan cepat
dan kasar
52
52.0
48
48.0
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 408
14.
Saya mengganti sikat gigi paling telat setiap
3 bulan sekali
55
55.0
45
45.0
15.
Saya menyikat gigi selama 2 menit
38
32.0
62
62.0
16.
Saya menggunakan benang gigi (dental
floss) untuk membersihkan gigi
42
42.0
58
58.0
Hasil kuesioner mengenai perilaku menyikat gigi (tabel 5) yang telah dijawab oleh
masing-masing responden menunjukkan sebanyak 62 responden (62%) tidak menyikat gigi
selama 2 menit, sejumlah 58 responden (58%) itu tidak menggunakan benang gigi (dental floss)
untuk membersihkan gigi, sebanyak 53 responden (53%) tidak melakukan kegiatan menyikat
gigi sebelum tidur, sebanyak 52 responden (52%) menyikat gigi dengan gerakan cepat dan
kasar, sebanyak 45 responden (45%) tidak melakukan penggantian sikat gigi paling telat tiap 3
bulan satu kali penggantian.
Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan konsumsi makanan kariogenik
Konsumsi kariogenik
n
%
rendah
13
13.0
tinggi
87
87.0
Total
100
100
Pada Tabel 6. sebelumnya memperlihatkan bahwa mayoritas anak-anak mengkonsumsi
makanan kariogenik dengan kategori rendah yaitu sebanyak 36 orang (80.0%).
Tabel 7. Distribusi konsumsi makanan kariogenik di SDN Pamoyanan 2 Bogor
Jenis Makanan
dan minuman
Frekuensi konsumsi makanan
Jumlah
lebih dari
3x/hari
2-3x/hari
1x/hari
Tidak
pernah
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Brownies
7
7.0
20
20.0
58
58.0
15
15.0
100
100
Donat
10
9.0
32
33.0
48
48.0
10
10.0
100
100
Roti isi selai
(coklat, keju,
strawberry dll)
40
40.0
49
49.0
7
7.0
4
4.0
100
100
Biskuit
(biskuat,oreo ,
tango, roma dll)
7
7.0
73
73.0
14
14.0
6
6.0
100
100
Coklat
30
30.0
41
39.0
27
29.0
2
2.0
100
100
Permen
53
53.0
27
27.0
20
20.0
0
0
100
100
Eskrim
11
11.0
21
21.0
51
51.0
17
17.0
100
100
Soda
9
9.0
15
15.0
34
34.0
42
42.0
100
100
Minuman manis
berwarna (teh sisri,
nutrisari, teh botol,
pop ice dll)
25
25.0
36
36.0
39
39.0
0
0
100
100
Susu berperisa
(coklat, strawberry,
mocca dll)
14
14.0
26
26.0
41
41.0
19
19.0
100
100
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 409
Pada Tabel 7. menunjukkan bahwa persentase makanan kariogenik tertinggi adalah
biskuit sebesar 73.0% yang dikonsumsi sebanyak 2-3 kali sehari oleh 73 anak.
Tabel 8. Distribusi karies berdasarkan indeks def-t
def-t
Jumlah
rata-rata
d
e
f
484
37
6
527
5,27
Pada tabel 8. memperlihatkan fenomena karies di gigi sulung yang mana banyak jumlah
def-t adalah 527 serta rata-rata def-t 5,27 termasuk kategori tinggi.
1.
Hasil Uji Bivariat
Tabel 9. Hubungan perilaku menyikat gigi terhadap kesehatan gigi dan mulut
Perilaku
menyikat gigi
Kesehatan gigi dan mulut
(def-t)
P-value
Rendah
Tinggi
n
%
n
%
Baik
14
41.2
20
58.8
0.007
Buruk
11
16.7
55
83.3
Pada tabel 9, ditemukan p-value chi-square sebesar 0,007 < 0,05, nilai tersebut
menandakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku menyikat gigi dan
kesehatan gigi serta mulut (def-t). Ditemukannya hubungan yang signifikan ini menunjukkan
adanya perbedaan pada skor def-t kesehatan gigi dan mulut berdasarkan perilaku menyikat gigi.
Tabel 10. Hubungan konsumsi makanan kariogenik terhadap kesehatan gigi dan mulut
Konsumsi
makanan
kariogenik
Kesehatan gigi dan mulut (def-t)
P-value
Rendah
Tinggi
n
%
n
%
Rendah
7
53.8
6
9.8
0.010
Tinggi
18
20.0
69
65.3
Pada tabel 10. ditemukan p-value chi-square antara konsumsi makanan kariogenik dan
skor def-t kesehatan gigi dan mulut sebanyak 0.010. Nilai p-value chi-square ini lebih kecil
daripada 0.05 dapat diartikan bahwasanya terdapat hubungan bermakna antara konsumsi
makanan kariogenik terkait kesehatan gigi dan mulut (def-t). Ditemukannya hubungan
bermakna menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada skor def-t kesehatan gigi dan mulut
dengan konsumsi makanan kariogenik.
Pembahasan
Peneliti menyelenggarakan penelitiannya di SDN Pamoyanan 2 Bogor dengan
responden berjumlah 100 anak yang mencakup usia 10 12 tahun. Penelitian ini adalah cross-
sectional yang berjenis observasi analitik. Dalam penelitian ini kesehatan gigi dan mulut
menjadi variabel dependent dan perilaku menyikat gigi sekaligus konsumsi makanan
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 410
kariogenik menjadi variabel independent. Penelitian ini memakai data primer yaitu kuesioner
dibagian langsung ke anak usia 10-12 tahun sebanyak 100 orang.
Menurut hasil yang diperoleh peneliti dalam penelitiannya di SDN Pamoyanan 2 Bogor
pada tabel 4, bahwasanya sebanyak 66 orang (66%) memiliki perilaku menyikat gigi yang
buruk. Pada tabel 4.5 nampak bahwasanya hasil yang didapat peneliti dalam penelitiannya di
SDN Pamoyanan 2 Bogor sebagian besar anak usia 10-12 tahun sebanyak 87 orang (87%)
mengkonsumsi makanan kariogenik dengan kategori tingggi.
Hasil kuesioner mengenai perilaku menyikat gigi didapatkan data pada tabel 4.5
bahwasanya sejumlah 62 responden (62%) tidak menyikat gigi dengan durasi 2 menit, sejumlah
58 responden (58%) tidak menggunakan benang gigi (dental floss) untuk membersihkan gigi,
sebanyak 53 responden (53%) tidak melaksanakan kegiatan menyikat gigi sebelum tidur,
sebanyak 52 responden (52%) menyikat gigi dengan gerakan cepat dan kasar, sebanyak 45
responden (45%) tidak melakukan penggantian sikat gigi paling telat tiap 3 bulan satu kali
penggantian. Kegiatan menyikat gigi adalah metodi mekanis yang sangat ampuh untuk
menghilangkan plak serta untuk melakukan pembersihan sisa makan yang melekat di gigi
(Triswari & Pertiwi, 2017). Perilaku menyikat gigi merupakan suatu kebiasaan untuk
melakukan pembersihan gigi dari sisa makanan dan guna mempertahankan kebersihan gigi dan
mulut (Yusiana & Prawesti, 2018). Menyikat gigi dengan cepat hasilnya akan tidak baik jika
dibandingkan dengan menyikat gigi dengan waktu yang terbilang cukup atau lama, sebab
melihat banyaknya banyak permukaan gigi yang wajib dibersihkan dengan sikat (Suryani,
2018).
Ditilik dari hasil penelitian dalam tabel 6, sebanyak 87 orang (87%) mengkonsumsi
makanan kariogenik dengan kategori rendah. Hasil penelitian pada tabel 4.7 yang ditilik dari
keseringannya mengkonsumsi makanan itu dalam sehari, persentase paling tinggi ada pada
makanan biskuit dengan frekuensi 2-3 kali sehari berjumlah 73 orang (73%). Biskuit adalah
salah satu jajanan yang banyak ditemukan di sekolah di bandrol harga yang murah serta dengan
pemasaran yang beragam bentuknya maupun rasa yang disesuaikan dengan kesukaan anak-
anak yakni manis dan gurih oleh karenanya bisa membuat anak-anak tertarik untuk membeli
(Armilda dkk., 2017). Menurut pengamatan peneliti, banyak pedagang yang menjual biskuit di
sekitar SDN Pamoyanan 2 Bogor.
Presentase makanan kariogenik kedua setelah biskuit adalah brownies dengan jumlah
58 orang (58%) yang dikomsumsi sebanyak 1 kali sehari. Brownies berbahan dasar coklat yang
dibuat dengan proses panggang maupun kukus. Energi dalam brownies bersumber dari
karbohidrat yakni tepung serta gula. Besaran karbohidrat dalam brownies yakni 76,6 gram
(Mulyadi, 2022). Makanan kariogenik bersifat tinggi kandungan karbohidrat, lengket serta
mudah hancur di dalam mulut sehingga memiliki potensi besar untuk memicu terjadinya karies
(Mahmuddin, 2016).
Presentase makanan kariogenik ketiga setelah brownies adalah permen dengan jumlah
53 orang (53%) yang dikonsumsi sebanyak lebih dari 3 kali sehari. Permen merupakan bagian
dari ragam makanan kariogenik yang sangat kerap dimakan serta digemari anak-anak, permen
memiliki beragam rasa serta bentuk yang membuat anak tertarik. Cara membuat permen yaitu
campuran gula, air, zat pewarna maupun perasa dididihkan. Kadar gula yang ditambahkan
sekitar 5,35%. Permen dapat melekat lama di gigi dapat mengakibatkan permen memiliki sifat
kariogenik (Armilda dkk., 2017).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 411
Berdasarkan hasil pada tabel 8. menunjukan fenomena karies pada gigi sulung anak usia
10-12 tahun di SDN Pamoyanan 2 Bogor memiliki rata-rata def-t sebesar 5,27 termasuk
kategori tinggi, yang menyebabkan nilai indeks def-t tingga adalah gigi sulung sangat mudah
terjangkit karies sebab di gigi sulung struktur email dan dentin terbilang tipis, oleh karenanya
sangat mudah terbentuk karies jika tidak melindungi oral hygiene secara maksimal (Reddy,
2017). Penelitian yang dilakukan oleh Hanous & Helal tahun 2016 juga menunjukkan indeks
def-t gigi sulung usia 10-12 tahun sebesar 5,7 yang termasuk dalam kategori tinggi. Penelitian
Maulani dan Jeddy (2021) menunjukkan indeks def-t usia 10-12 tahun sebesar 4,27 termasuk
kategori sedang.
Dari hasil tabel 9. didapatkan nilai p-value chi-square pada analisis bivariat hubungan
perilaku menyikat gigi terhadap kesehatan gigi dan mulut sebesar 0.007 < 0.05, sehingga ada
hubungan bermakna dari perilaku menyikat gigi terhadap kesehatan gigi dan mulut pada anak
umur 10-12 tahun di SDN Pamoyanan 2 Bogor. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
penelitian Ruslan tahun 2022 yang diselenggarakan kepada siswa sekolah dasar menunjukkan
bahwasanya ada hubungan antara perilaku menyikat gigi dengan kesehatan gigi dan mulut
p=0,000. Kebersihan gigi dan mulut mendapat pengaruh dari perilaku penjagaan kebersihan
mulut yang dimiliki tiap-tiap orang. Perilaku menyikat gigi memiliki hubungan dengan
fenomena karies, misalnya tidak menyikat gigi setelah sarapan pagi yang merupakan perilaku
menyikat gigi yang salah. Sehingga akan memudahkan terjadinya karies karena dari pagi
hingga sore selama kurang lebih 12 jam mulut dalam keadaan asam sehingga memicu bakteri
membuat karies atau lubang pada gigi (Gigi, 2018).
Berdasarkan hasil tabel 10, didapatkan hasil p-value chi-square antara mengkonsumsi
makanan kariogenik dan kesehatan gigi dan mulut sebesar 0.010 < 0.05, nilai tersebut bisa
diartikan adanya hubungan bermakna antara konsumsi makanan kariogenik terhadap kesehatan
gigi dan mulut pada anak usia 10-12 tahun di SDN Pamoyanan 2 Bogor, yang mana mayoritas
anak mengkonsumsi makanan kariogenik berkategori tinggi 87% dan skor def-t rata rata 5,27
mencakup kategori tinggi. Temuan ini mendukung hasil studi dari Lestari (2016) yang
mempunyai rutinitas mengkonsumsi makanan manis berkategori tinggi dengan persentase 55%
serta dengan persentase 77,5% responden mengalami karies pada giginya, didapatkan adanyan
hubungan antara mengkonsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi. Penyebab terjadinya
karies pada anak usia sekolah dikarenakan frekuensi mengkonsumsi makanan kariogenik yang
tinggi tanpa diikuti dengan menjaga kesehatan mulut (Pertiwi dkk., 2018). Dikatakan oleh
Wibawa dkk. (2020) rusaknya gigi berlangsung dalam setengah jam pertama sesudah makan,
oleh karenanya amat diwajibkan menyikat gigi setelah makan makanan pokok maupun camilan
khususnya yang memiliki kandungan gula.
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: pertama, desain
penelitian yang bersifat cross-sectional, yang hanya dapat menggambarkan hubungan antara
variabel tanpa dapat menentukan hubungan sebab-akibat. Penelitian dengan desain longitudinal
dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang dampak perilaku menyikat gigi dan
konsumsi makanan kariogenik terhadap kesehatan gigi dan mulut. Kedua, data yang diperoleh
melalui kuesioner bersifat subjektif, sehingga terdapat kemungkinan bias informasi, di mana
responden mungkin memberikan jawaban yang dianggap lebih baik sesuai dengan keinginan
sosial (social desirability bias). Ketiga, generalizabilitas hasil penelitian terbatas, karena hanya
dilakukan di satu sekolah dasar, yang berarti hasilnya mungkin tidak dapat menggambarkan
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 412
kondisi populasi anak usia 1012 tahun di wilayah lain atau secara nasional. Keempat,
penelitian ini tidak mengontrol faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi kesehatan gigi dan
mulut, seperti status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan orang tua, dan akses ke layanan
kesehatan.
Penelitian ini memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami hubungan antara
perilaku menyikat gigi, konsumsi makanan kariogenik, dan kesehatan gigi serta mulut pada
anak-anak. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengatasi keterbatasan yang ada dan
memberikan pemahaman yang lebih mendalam.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal yang relevan. Pertama,
sebagian besar responden, sekitar 66% dari total siswa yang disurvei, memiliki perilaku
menyikat gigi yang buruk. Hal ini mengindikasikan bahwa kebiasaan menjaga kebersihan gigi
belum menjadi prioritas bagi sebagian besar responden. Kedua, mayoritas responden, yaitu
sekitar 87%, mengkonsumsi makanan kariogenik dalam jumlah yang tinggi. Ini berarti bahwa
sebagian besar dari mereka cenderung mengonsumsi makanan yang berpotensi merusak
kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara perilaku menyikat gigi dan kesehatan gigi dan mulut, dengan nilai p kurang
dari 0.05. Artinya, perilaku menyikat gigi yang buruk berkorelasi dengan masalah kesehatan
gigi dan mulut yang lebih serius.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah memperluas cakupan wilayah penelitian agar
hasil yang diperoleh dapat lebih representatif dan mencerminkan kondisi yang lebih luas. Selain
itu, disarankan untuk menggunakan metode longitudinal guna mengamati perubahan perilaku
menyikat gigi dan konsumsi makanan kariogenik dari waktu ke waktu serta dampaknya
terhadap kesehatan gigi dan mulut. Penelitian juga sebaiknya menambahkan analisis terkait
faktor-faktor lain yang memengaruhi kesehatan gigi dan mulut, seperti peran edukasi orang tua,
pengaruh lingkungan sekolah, serta intervensi berbasis komunitas. Metode pengumpulan data
yang lebih mendalam, seperti wawancara mendalam atau focus group discussion (FGD), juga
direkomendasikan untuk memahami lebih jauh kebiasaan dan faktor psikososial yang
memengaruhi perilaku responden.
Daftar Pustaka
Anitasari, B. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kesehatan Gigi Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah Di Sdn 120 Gontang
Kab. Luwu Utara. Jurnal Lontara Kesehatan, 1(1), 4756.
Armilda, D., Aripin, D., & Sasmita, I. S. (2017). Pola makan makanan kariogenik dan non
kariogenik serta pengalaman karies anak usia 11-12 tahun di SDN Cikawari Kabupaten
Bandung. Padjadjaran J Dent Res Student. Oktober, 1(2).
Arsad, A. A., Yasin, S. A., & Ibrahim, I. I. (2022). Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan
Kariogenik Terhadap Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Media
Kesehatan Gigi: Politeknik Kesehatan Makassar, 21(1), 4653.
https://doi.org/https://doi.org/10.32382/mkg.v21i1.2805
Dinas Kesehatan Kota Bogor. (2018). Kerangka Acuan Pengembangan UKGM Inovatif di
Wilayah Kota Bogor Tahun 2018.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 413
Fatimatuzzahro, N., Prasetya, R. C., & Amilia, W. (2016). Gambaran Perilaku Kesehatan Gigi
Anak Sekolah Dasar di Desa Bangsalsari Kabupaten Jember. Ikesma: Jurnal Kesehata
Masyarakat, 2(2).
Kemenkes. (2019). Kemenkes Luncurkan Komite Kesehatan Gigi dan Mulut. Pusdatin
Kementerian Kesehatan RI.
Lestari, S. T. (2016). Hubungan antara Kebiasaan Konsumsi Makanan Manis dengan Karies
Gigi Anak Usia Sekolah. Jurnal PDGI, 65(2), 5559.
Mahmuddin, N. R. (2016). Frekuensi Konsumsi Makanan Kariogenik Terhadap Indeks
Kebersihan Rongga Mulut pada Anak Usia 10-12 Tahun di SDN Rawa Badak Selatan 07
Pagi [Universitas Yasri]. http://digilib.yarsi.ac.id/id/eprint/4622
Maulani, G. C., & Jeddy, J. (2021). Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tingkat Kejadian
Karies Pada Anak Usia 5-12 Tahun : Kajian Pada Pasien Rsgm Fkg Universitas Trisakti
(Penelitian). Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu, 2(2).
https://doi.org/10.25105/jkgt.v2i2.8796
Muhajirin, A. (2018). Hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi
pada anak usia sekolah (7-9 tahun) di SD Mardiyuana Kabupaten Bogor. Jurnal Ilmiah
Wijaya, 10(1), 3239.
Nugroho, L. S., Femala, D., & Maryani, Y. (2019). Perilaku Menyikat Gigi terhadap Oral
Hygiene Anak Sekolah. Dental Therapist Journal, 1(1), 4451.
Nurlila, R. U., Fua, J. La, & Meliana, M. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap
Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi pada Siswa di SD Kartika Xx-10 Kota Kendari
Tahun 2015. Al-Ta’dib, 9(1), 94119.
Pertiwi, I., Rahaswanti, L. W. A., & Sutadarma, I. W. G. (2018). Gambaran kejadian karies dan
konsumsi makanan kariogenik pada anak usia 10-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri 3
Batur. Bali Dental Journal, 2(2), 8894. https://doi.org/10.51559/bdj.v2i2.114
Safela, S. D., Purwaningsih, E., & Isnanto, I. (2021). Systematic Literature Review: Faktor
Yang Mempengaruhi Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Gigi, 2(2), 335344. https://doi.org/https://doi.org/10.37160/jikg.v2i2.719
Sartika, A., & Putri, N. P. A. (2022). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Siswa Kelas IV dan V di SDN Pasirangin
05 Kabupaten Bogor [Universitas Medika Suherman].
https://repository.medikasuherman.ac.id/xmlui/handle/123456789/2877
Silva, C. C., Gavinha, S., Vilela, S., Rodrigues, R., Manso, M. C., Severo, M., Lopes, C., &
Melo, P. (2021). Dietary Patterns and Oral Health Behaviours Associated with Caries
Development from 4 to 7 Years of Age. Life, 11(7), 609.
https://doi.org/10.3390/life11070609
Sorolawe, G. N. A., Luh Wayan Ayu Rahaswanti, & Desak Putu Yuli Kurniati. (2021).
Hubungan Pengetahuan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Indeks Karies pada Anak Usia
10-12 Tahun di Sekolah Dasar Negeri 5 Sumerta. Bali Dental Journal, 5(2), 95101.
https://doi.org/10.51559/bdj.v5i2.71
Suryani, L. (2018). Gambaran Menyikat Gigi terhadap Tingkat Kebersihan Gigi Dan Mulut
Pada Murid Kelas V di MIN 9 Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Biotik: Jurnal
Ilmiah Biologi Teknologi dan Kependidikan, 5(2), 149.
https://doi.org/10.22373/biotik.v5i2.3024
Sutjipto, C., Wowor, V. N. S., & Kaunang, W. P. J. (2013). Gambaran tindakan pemeliharan
kesehatan gigi dan mulut anak usia 1012 tahun di sd kristen eben haezar 02 manado.
eBiomedik, 1(1).
Triswari, D., & Pertiwi, A. D. (2017). Pengaruh kebiasaan menyikat gigi sebelum tidur malam
terhadap skor indeks plak dan pH saliva. Insisiva Dental Journal, 6(2), 18.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 414
Wibawa, D. G. B. S., Hutomo, L. C., & Handoko, S. A. (2020). Hubungan perilaku menjaga
kebersihan gigi dan mulut terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa pengguna alat
ortodontik cekat di SMA Negeri 1 Gianyar. Bali Dental Journal, 4(2), 8894.
https://doi.org/10.51559/bdj.v4i2.60
Yusiana, M. A., & Prawesti, D. (2018). Gambaran Perilaku Menyikat Gigi dengan Kejadian
Gigi Berlubang pada Anak Usia Sekolah di SD YBPK Kediri. Jurnal STIKES, 10(1).
https://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/STIKES/article/view/238