JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 460
Hubungan Usia, Paritas dan Penyulit Kehamilan pada Ibu Hamil dengan
Kejadian Kelahiran Kurang Bulan di Ruang Perinatologi RSUD Waled
Cirebon
Irman Permana
1*
, Silmi Kaaffah Surachman
2
, Moh. Irwan Dharmansyah
3
Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Indonesia
1,2,3
*
ABSTRAK
Kata Kunci:
Kelahiran Kurang Bulan (KKB) didefinisikan ketika bayi lahir
sebelum waktunya (<37 minggu). Faktor risiko terjadinya Kelahiran
Kurang Bulan (KKB) mencakup usia ibu, paritas dan penyulit
kehamilan selama masa kehamilan. Tujuan penelitian untuk
mengetahui dan menganalis mengenai hubungan usia, paritas dan
penyulit kehamilan pada ibu hamil dengan kejadian Kelahiran
Kurang Bulan (KKB) di Ruang Perinatologi RSUD Waled Tahun
2021-2022. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional.
Besar sample ditentukan oleh rumus Lemeshow (96 responden)
dengan menggunakan simple random sampling. Analisis univariat
untuk menilai distribusi frekuensi, analisis bivariat menggunakan uji
fisher dan analisis multivariat menggunakan regresi logistic ganda.
Dari 96 responden, terdapat 58 responden (60.4%) untuk klasifikasi
usia ibu berisiko (<20 dan >35 tahun) dengan p value = 0.027, 62
responden (64.4%) klasifikasi paritas berisiko (primipara dan
grande multipara) dengan p value = 0.011 serta 63 responden
(65.6%) klasifikasi penyulit kehamilan (p value = 0.046). Penyulit
kehamilan merupakan faktor yang lebih utama, diikuti oleh paritas
serta usia ibu. Penyulit kehamilan yang sering ditemukan adalah Pre
Eklampsi Berat.
Kelahiran Kurang Bulan;
Faktor Risiko Kelahiran
Kurang Bulan; Usia Ibu;
Paritas; Penyulit Kehamilan
ABSTRACT
Keywords:
Preterm labor defined as a baby who born too early (<37
weeks). The risk factors of preterm birth consist of maternal
age, parity and complication of pregnancy. The purpose of the
research to find out and analyze he correlation of age, parity
and complications of pregnancy mom with preterm labor in
Perinatology Room RSUD Waled 2021-2022. This study used
a cross-sectional design. The sample size was determined by
the Lemeshow formula (96 respondents) using simple random
sampling. Univariare analysis to assess the frequency
distribution, bivariate analysis using fisher’s test and
multivariate analysis using multiple logistic regression. Of
the 96 respondents, 58 respondents (60.4%) for the
classification of at-risk maternal age (<20 and >35 years)
with p value = 0.027, 62 respondents (64.4%) for risky parity
classification (primipara and grande multipara) with p value
= 0.011 and 63 respondents (65.6%) for the classification of
pregnancy complications (p value = 0.046). Pregnancy
problems were the most important of the three factors,
followed by parity and maternal age. Severe pre-eclampsia is
the most prevalent pregnancy complication.
Preterm Labor; Risk Factors of
Preterm Labor; Maternal Age;
Parity; Pregnancy Complication
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 461
Coresponden Author: Irman Permana
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Prematur atau Kelahiran Kurang Bulan (KKB) merupakan penyumbang kematian utama
pada bayi baru lahir serta menduduki posisi kedua terbanyak kematian balita setelah
pneumonia. Angka kematian bayi yang berusia di bawah 5 tahun atau disebut juga dengan
balita pada tahun 2020 mencapai angka 28.158 jiwa. Dari angka tersebut, kematian balita
rentang usia 0-28 hari berada di angka 20.266 jiwa (71,97%), rentang usia 29 hari hingga 11
bulan terdapat 5.386 (19,13%) jiwa balita meninggal dan sekitar 2.506 (8,9%) jiwa meninggal
di rentang usia 12-59 bulan (Mustika & Minata, 2021; Sumantrie & Limbong, 2020).
Angka kejadian Kelahiran Kurang Bulan (KKB) yang diperoleh oleh Kementerian
Kesehatan Indonesia pada tahun 2018 yaitu 13,8% hingga mengalami peningkatan yang pesat
mencapai 29,5% pada penelitian yang dilakukan tahun 2019. Angka Kematian Bayi menurut
data dari Dinas Kesehatan Kota Cirebon sendiri mencapai angka 19 jiwa pada tahun 2021
sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon
pada tahun 2020 terdiri atas 134 jiwa bayi meninggal dari 47.530 kelahiran hidup (rate :
2,82/1000 KH) (Mustika & Minata, 2021; Sumantrie & Limbong, 2020).
Ibu hamil dengan usia lanjut (>35 tahun) memiliki keterkaitan dengan peningkatan dari
risiko Kelahiran Kurang Bulan (KKB) dikarenakan oleh tingginya suatu indikasi yang dapat
mengarah ke persalinan elektif sebelum akhirnya terjadi onset persalinan spontan. Selain itu,
ibu hamil dengan usia muda dapat menjadi salah satu risiko terjadinya Kelahiran Kurang Bulan
(KKB) yang diakibatkan oleh pengetahuan dari ibu tersebut. Sebanyak 185 (66,55%) dari 278
ibu dengan usia <20 dan >35 tahun mengalami kelahiran prematur (Endah & Susanti, 2018;
Sumantrie & Limbong, 2020).
Faktor lain yang berhubungan erat dengan Kelahiran Kurang Bulan (KKB) adalah
paritas, terutama ibu hamil dengan grande multipara (kelahiran lebih dari 4 kali) merupakan
kehamilan dengan risiko tertinggi, yaitu sekitar 41,3%, sedangkan Ibu hamil dengan kehamilan
kedua memiliki risiko lebih rendah. Seperti penelitian yang dilakukan di Afghanistan,
diperoleh data bahwa anak yang lahir dengan paritas ibu lebih dari lima memiliki faktor risiko
1,4 kali mengalami kematian neonatus (Koullali et al., 2020; Rahmawati et al., 2021).
Tekanan Darah Tinggi merupakan faktor risiko yang sering terjadi pada ibu hamil dan
dapat mengakibatkan kematian ibu, dimana gangguan pada kehamilan ini menyumbang
kematian ibu hamil hingga mencapai 10-22%. Ibu hamil yang mengalami penyulit ini sebanyak
70% dapat mengalami Kelahiran Kurang Bulan (KKB) (Mwansa et al., 2020).
Penyulit kehamilan lain yang biasa ditemukan pada ibu hamil adalah Diabetes
Gestational dengan angka mencapai hingga 21% jiwa. Di salah satu negara besar, Inggris,
diketahui sebanyak 17% ibu yang memiliki penyulit ini mengalami Kelahiran Kurang Bulan
(Samuel et al., 2019a).
Solusio Plasenta atau dikenal dengan Placental Abruption merupakan suatu kondisi
penyulit kehamilan pada ibu, dimana terjadi pelepasan plasenta dari tempat seharusnya
sehingga dapat membahayakan janin dalam rahim ibu. Sekitar 25% ibu yang mengalami
kondisi ini melahirkan secara prematur (Novita & Sutarno, 2022).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 462
Faktor penting lain yang berkaitan dengan Kelahiran Kurang Bulan (KKB) adalah
Premature Rupture of Membran (PROM) atau Ketuban Pecah Dini (KPD) yang diakibatkan
oleh pecahnya ketuban sebelum memasuki usia persalinan (<37 minggu). Sekitar 25-40%
kasus prematur diketahui diperantarai oleh adanya Ketuban Pecah Dini (KPD) yang dialami
oleh ibu hamil (Saifullah et al., 2022).
Selain itu terdapat suatu penyulit kehamilan bernama Plasenta Previa, dimana hal ini
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Kelahiran Kurang Bulan (KKB). Pada beberapa
faktor risiko terjadinya kelahiran prematur ini, Plasenta Previa menyumbang sekitar 5% dari
seluruh angka kejadian prematur dan terjadi pada 1 diantara 200 persalinan yang ada di
Indonesia (Samuel et al., 2019b).
Berdasarkan Angka Kematian Bayi (AKB), salah satu faktornya merupakan Kelahiran
Kurang Bulan (KKB) yang ada pada Indonesia, dimana hal ini merupakan suatu hal penting
untuk diteliti lebih lanjut mengenai faktor risiko terjadinya Kelahiran Kurang Bulan (KKB)
yang berkaitan dengan usia ibu hamil serta jumlah paritas dari ibu hamil tersebut di Indonesia,
terutama di Kabupaten Cirebon serta bertujuan untuk meminimalisir terjadinya Kelahiran
Kurang Bulan (KKB) serta membantu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB).
Metode Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan suatu penelitian dengan studi kasus
mencakup bagian dari bidang Ilmu Kesehatan Anak serta Obsetri dan Ginekologi (Obgyn)
yang dilakukan di Ruang Perinatologi RSUD Waled, Kabupaten Cirebon menggunakan desain
cross sectional berdasar teknik simple random sampling dengan sample 96 responden melalui
data sekunder (Rekam Medis).
Analisis data yang digunakan oleh peneliti mencakup analisis univariat, analisis
bivariat dengan menggunakan metode fisher exact serta analisis multivariat yang dianalisis
lebih lanjut menggunakan regresi logistic berganda (Schmidt et al., 2022).
Selain itu, peneliti juga melakukan uji kontingensi untuk melihat hubungan antara ketiga
variabel independen (usia, paritas dan penyulit kehamilan).
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1. Hasil Distribusi Frekuensi Usia
Usia Ibu Hamil
Frekuensi
Persentase
Tidak Berisiko, Usia 20-35 Tahun
38
39.6
Berisiko, Usia <20 dan >35 Tahun
58
60.4
Total
96
100.0
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh informasi dari 96 responden, pada usia ibu hamil yang
termasuk kriteria tidak memiliki risiko, usia 20-35 tahun terdiri atas 38 orang dengan
persentase 39.6% sedangkan untuk responden dengan kriteria memiliki risiko, usia <20 dan
>35 tahun sebanyak 58 orang dengan persentase 60.4%.
Tabel 2. Hasil Distribusi Frekuensi Paritas
Paritas Ibu Hamil
Frekuensi
Tidak Berisiko, Multipara
34
Berisiko, Primipara dan
Grandemultipara
62
Total
96
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 463
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh informasi bahwa dari 96 responden, terdapat 34 (35.4%)
dengan kriteria tidak memiliki risiko dan 62 (64.6%) responden termasuk dalam kriteria
memiliki risiko,
Tabel 3. Hasil Distribusi Frekuensi Penyulit Kehamilan
Berdasarkan Tabel 3 didapatkan bahwa dari 96 responden terdiri atas 33 responden
(34.4%) dengan tidak ada penyulit saat kehamilan dan termasuk dalam kriteria tidak memiliki
risiko, sedangkan untuk responden dengan penyulit kehamilan serta termasuk dalam kriteria
memiliki risiko sebanyak 63 responden (65.6%). Selain itu, berdasarkan data yang didapatkan
oleh peneliti, penyulit kehamilan yang ditemukan seperti Eklampsia terdiri atas 3 responden
(3.1%), KPD sebanyak 19 responden (19.8%), Plasenta Previa dengan 3 responden (3.1%),
Pre Eklampsia Berat sebanyak 34 responden (35.4%) serta Pre Eklampsia terdiri atas 4
responden (4.2%).
Tabel 4. Hasil Distribusi Frekuensi Kelahiran Kurang Bulan
Kelahiran Kurang Bulan
Frekuensi
Persentase
Extremely Preterm (<28 minggu)
10
10.4
Very Preterm (28-32 minggu)
17
17.7
Moderate Preterm (32-34 minggu)
13
13.5
Late Preterm (34-<37 minggu)
56
58.3
Total
96
100.0
Berdasarkan Tabel 4 diperoleh hasil dari 96 responden, untuk variabel Kelahiran
Kurang Bulan (KKB) terdapat Extremely Preterm sebanyak 10 responden (10.4%), Very
Preterm sebanyak 17 responden (17.7%), Moderate Preterm sebanyak 13 responden (13.5%)
dan Late Preterm sebanyak 56 responden (58.3%)
Tabel 5. Hubungan Usia dengan Kelahiran Kurang Bulan
Penyulit Kehamilan
Frekuensi
Persentase
Tidak Berisiko, Tidak Ada Penyulit
33
34.4
Eklampsia
3
3.1
KPD
19
19.8
Plasenta Previa
3
3.1
Pre Eklampsia Berat
34
35.4
Pre Eklampsia Ringan
4
4.2
Total
96
100.0
Usia
Kelahiran Kurang Bulan
Total
P-Value
Extremely
Preterm
Very
Preterm
Moderate
Preterm
Late
Preterm
Tidak Berisiko, Usia 20-35
Tahun
n
0
6
6
26
38
%
0,0%
15,8%
15,8%
68,4%
100,0%
Berisiko, Usia <20 dan >35
Tahun
n
10
11
7
30
58
0.027
%
17,2%
19,0%
12,1%
51,7%
100,0%
Total
n
10
17
13
56
96
%
10,4%
17,7%
13,5%
58,3%
100,0%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 464
Berdasarkan Tabel 5, diperoleh informasi bahwa antara variabel Usia dan variabel
Kelahiran Kurang Bulan (KKB) memiliki hasil responden ibu hamil dengan kriteria tidak
memiliki risiko, yaitu 20-35 tahun, terdiri atas 38 responden dengan rincian 0 responden
memiliki kriteria Extremely Preteem (0%), 6 responden memiliki kriteria Very Preterm
(15.8%), 6 responden memiliki kriteria Moderate Preterm (15.8%) dan 26 responden memiliki
kriteria Late Preterm (68.4%).
Responden dengan kriteria ibu hamil yang memiliki risiko terhadap Kelahiran Kurang
Bulan (KKB) pada usia <20 dan >35 tahun terdapat 58 responden dengan rincian 10 responden
memiliki kriteria Extremely Preterm (17.2%), 11 responden memiliki kriteria Very Preterm
(19%), 7 responden memiliki kriteria Moderate Preterm (12.1%) dan 30 responden memiliki
kriteria Late Preterm (31.7%).
Pada pengujian ini diperoleh nilai p value sebesar 0.027, nilai tersebut <0.05 sehingga
H0 ditolak sedangkan H1 diterima. Berdasarkan hal tersebut, maka diputuskan bahwa terdapat
hubungan antara variabel Usia dengan Kelahiran Kurang Bulan (KKB).
Tabel 6. Hubungan Paritas dengan Kelahiran Kurang Bulan
.
Pada Tabel 6 didapatkan informasi bahwa antara variabel Paritas dengan Kelahiran Kurang
Bulan (KKB) diperoleh hasil responden dengan kriteria tidak memiliki risiko, yaitu Multipara sebanyak
34 responden dengan rincian 5 responden memiliki kriteria Extremely Preterm (14.7%), 8 responden
pada kriteria Very Preterm (23.5%), 0 responden dengan kriteria Moderate Preterm (0%) dan 21
responden pada kriteria Late Preterm (61.8%).
Responden dengan kriteria memiliki risiko, yaitu Primipara dan Grandemultipara, terdapat
sebanyak 62 responden dengan rincian 5 responden memiliki kriteria Extremely Preterm (8.1%), 9
responden dengan kriteria Very Preterm (14.5%), 13 responden pada kriteria Moderate Preterm (21%)
dan 35 responden memiliki kriteria Late Preterm (56.5%).
Hasil penelitian didapatkan nilai p value sebesar 0.011 atau sama dengan <0.05 yang
menandakan bahwa H0 ditolak sedangkan H1 diterima. Berdasarkan hal ini, diputuskan bahwa terdapat
hubungan antara variabel Paritas dengan Kelahiran Kurang Bulan (KKB).
Tabel 7. Hubungan Penyulit Kehamilan dengan Kelahiran Kurang Bulan
Paritas
Kelahiran Kurang Bulan
Total
P-Value
Extremely
Preterm
Very
Preterm
Moderate
Preterm
Late Preterm
Tidak Berisiko,
Multipara
n
5
8
0
21
34
%
14,7%
23,5%
0,0%
61,8%
100,0%
Berisiko, Primipara
dan Grandemultipara
n
5
9
13
35
62
0.011
%
8,1%
14,5%
21,0%
56,5%
100,0%
Total
n
10
17
13
56
96
%
10,4%
17,7%
13,5%
58,3%
100,0%
Penyulit Kehamilan
Kelahiran Kurang Bulan
Total
P-Value
Extremely
Preterm
Very
Preterm
Moderate
Preterm
Late
Preterm
Tidak Berisiko, Tidak Ada
Penyulit
n
5
9
6
13
33
%
15,2%
27,3%
18,2%
39,4%
100,0%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 465
.
Berdasarkan Tabel 7, diperoleh informasi bahwa antara variabel Penyulit Kehamilan
dan Kelahiran Kurang Bulan (KKB), didapatkan hasil responden pada kriteria Penyulit
Kehamilan tidak memiliki risiko terdiri atas 33 responden dengan rincian 5 responden memiliki
kriteria Extremely Preterm (15.2%), 9 responden pada kriteria Very Preterm (27.3%), 6
responden memiliki kriteria Moderate Preterm (18.2%) dan 13 responden pada kriteria Late
Preterm (39.4%).
Responden kriteria memiliki risiko terdiri dari 63 responden dengan rincian pada
Eklampsia terdapat 0 responden memiliki kriteria Extremely Preterm (0.0%), 0 responden
dengan kriteria Very Preterm (0.0%), 0 responden pada kriteria Moderate Preterm (0.0%) dan
3 responden memiliki kriteria Late Preterm (100.0%). Pada jenis penyulit KPD terdiri atas 0
responden kriteria Extremely Preterm (0.0%), 0 responden pada Very Preterm (0.0%), 0
responden dengan Very Preterm (0.0%) serta 19 responden memiliki kriteria Late Preterm
(100.0%).
Jenis penyulit Plasenta Previa memiliki 0 responden pada Extremely Preterm (0.0%),
0 kriteria Very Preterm (0.0%), 0 responden dengan Moderate Preterm (0.0%) serta 3 (100.0%)
responden pada Late Preterm. Sedangkan untuk penyulit Pre Eklampsia Berat terdiri atas 5
responden kriteria Extremely Preterm (14.7%), 8 responden pada Very Preterm (23.5%), 7
responden dengan Moderate Preterm (20.6%) dan 14 responden kriteria Late Preterm (41.2%).
Penyulit Pre Eklampsia Ringan memiliki 0 responden Extremely Preterm (0.0%), 0 responden
Very Preterm (0.0%), 0 responden dengan Moderate Preterm (0.0%) serta 4 responden pada
Late Preterm (100.0%).
Uji yang dilakukan ini mendapat nilai p value sebesar 0.007 yang menandakan <0.05,
sehingga H0 ditolak sedangkan H1 diterima. Berdasarkan penguraian tersebut, maka dapat
diputuskan terdapat hubungan antara variabel Penyulit Kehamilan dengan Kelahiran Kurang
Bulan (KKB).
Tabel 8. Hasil Pemodelan Multivariat
Variabel
Estimate
Wald
Df
Sig
95%C.I.for
EXP(B)
Lower
Upper
Usia
-3.791
20.326
1
.000
-5.440
-2.143
Paritas
1.592
7.304
1
.007
.437
2.747
Penyulit Kehamilan
4.632
25.600
1
.000
2.838
6.426
Eklampsia
n
0
0
0
3
3
0.007
%
0.0%
0.0%
0.0%
100.0%
100.0%
KPD
n
0
0
0
19
19
%
0.0%
0.0%
0.0%
100.0%
100.0%
Plasenta Previa
n
0
0
0
3
3
%
0.0%
0.0%
0.0%
100.0%
100.0%
Pre Elampsia Berat
n
5
8
7
14
34
%
14.7%
23.5%
20.6%
41.2%
100.0%
Pre Eklampsia Ringan
n
0
0
0
4
4
%
0.0%
0.0%
0.0%
100.0%
100.0%
Total
n
10
17
13
56
96
%
10,4%
17,7%
13,5%
58,3%
100,0%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 466
Tabel 8 menunjukan bahwa ketiga variabel memiliki hubungan dengan Kelahiran
Kurang Bulan (KKB) dan hasil analisis didapatkan estimate terbesar terdapat pada variabel
Penyulit Kehamilan, yaitu 4.632. Selain itu dilakukan analisis untuk menilai seberapa besar
varibialitas Penyulit Kehamilan menggunakan Nagelkerke R-Squa.
Tabel 9. Koefisien Determinasi
Berdasarkan Tabel 9 didapatkan Nagelkerke R-Square sebesar 0,407, dimana
menunjukan kemampuan variabel untuk menjelaskan Kelahiran Kurang Bulan (KKB) sebesar
0.407 (40.7%) dan sisanya (100-40.7 = 69.3%) dijelaskan oleh variabel usia serta paritas.
Tabel 10. Hubungan Antar Variable Independen
Usia Ibu
Hamil
Paritas Ibu
Hamil
Penyulit
Kehamilan
Usia Ibu Hamil
0,236
0.472
Paritas Ibu Hamil
0,236
0,472
Penyulit
Kehamilan
0.472
0.472
Berdasarkan Tabel 10, dari hasil uji korelasi kontingensi antara usia ibu hamil dengan
paritas ibu hamil didapatkan sebesar 0.236, hubungan usia ibu hamil dengan penyulit
kehamilan adalah sebesar 0.472, dan hubungan paritas ibu hamil dengan penyulit kehamilan
sebesar 0.472. Dengan demikian hubungan antar independent yang paling besar adalah usia
ibu hamil dan paritas ibu hamil terhadap penyulit kehamilan masing-masing memiliki
hubungan yang sama yaitu sebesar 0.472 dengan kategori sedang.
Pembahasan
Hubungan Usia Ibu dengan Kelahiran Kurang Bulan
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu Kelahiran Kurang Bulan (KKB)
diantaranya akibat usia ibu saat hamil, dimana usia <20 tahun serta usia >35 tahun menjadi
suatu faktor yang dapat mempengaruhinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan,
didapatkan bahwa usia ibu saat hamil memiliki peranan yang penting. Hal ini serupa seperti
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu oleh Adugna (2022) dan didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Sukma dan Tiwari (2021) dimana usia dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan tentang masalah kesehatan atu perilaku selama kehamilan (Raydian & Rodiani,
2020).
Perubahan fisiologis ibu juga menjadi salah satu faktor yang mendukung hubungan usia
ibu dengan Kelahiran Kurang Bulan (KKB), dimana semakin tua usia ibu maka usia reproduksi
akan mengalami penuaan. Hal ini dapat diakibatkan oleh akumulasi kerusakan dari DNA yang
terdapat pada sel benih, mempengaruhi kualitas dari oosit sehingga akan terdapat penurunan
kualitas oosit. Selain itu, semakin tua usia ibu, plasenta akan menjadi lemah hingga
menyebabkan komplikasi kehamilan.
Model Summary
Nilai
Nagelkerke R-Square
0.407
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 467
Selain itu, seiring bertambahnya usia akan terdapat perubahan pada kadar progesterone
ibu. Progesteron merupakan suatu hormon yang sangat berpengaruh saat kehamilan
berlangsung, dimana hormon ini berfungsi untuk mempertahankan kehamilan. Apabila
kekurangan hormon progesterone, ini dapat menyebabkan Kelahiran Kurang Bulan (KKB)
(Assefa et al., 2018).
Usia ibu saat melahirkan, terutama usia ibu <20 tahun menjadi salah satu faktor
Kelahiran Kurang Bulan (KKB) dan memiliki hubungan dengan fisiologis dari ibu, sama
seperti pembahasan sebelumnya. Pada usia <20 tahun, panggul serta rahim yang dimiliki oleh
ibu belum berkembang secara keseluruhan, serta alat reproduksi ibu belum sepenuhnya matang
sehingga dapat mengalami masalah saat kehamilan maupun ketika lahiran serta merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan yang dialami oleh janin (Zhou et al.,
2022).
Pada ibu dengan usia <20 tahun, seperti yang telah dibahas sebelumnya mengenai alat
reproduksi ibu belum matang, hal ini dapat disebabkan oleh sistem peredarah darah plasenta
ibu yang belum sempurna untuk sampai ke janin sehingga dapat membuat janin mengalami
kekurangan nutrisi dan berdampak pada pertumbuhan serta perkembangan janin yang
mengarah ke Kelahiran Kurang Bulan (KKB) (Zhou et al., 2022).
Hubungan Paritas dengan Kelahiran Kurang Bulan
Selain itu, faktor lain yang menjadi pengaruh terjadinya Kelahiran Kurang Bulan
(KKB) adalah paritas, dimana ibu dengan primipara baru pertama mengalami kelahiran dan
jalan lahir baru dibuka oleh janin serta berhubungan dengan kondisi psikis ibu. Ibu yang belum
memiliki pengalaman akan kehamilan akan sering mengalami khawatir selama kehamilan,
kesiapan yang matang, sehingga hal ini dapat meningkatkan efek stress dan mengarah kepada
Kelahiran Kurang Bulan.
(15)
Ibu dengan diagnosis grandemultipara memiliki risiko terjadinya Kelahiran Kurang
Bulan (KKB) berhubungan dengan fisiologis ibu sendiri. Persalinan yang terus berulang dapat
mengganggu kondisi uterus ibu, dimana akan terjadi suatu jaringan parut pada uterus serta
berakhir menyebabkan terganggunya sirkulasi uteroplasenter. Hal ini dapat mempengaruhi
pertumbuhan plasenta ibu, perkembangan serta pertumbuhan janin akibat terganggunya
sirkulasi darah tersebut hingga janin tidak mendapatkan nutrisi yang cukup (Adugna, 2022).
Ibu yang sering mengalami kelahiran dapat mengalami risiko penyulit kehamilan
seperti Ketuban Pecah Dini (KPD) yang diakibatkan oleh vaskularisasi uterus yang dapat
mengalami suatu gangguan sehingga membuat selaput ketuban menjadi rapuh dan mudah
pecah. Selain itu, ibu yang telah melahirkan beberapa kali dapat mengalami perbedaan dari
peletakan plasenta.
Kelemahan intrinstik uterus yang diakibatkan oleh ibu yang sering melahirkan
mempengaruhi Kelahiran Kurang Bulan. Hal ini diakibatkan oleh suatu trauma yang dialami
oleh serviks ibu, terutama pada persalinan pervaginam. Selain itu, terdapat perbedaan susunan
saraf pada grande multipara, dimana terdapat banyak serabut saraf pada serviks daripada
jaringan ikat yang dapat membuat otot dasar dari uterus meregang sehingga menyebabkan
Kelahiran Kurang Bulan (KKB) (Sukma & Tiwari, 2021).
Selain itu, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan di Prancis
oleh Delnord et al. (2018) dan Koullali et al. (2020), dimana kelahiran pertama atau dikenal
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 468
juga dengan primipara, serta ibu dengan kelahiran lebih dari 4 atau dikenal sebagai
grandemultipara, merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam menyumbang
terjadinya Kelahiran Kurang Bulan.
Hubungan Penyulit Kehamilan dengan Kelahiran Kurang Bulan
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi Kelahiran Kurang Bulan (KKB) adalah
penyulit kehamilan. Penelitian sebelumnya oleh Kvalvik, Liv et al. (2020) memiliki kesamaan
dengan hasil yang telah diperoleh peneliti, dimana penyulit kehamilan berperan dalam
terjadinya Kelahiran Kurang Bulan (KKB), terutama Pre Eklampsia sebagai penyulit yang
menyumbang lebih banyak risiko Koullali et al. (2020).
Preeklampsia yang dialami saat hamil dapat menyebabkan terjadinya disfungsional
plasenta, peradangan sistemik hingga mengarah ke stress oksidatif. Disfungsi plasenta sendiri
terjadi akibat gagalnya arteri spiralis untuk melakukan remodelling dengan tepat sehingga
menyebabkan hipoperfusi plasenta yang didahului oleh resistensi tinggi arteri spiralis
terhadap aliran darah plasenta. Hal ini dapat membuat iskemia plasenta kronis dan membuat
perkembangan janin terhambat akibat berkurangnya lairan darah ke janin saat masa
perkembangan. Preeklampsia dapat diklasifikasikan berdasarkan temuan dan derajat
proteinuria serta tekanan darah menjadi Pre Eklampsia Ringan dan Pre Eklampsia Berat
(Kvalvik et al., 2020).
Faktor penyulit kehamilan lain yang mempengaruhi Kelahiran Kurang Bulan (KKB)
adalah KPD atau Ketuban Pecah Dini. Salah satu faktor KPD yaitu jarak kehamilan yang dekat,
hal ini dapat membuat kegagalan remodelling pembuluh darah endometrium sehingga
menyebabkan penurunan nutrisi dari janin. Selain itu KPD dapat diawali dari inkompetensi
serviks yang menyebabkan dilatasi uterus ibu. Hal ini mengakibatkan bagian selaput janin
dapat melewati kantung ketuban hingga memungkinkan terjadi pecahnya selaput ketuban (Fox
et al., 2019).
Selanjutnya terdapat Plasenta Previa yang sering terjadi pada pertengahan kehamilan
berhubungan dengan pembentukan segmen bawah rahim. Apabila terdapat gangguan dalam
aliran darah segmen bawah Rahim serta pembesaran segmen bawah rahim, plasenta cenderung
dapat mudah lepas dari desidua basalis yang akan menyebabkan perdarahan vagina maupun
kontraksi hingga Kelahiran Kurang Bulan (KKB) (Jansen et al., 2022).
Kesimpulan
Kelahiran Kurang Bulan (KKB) terbanyak di Ruang Perinatologi RSUD Waled termasuk
dalam klasifikasi Late Preterm (34 hingga <37 minggu) dengan 56 responden (58.3%).
Mayoritas usia ibu hamil yang mengalami Kelahiran Kurang Bulan (KKB) adalah <20 tahun
dan >35 tahun sebanyak 58 responden (60.4%). Paritas yang mempengaruhi Kelahiran Kurang
Bulan (KKB) terbanyak adalah Primipara dan Grandemultipara dengan 62 responden
(64.4%). Penyulit kehamilan mempengaruhi terjadinya Kelahiran Kurang Bulan (KKB)
sebanyak 63 responden (65.6%) dengan jenis penyulit Eklampsia, Pre Eklampsia Ringan, Pre
Eklampsia Berat, Ketuban Pecah Dini (KPD) serta Plasenta Previa. Faktor utama yang
mempengaruhi Kelahiran Kurang Bulan (KKB) adalah penyulit kehamilan dengan nilai
Nagelkerke R-Square 0.407 (40.7%) dan sisanya 69.3% dipengaruhi oleh usia serta paritas
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 469
Daftar Pustaka
Adugna, D. G. (2022). Prevalence and associated risk factors of preterm birth among neonates
in referral hospitals of Amhara Region, Ethiopia. PLOS ONE, 17(10), e0276793.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0276793
Assefa, N. E., Berhe, H., Girma, F., Berhe, K., Berhe, Y. Z., Gebreheat, G., Werid, W. M.,
Berhe, A., Rufae, H. B., & Welu, G. (2018). Risk factors of premature rupture of
membranes in public hospitals at Mekele city, Tigray, a case control study. BMC
Pregnancy and Childbirth, 18(1), 386. https://doi.org/10.1186/s12884-018-2016-6
Delnord, M., Mortensen, L., Hindori-Mohangoo, A. D., Blondel, B., Gissler, M., Kramer, M.
R., Richards, J. L., Deb-Rinker, P., Rouleau, J., Morisaki, N., Nassar, N., Bolumar, F.,
Berrut, S., Nybo Andersen, A.-M., Kramer, M. S., Zeitlin, J., Haidinger, G., Alexander,
S., Pavlou, P., Hindori-Mohangoo, A. (2018). International variations in the gestational
age distribution of births: an ecological study in 34 high-income countries. European
Journal of Public Health, 28(2), 303309. https://doi.org/10.1093/eurpub/ckx131
Endah, N., & Susanti, S. (2018). Gambaran Faktor Resiko Partus Preterm di RS SMC
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016. Jurnal Kesehatan BIDKESMAS Respati, 1(9), 110.
https://doi.org/10.48186/bidkes.v1i9.79
Fox, R., Kitt, J., Leeson, P., Aye, C. Y. L., & Lewandowski, A. J. (2019). Preeclampsia: Risk
Factors, Diagnosis, Management, and the Cardiovascular Impact on the Offspring. Journal
of Clinical Medicine, 8(10), 1625. https://doi.org/10.3390/jcm8101625
Jansen, C. H. J. R., van Dijk, C. E., Kleinrouweler, C. E., Holzscherer, J. J., Smits, A. C.,
Limpens, J. C. E. J. M., Kazemier, B. M., van Leeuwen, E., & Pajkrt, E. (2022). Risk of
preterm birth for placenta previa or low-lying placenta and possible preventive
interventions: A systematic review and meta-analysis. Frontiers in Endocrinology, 13.
https://doi.org/10.3389/fendo.2022.921220
Koullali, B., van Zijl, M. D., Kazemier, B. M., Oudijk, M. A., Mol, B. W. J., Pajkrt, E., &
Ravelli, A. C. J. (2020). The association between parity and spontaneous preterm birth: a
population based study. BMC Pregnancy and Childbirth, 20(1), 233.
https://doi.org/10.1186/s12884-020-02940-w
Kvalvik, L. G., Wilcox, A. J., Skjærven, R., Østbye, T., & Harmon, Q. E. (2020). Term
complications and subsequent risk of preterm birth: registry based study. BMJ, m1007.
https://doi.org/10.1136/bmj.m1007
Mustika, E., & Minata, F. (2021). Analisis Hubungan Faktor Maternal dan Penyakit Kronik
pada Persalinan Prematur. Jurnal Kesehatan Dan Pembangunan, 11(21), 1927.
https://doi.org/10.52047/jkp.v11i21.94
Mwansa, K., Ahmed, Y., & Vwalika, B. (2020). Prevalence and Factors Associated with
Spontaneous Preterm Birth at the University Teaching Hospital, Lusaka Zambia. Medical
Journal of Zambia, 47(1), 4856.
Novita, N., & Sutarno, M. (2022). Study Literature : Pengaruh Hipertensi Kehamilan terhadap
Kelahiran Prematur. Jurnal Antara Kebidanan, 5(1), 6370.
https://doi.org/10.37063/ak.v5i1.662
Rahmawati, I., Mutiara, V. siska, Absari, N., & Andini, P. (2021). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan dengan Persalinan Prematur. PROFESSIONAL HEALTH JOURNAL, 2(2),
112121. https://doi.org/10.54832/phj.v2i2.143
Raydian, A. U., & Rodiani, R. (2020). Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
DI RSUD Abdul Moeloek Periode Maret-Agustus 2017. MEDULA, Medicalprofession
Journal of Lampung University, 9(4), 658661.
Saifullah, Y. Y., Fujiko, M., Pramono, S. D., Lestari, I., & Hamsah, M. (2022). Literature
Review: Hubungan Diabetes Mellitus Gestasional Dengan Kelahiran Prematur. Fakumi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 470
Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran, 2(2), 122137.
https://doi.org/10.33096/fmj.v2i2.50
Samuel, T. M., Sakwinska, O., Makinen, K., Burdge, G. C., Godfrey, K. M., & Silva-Zolezzi,
I. (2019a). Preterm Birth: A Narrative Review of the Current Evidence on Nutritional and
Bioactive Solutions for Risk Reduction. Nutrients, 11(8), 1811.
https://doi.org/10.3390/nu11081811
Samuel, T. M., Sakwinska, O., Makinen, K., Burdge, G. C., Godfrey, K. M., & Silva-Zolezzi,
I. (2019b). Preterm Birth: A Narrative Review of the Current Evidence on Nutritional and
Bioactive Solutions for Risk Reduction. Nutrients, 11(8), 1811.
https://doi.org/10.3390/nu11081811
Schmidt, P., Skelly, C. L., & Raines, D. A. (2022). Placental abruption. In StatPearls [Internet].
StatPearls Publishing.
Sukma, H. A. D., & Tiwari, S. (2021). Risk Factors for Premature Birth in Indonesia. Jurnal
Biometrika Dan Kependudukan, 10(1), 61. https://doi.org/10.20473/jbk.v10i1.2021.61-67
Sumantrie, P., & Limbong, M. (2020). Peminjaman Inkubator Gratis Bagi Bayi Prematur.
Jurnal Surya Masyarakat, 3(1), 48. https://doi.org/10.26714/jsm.3.1.2020.48-54
Zhou, C., Zhao, Y., & Li, Y. (2022). Clinical Analysis of Factors Influencing the Development
of Placenta Praevia and Perinatal Outcomes in First-Time Pregnant Patients. Frontiers in
Surgery, 9. https://doi.org/10.3389/fsurg.2022.862655