JUSINDO, Vol. 7 No. 1, December 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 370
Gambaran Komplikasi Hipertensi di RSUD Cengkareng
Tahun 2021-2022
Najwa Destiara Kusuma1*, ⁠David Dwi Ariwibowo2
Universitas Tarumanagara, Indonesia
Email: [email protected]r.ac.id
ABSTRAK
Kata Kunci:
Hipertensi; Komplikasi;
Tekanan Darah
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah kesehatan
utama global. Hipertensi, dengan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
dan/atau diastolik ≥90 mmHg, adalah pemicu kematian signifikan.
Di Indonesia, prevalensinya mencapai 34,1% pada 2018, naik dari
25,8% pada 2013. Tanpa gejala jelas, hipertensi sering disebut
"pembunuh diam-diam" dan meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular seperti gagal jantung, stroke, gagal ginjal, dan
gangguan penglihata. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi
karakteristik pasien hipertensi serta komplikasi yang terjadi di
RSUD Cengkareng pada tahun 20212022. Penelitian menggunakan
metode kuantitatif deskriptif dengan desain cross-sectional pada 252
sampel pasien hipertensi di RSUD Cengkareng. Analisis data
dilakukan secara univariat menggunakan SPSS. Hasil penelitian
menunjukkan mayoritas pasien berusia 56-65 tahun, jenis kelamin
laki-laki, tidak obesitas, dan tanpa riwayat keluarga hipertensi.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah gagal ginjal (33,1%)
dan gagal jantung (22,9%). Sebagian pasien mengalami lebih dari
satu komplikasi. Mayoritas pasien hipertensi di RSUD Cengkareng
mengalami komplikasi gagal ginjal dan gagal jantung. Untuk
meminimalkan komplikasi, diperlukan pemantauan tekanan darah
yang rutin serta edukasi masyarakat tentang pengelolaan hipertensi.
Penelitian prospektif dengan pendekatan yang lebih mendetail
disarankan untuk memperkaya data tentang faktor risiko dan
komplikasi hipertensi.
ABSTRACT
Heart and vascular disease is a major global health problem.
Hypertension, with systolic blood pressure ≥140 mmHg and/or
diastolic blood pressure ≥90 mmHg, is a significant cause of death.
In Indonesia, its prevalence reached 34.1% in 2018, up from 25.8%
in 2013. Without obvious symptoms, hypertension is often called the
“silent killer” and increases the risk of cardiovascular diseases such
as heart failure, stroke, kidney failure, and visual impairment. This
study aims to identify the characteristics of hypertensive patients and
the complications that occur at Cengkareng Regional Hospital in
2021-2022. The study used a descriptive quantitative method with a
cross-sectional design on 252 samples of hypertensive patients at
Cengkareng Hospital. Data analysis was performed univariately
using SPSS. The results showed that the majority of patients were
aged 56-65 years, male gender, not obese, and without a family
history of hypertension. The most common complications were renal
failure (33.1%) and heart failure (22.9%). Some patients
experienced more than one complication. The majority of
hypertensive patients at Cengkareng Hospital experienced
complications of renal failure and heart failure. To minimize
complications, routine blood pressure monitoring and public
Keywords:
Hypertension;
Complications; Blood
Pressure
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 371
education on hypertension management are needed. Prospective
studies with a more detailed approach are recommended to enrich
data on risk factors and complications of hypertension..
Coresponden Author: Najwa Destiara Kusuma
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Masalah kesehatan paling utama di seluruh dunia diantaranya adalah penyakit
jantung dan pembuluh darah. Hipertensi menjadi pemicu kematian paling signifikan di
seluruh dunia. Satu diantara penyakit yang terbanyak dan sangat umum dialami penduduk
Indonesia adalah hipertensi (Kemenkes, 2019). Hipertensi merupakan kondisi ketika
tekanan darah sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg
setelah beberapa kali pengukuran (AHA, 2020). Di seluruh dunia, sebanyak 1,28 miliar
orang dewasa mengalami hipertensi, dengan dua pertiga diantaranya tinggal di negara
dengan penghasilan menengah ke bawah dengan usia antara 30-79 tahun (WHO, 2023).
Sebanyak 46% dari orang dewasa yang mengalami hipertensi tidak mengetahui
kondisi kesehatannya, dan hanya 21% dari orang dewasa yang mengalami hipertensi yang
dapat mengendalikan tekanan darahnya (WHO, 2023). Menurut Riskesdas Kemenkes
Republik Indonesia tahun 2018, terjadi peningkatan jumlah hipertensi di Indonesia
sebesar 34,1%, dari tahun 2013 dengan angka prevalensi hipertensi sebanyak 25,8%.
Hanya satu pertiga diantara penderita hipertensi di Indonesia yang dapat terdiagnosis,
selainnya tidak terdeteksi (Kemenkes, 2021; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2018).
Risiko penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung, stroke iskemik dan
hemoragik, infark miokard, gagal ginjal dan gangguan penglihatan serta berbagai
penyakit kardiovaskular lainnya telah terbukti terkait dengan tekanan darah tinggi yang
tidak dikelola dengan baik. Meskipun hipertensi dapat mengakibatkan banyak
komplikasi, seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas, sehingga disebut juga
sebagai the silent killer (Adam, 2022; Kemenkes, 2021; Loscalzo, 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komplikasi yang dialami oleh pasien
hipertensi di RSUD Cengkareng pada tahun 2021-2022. Secara khusus, penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pasien hipertensi yang dirawat di RSUD
Cengkareng selama periode tersebut serta mendeskripsikan jenis dan karakteristik
komplikasi yang terjadi pada pasien-pasien tersebut. Dengan demikian, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi pasien
hipertensi dan komplikasi yang menyertainya untuk mendukung upaya peningkatan
pelayanan kesehatan.
Penelitian ini memiliki kebaruan dalam memberikan gambaran terkini tentang
komplikasi hipertensi berdasarkan data pasien RSUD Cengkareng selama tahun 2021
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 372
2022. Studi ini tidak hanya mengidentifikasi karakteristik pasien hipertensi, tetapi juga
menggambarkan distribusi komplikasi berdasarkan rekam medis secara rinci, termasuk
prevalensi pasien yang mengalami lebih dari satu komplikasi. Penelitian sebelumnya
jarang membahas secara spesifik tentang distribusi komplikasi seperti gagal ginjal, gagal
jantung, dan infark miokard pada populasi lokal dengan metode deskriptif kuantitatif.
Dengan demikian, penelitian ini memberikan wawasan yang lebih mendalam untuk
mendukung upaya pencegahan dan pengelolaan komplikasi hipertensi di fasilitas
kesehatan Indonesia.
Penelitian ini diharapkan memberikan berbagai manfaat bagi berbagai pihak. Bagi
peneliti, penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman dan pengalaman dalam
melakukan penelitian terkait gambaran komplikasi pada pasien hipertensi di RSUD
Cengkareng, sehingga memperkaya pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
penelitian medis. Bagi institusi, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan
bahan masukan yang berguna dalam upaya pencegahan, tata laksana, dan pengambilan
kebijakan kesehatan terkait hipertensi. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan
untuk mempromosikan kesadaran masyarakat tentang bahaya hipertensi beserta
komplikasinya. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman dan wawasan tentang komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi,
sehingga mendorong masyarakat untuk lebih waspada dan melakukan tindakan
pencegahan sejak dini.
Dengan adanya permasalahan ini, peneliti ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui lebih lanjut tentang komplikasi yang terjadi pada pasien hipertensi di RSUD
Cengkareng tahun 2021-2022.
Metode Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif menggunakan desain cross-
sectional yang menghasilkan data kategorik dan numerik. Hasil penelitian akan
dijelaskan secara deskriptif menggunakan data yang diperoleh.
Tempat dan Waktu Penelitian
Studi ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng, Jakarta
Barat. Persiapan untuk penelitian dilakukan pada bulan Januari 2024, kemudian proses
penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2024 dan penyusunan laporan
dilakukan bulan April-Juni 2024.
.
Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini menargetkan semua pasien hipertensi yang mengalami komplikasi di
RSUD Cengkareng. Penelitian ini melibatkan pasien hipertensi yang mengalami
komplikasi di RSUD Cengkareng pada tahun 2021-2022.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 373
Sampel penelitian yang digunakan ialah Pasien hipertensi di RSUD Cengkareng
tahun 2021-2022 yang mengalami komplikasi. Sampel diambil dengan menggunakan
teknik non-random sampling, jumlah sampel yang diperlukan adalah 252 orang.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
1. Pasien hipertensi yang memiliki komplikasi di RSUD Cengkareng pada tahun
2021-2022.
2. Data rekam medis lengkap (nama, nomor rekam medis, usia pasien, jenis kelamin,
berat badan, tinggi badan, tekanan darah, riwayat keluarga, dan komplikasi).
Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang menderita hipertensi di RSUD Cengkareng tanpa komplikasi.
2. Rekam medis yang tidak lengkap dan tidak terbaca.
Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu rekam medis dari pasien hipertensi
di RSUD Cengkareng tahun 2021-2022. Peneliti mengajukan izin penelitian kepada
Institusi Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, setelah itu peneliti
mengajukan izin penelitian ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Setelah izin
diperoleh, permohonan tersebut akan diajukan ke RSUD Cengkareng. Dengan izin yang
diberikan, peneliti kemudian akan menjalankan penelitian dengan menggunakan rekam
medis untuk meneliti kejadian komplikasi pada pasien hipertensi.
Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana data yang sudah diperoleh akan dianalisis
secara univariat untuk menunjukkan distribusi frekuensi dan presentase dari variabel
sudah diteliti dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau gambar dan narasi. Data
yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan Software Statistical Product
and Service Solution (SPSS) Versi 27.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Cengkareng, Jakarta Barat pada bulan Februari-
Maret 2024. Dilakukan pengambilan data sekunder yaitu rekam medis. Didapatkan
sebanyak 252 sampel hipertensi dan komplikasinya memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.
1. Karakteristik Sampel Penelitian
Didapatkan 252 sampel pasien hipertensi dengan komplikasi di RSUD Cengkareng
pada tahun 2021-2022. Karakteristik yang diperoleh dari sampel rekam medis yaitu jenis
kelamin, usia, status gizi, status merokok, status diabetes melitus, riwayat keluarga.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 374
Tabel 1. Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik
N
(%)
Jenis Kelamin
Laki-laki
135
53,6%
Perempuan
117
46,4%
Usia (tahun)
18-25
1
0,4%
26-35
8
3,2%
36-45
21
8,3%
46-55
75
29,8%
56-65
95
37,7%
>65
52
20,6%
Status Gizi
Obesitas
100
39,7%
Tidak Obesitas
152
60,3%
Merokok
Ya
2
0,8%
Tidak
250
99,2%
Diabetes Melitus
Ya
98
38,9%
Tidak
154
61,1%
Riwayat Keluarga
Ya
8
3,2%
Tidak
244
96,8%
Berdasarkan tabel 1, karakteristik sampel hipertensi paling banyak yaitu jenis
kelamin Laki-laki 135 orang (53,5%), berdasarkan usia paling banyak 56-65 tahun yaitu
95 orang (37,7%) dan kelompok usia paling sedikit, yaitu 18-25 tahun. Sampel hipertensi
paling banyak berdasarkan status gizi, yaitu tidak obesitas sebanyak 152 sampel (60,3%),
dan status merokok yaitu tidak merokok sebanyak 250 orang (99,3%). Berdasarkan status
diabetes melitus yaitu tidak terkena diabetes melitus 154 orang (61,1%) dan riwayat
keluarga, mayoritas tidak ada riwayat keluarga yang terkena hipertensi sebanyak 244
orang (96,8%).
2. Gambaran Komplikasi pada Pasien Hipertensi di RSUD Cengkareng Tahun
2021-2022
Hasil penelitian, dari 252 sampel rekam medis didapatkan komplikasi hipertensi
sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Komplikasi Hipertensi
Komplikasi Hipertensi
Kejadian Hipertensi
%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 375
Stroke
22,3%
Ensefalopati
0%
Gagal Ginjal
33,1%
Infark Miokard
19,3%
Gagal Jantung
22,9%
Gangguan Penglihatan
2,4%
PAD
0%
Total
100%
Berdasarkan tabel 2, menunjukan frekuensi dari 7 komplikasi hipertensi yaitu
stroke, ensefalopati, gagal ginjal, infark miokard, gagal jantung, gangguan penglihatan,
dan Peripheral Arterial Disease (PAD). Terdapat 332 kejadian komplikasi dari sampel
sebanyak 252 orang. Dari data tersebut, didapatkan pasien hipertensi yang mengalami
komplikasi paling banyak yaitu sebanyak 110 orang (33,1%) gagal ginjal, 76 orang
mengalami gagal jantung (22,9%), 74 orang mengalami stroke (22,3%), infark miokard
64 orang (19,3%), gangguan penglihatan 8 orang (2,4%).
Tabel 3. Frekuensi dan Persentase Pasien Hipertensi Berdasarkan Jumlah
Komplikasi
Banyaknya Komplikasi
n
%
Satu
182
72,2%
Dua
60
23,8%
Tiga
10
4%
Total
252
100%
Berdasarkan tabel 3, didapatkan frekuensi dan presentase pasien hipertensi di
RSUD Cengkareng paling banyak mengalami satu komplikasi penyakit sebanyak 182
sampel (72,2%), 60 sampel (23,8%) mengalami 2 komplikasi penyakit, 10 sampel (4%)
mengalami 3 komplikasi penyakit.
Pembahasan
Gambaran Komplikasi Pada Penderita Hipertensi di RSUD Cengkareng Tahun
2021-2022
Hasil penelitian menggunakan rekam medis, didapatkan lima komplikasi yang
dialami pasien hipertensi. Komplikasi dengan jumlah terbesar ke jumlah terkecil yaitu
stroke, diikuti gagal ginjal, infark miokard, gagal jantung dan terakhir yaitu gangguan
penglihatan.
1. Hipertensi dengan Komplikasi Stroke
Stroke merupakan penyakit pembuluh darah otak, menurut WHO definisi stroke
adalah tanda-tanda klinis yang ditemukan berkembang dengan cepat, yang berupa defisit
neurologis fokal dan global, berlangsung lama lebih dari 24 jam atau mengakibatkan
kematian, dengan tanpa penyebab yang jelas selain gangguan vaskular (Coupland dkk.,
2017).
Dari hasil penelitian, didapatkan jumlah pasien hipertensi yang mengalami
komplikasi stroke sebanyak 74 pasien (29,4%). Hasil penelitian Wikananda dkk. (2019)
menunjukkan bahwa 12 sampel terdiri dari pasien hipertensi yang mengalami stroke
(63,1%) dan 7 sampel terdiri dari pasien hipertensi tidak mengalami stroke (36,9%).
Selanjutnya berdasarkan data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)
tahun 2019, stroke menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia, menyumbang
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 376
19,42% dari total kematian. Dilihat dari Riskesdas, prevalensi stroke meningkat dari 56%
dari 7 orang per 1000 orang pada tahun 2013 menjadi 10,9 orang per 1000 orang pada
tahun 2018 (Kemenkes, 2023).
Hipertensi adalah penyebab utama stroke, baik ischemic maupun hemorrhagic,
karena meningkatkan tekanan darah perifer dan mengganggu sistem hemodinamik,
menyebabkan penebalan pembuluh darah dan hipertrofi otot jantung. Faktor risiko
hipertensi lainnya termasuk kebiasaan merokok, konsumsi makanan tinggi lemak dan
garam, yang dapat menyebabkan aterosklerosis, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan stroke (Puspitasari, 2020). Ini sesuai dengan temuan penelitian Dinata dkk.
(2013), yang menemukan bahwa faktor risiko tertinggi untuk pasien stroke secara
keseluruhan adalah hipertensi (82,30%), dengan kadar gula darah meningkat pada pasien
stroke ischemic (47,89 %), dan hipertensi adalah faktor risiko utama pada pasien stroke
hemorrhagic (100%).
Gumpalan darah menghambat aliran darah ke pembuluh darah, menghambat
pasokan oksigen dan nutrisi ke jaringan otak, menyebabkan stroke. Salah satu gejalanya
adalah kelemahan tiba-tiba pada wajah, lengan atau kaki, biasanya terjadi pada satu sisi
tubuh. Gejala lainnya seperti kesulitan berbicara, mengalami kebingungan, sulit berjalan,
kesulitan melihat menggunakan satu atau kedua mata sekaligus, kehilangan
keseimbangan, pusing, dan sakit kepala yang parah tanpa diketahui penyebabnya hingga
tidak sadarkan diri. Stroke yang tidak ditangani dengan benar bahkan dapat menyebabkan
kematian (WHO, 2016).
2. Hipertensi dengan Komplikasi Gagal Ginjal
Ginjal mengeluarkan sisa metabolisme dan menghasilkan hormon yang
memengaruhi organ lain seperti mengontrol tekanan darah dan mengatur keseimbangan
air dan elektrolit(Kadir, 2018). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 110 pasien
dengan hipertensi mengalami komplikasi gagal ginjal (43,7%). Jumlah kasus gagal ginjal
kronik di Indonesia masih cukup tinggi, dengan 713.783 kasus gagal ginjal kronik
menurut Riskesdas (2018) dan 22.672 kasus hipertensi sebagai penyerta pasien gagal
ginjal kronik tahap 5 (IRR, 2018).
Hasil penelitian Cahyo dkk. (2021) menunjukkan bahwa 71,4% pasien hipertensi
dengan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK), sedangkan 28,6% tidak memiliki hipertensi
dan memiliki diagnosis GGK. Jika seseorang memiliki tekanan darah tinggi sejak lama,
masalah terutama yang berkaitan dengan ginjal akan semakin parah. Hasil penelitian
Cahyo dkk. (2021) menunjukkan bahwa hipertensi dengan gagal ginjal berkorelasi satu
sama lain; Ketika ginjal rusak, tekanan di kapiler glomerulus meningkat, dan sebaliknya,
tekanan darah terus menerus dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
Hasil penelitian Gultom dan Sudaryo (2023) menemukan hubungan antara
hipertensi dan kasus gagal ginjal kronik setelah mengontrol faktor anemia, asam urat dan
obesitas. Selain itu, ditemukan OR 5.52, yang berarti bahwa pasien dengan hipertensi
memiliki risiko 5,52 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien tanpa hipertensi.
Jika hipertensi dibiarkan tanpa pengobatan, dapat menyebabkan kerusakan ginjal
dan menyebabkan hipertensi yang lebih parah, sehingga menimbulkan komplikasi yang
lain. Selain itu, penyakit ginjal yang tidak diobati juga dapat menyebabkan hipertensi
menjadi menetap, yang memperparah kerusakan ginjal. Ini menunjukkan hubungan
antara hipertensi dan kerusakan ginjal (Kadir, 2018).
3. Hipertensi dengan Komplikasi Infark Miokard
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 377
Salah satu penyakit jantung koroner yang berbahaya dan ditandai dengan kematian
jantung yang mendadak adalah infark miokard. Jumlah infark miokard yang terjadi di
seluruh dunia pada usia dibawah 60 tahun adalah 3,8%. Nekrosis miokardium yang
disebabkan oleh pasokan darah yang tidak memadai karena sumbatan arteri koroner
dikenal sebagai infark miokard akut (Salari dkk., 2023; Thygesen dkk., 2019).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64 pasien hipertensi (25,4%) mengalami
komplikasi infark miokard. Penelitian yang dilakukan Pricillia dkk. (2021) menunjukkan
64 subjek yang mengalami hipertensi, 17 sampel (56,7%) mengalami infark miokard
akut, lebih tinggi dari 13 sampel (43,3%) yang tidak mengalami hipertensi. Hasil yang
sama juga terlihat pada penelitian Riyanto and Ariwibowo (2020) 116 subjek yang
mengalami hipertensi, 77 sampel (66,4%) mengalami infark miokard dan 39 sampel
(33,6%) tidak mengalami infark miokard, menunjukkan bahwa pasien yang memiliki
hipertensi mempunyai hubungan yang kuat denga kejadian infark miokard.
Penelitian Kirthi dkk. (2019) menemukan bahwa hampir 86,3% sampel hipertensi
mengalami kejadian kardiovaskular mayor (KKM) infark miokard akut. Selain itu,
ditemukan bahwa pasien yang mengalami infark miokard akut memiliki hipertensi lima
kali lebih tinggi daripada individu yang tidak memiliki hipertensi.
Studi yang dilakukan Sattari (2022) menemukan bahwa distribusi infark miokard
akut pada pasien hipertensi 51 sampel (60%) lebih banyak daripada yang tidak hipertensi
yaitu 34 sampel (40%). Selain itu, sampel infark miokard akut dibagi menjadi ST-segment
Elevation Myocardial Infarction (STEMI) sebanyak 44 sampel (51,8%) dan Non-ST
segment Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) sebanyak 41 sampel (48,2%).
Pasien infark miokard akut yang hipertensi atau memiliki riwayat keluarga hipertensi dua
kali lebih berisiko terhadap KKM daripada pasien yang tidak hipertensi, menurut Sattari.
Sebagian besar infark miokard akut disebabkan oleh thrombosis arteri koroner
yang mengurangi pasokan oksigen miokard. Dinding pembuluh darah arteri koroner
dapat terluka karena hipertensi, yang dapat menyebabkan insufisiensi koroner, angina
pectoris dan infark miokard, serta memburuknya kondisi pembuluh darah karena
penurunan atau peningkatan tekanan darah (Kirthi dkk., 2019).
4. Hipertensi Dengan Komplikasi Gagal Jantung
Salah satu kondisi yang dikenal sebagai Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal
jantung adalah ketidaksesuaian dalam fungsi dan struktur jantung serta kegagalan jantung
untuk mendistribusikan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan untuk metabolisme
meskipun tekanan pengisian dan peningkatan yang sesuai. Penyakit gagal jantung
mengganggu pompa jantung sehingga darah tidak dapat melalui jantung (Priandani dkk.,
2023).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 76 pasien atau 30,2% dari total pasien
dengan hipertensi mengalami komplikasi gagal jatung. Pada tahun 2018, Riskesdas
melaporkan bahwa Indonesia adalah negara ketiga dengan tingkat kematian akibat
penyakit kardiovaskular tertinggi, detelah Laos dan Filipina. Setiap tahun, jumlah orang
yang menderita penyakit gagal jantung meningkat sebesar 0,13% dibandingkan tahun
2013 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Hasil penelitian Kirthi dkk. (2019) menunjukkan bahwa kejadian kardiovaskular
mayor pada penderita hipertensi paling tinggi yaitu gagal jantung (37,8%). Studi
Priandani dkk. (2023) menunjukkan 40 sampel hipertensi (66,7%) mengalami gagal
jantung kongestif (CHF) dan 20 (33,3%) sampel yang tidak mengalami hipertensi terkena
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 378
CHF. Salah satu indikator penting yang menunjukkan gagal jantung adalah tekanan
darah. Pasien dengan tekanan darah tinggi mengalami beban jantung yang lebih besar,
sedangkan pasien dengan tekanan darah rendah menunjukkan kegagalan kerja jantung.
Hipertrofi ventrikel kiri adalah langkah pertama menuju transisi dari hipertensi ke
gagal jantung. Jika hipertrofi sudah di atas batas fisiologis untuk meningkatkan kontraksi
jantung, kontraksi jantung akan melemah, seiring dengan peningkatan kebutuhan oksigen
otot jantung karena massa otot jantung meningkat. Gagal jantung terjadi karena
peningkatan kerja jantung, meskipun respon kompesatorik sirkulasi pada awalnya
membantu mempertahankan curah jantung (Triswanti dkk., 2016).
5. Hipertensi dengan Komplikasi Gangguan Penglihatan
Hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik dapat berdampak pada bagian tubuh lainnya,
salah satunya mata. Koroidopati, neuropati optik dan retinopati adalah contoh kerusakan
organ target mata akibat hipertensi (Modi & Arsiwalla, 2023). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa 8 pasien hipertensi (3,2%) mengalami retinopati, komplikasi
gangguan penglihatan.
Sebuah penelitian yang dilakukan Murti (2022) menemukan bahwa 45 sampel
(97,8%) yang menderita hipertensi selama lebih dari 5 tahun mengalami retinopati
hipertensi, yang dikaitkan dengan durasi hipertensi. Hasil penelitian Erden dan Bicakci
(2012) sejalan dengan hal tersebut, yang menunjukkan presentase 66,3%, durasi
hipertensi mengarah pada peningkatan kejadian retinopati hipertensi.
Penyakit di pembuluh darah retina, termasuk oklusi arteri vena atau cabang, oklusi
arteri retina sentral dan cabang, dan makroaneurisma arteri retina, dapat disebabkan oleh
hipertensi. Retinopati hipertensi mencakup dua proses penyakit. Efek akut dari hipertensi
sistemik, yang disebabkan oleh vasospasme yang mengatur autoregulasi perfusi, disebut
sebagai retinopati hipertensi. Efek kronis dari hipertensi adalah akibat dari aterosklerosis,
yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan karena oklusi pembuluh darah atau
makroaneurisma (American Academy of Ophthalmology, 2024).
Pembuluh darah retina berbeda dari pembuluh darah lain karena tidak memiliki
persarafan simpatis, otot mengatur aliran darah sendiri, dan sawar darah retina.
Akibatnya, peningkatan tekanan darah dapat mempengaruhi pembuluh darah retina yang
sudah menyempit pada awalnya. Selain itu, tekanan darah yang lebih tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada endotelium dan lapisan otot (Devi dkk., 2023).
Keterbatasan Penelitian
1. Variabel yang diteliti pada penelitian terbatas pada jenis kelamin, usia, obesitas, DM,
merokok, riwayat keluarga. Ada faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi seperti faktor dari Sedentary lifestyle, stres, diet tinggi natrium,
serta minuman beralkohol, sehingga pembahasan dari hasil penelitian ini belum
mendetail dan mencakup faktor-faktor lainnya.
2. Dari hasil penelitian ini tidak ditemukan data komplikasi ensefalopati dan
Pheripheral Arterial Disease (PAD) pada rekam medis RSUD Cengkareng tahun
2021-2022.
3. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu rekam medis dan tidak dilakukan
wawancara secara langsung kepada pasien hipertensi sehingga bisa memungkinkan
adanya kesalahan dalam proses pencatatan data atau pengumpulan informasi.
Kesimpulan
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 379
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang komplikasi hipertensi di RSUD
Cengkareng menggunakan rekam medis tahun 2021-2022 didapatkan kesimpulan,
sebagai berikut: Dari 252 sampel penelitian didapatkan karakteristik pasien hipertensi
mayoritas berusia 56-65 tahun, jenis kelamin laki-laki, status gizi tidak obesitas, tidak
merokok, tidak menderita diabetes melitus, dan tidak mempunyai riwayat keluarga yang
terkena hipertensi. Didapatkan 5 komplikasi yang terjadi pada pasien hipertensi yaitu
stroke, gagal ginjal, infark miokard, gagal jantung, dan gangguan penglihatan berupa
retinopati. Mayoritas pasien hipertensi di RSUD Cengkareng tahun 2021-2022
mengalami komplikasi gagal ginjal dan gagal jantung. Pada penelitian ini didapatkan juga
pasien hipertensi mengalami 2-3 komplikasi.
Dari hasil penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut:Penelitian ini
bersifat retrospektif yaitu dengan melihat rekam medis pasien, sehingga data yang
didapatkan belum menyeluruh seperti tidak didapatkan adanya komplikasi ensefalopati
dan Pheripheral Arterial Disease (PAD). Selain itu, peneliti tidak dapat berinteraksi
langsung atau melihat kondisi pasien, sehingga faktor risiko dari gaya hidup, kebiasaan,
dan durasi komplikasi tersebut tidak diketahui. Oleh karena itu, penulis menyarankan
agar peneliti yang selanjutnya melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
prospektif untuk mendapatkan data yang lebih detail.
Daftar Pustaka
Adam, A. A. (2022, Agustus 10). Hipertensi: Musuh dalam selimut. Kementerian
Kesehatan: Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1292/hipertensi-musuh-dalam-selimut
AHA. (2020). Hypertensio. AHA: American Hearth Asociation.
https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026
American Academy of Ophthalmology. (2024). Hypertensive Retinopathy. AAO:
American Academy of Ophthalmology.
Cahyo, V. D., Nursanto, D., Risanti, E. D., & Dewi, L. (2021). Hubungan Hipertensi Dan
Usia Terhadap Kejadian Kasus Gagal Ginjal Kronis Di Rsud Dr. Harjono S.
Ponorogo. Proceeding Book National Symposium and Workshop Continuing
Medical Education XIV.
Coupland, A. P., Thapar, A., Qureshi, M. I., Jenkins, H., & Davies, A. H. (2017). The
definition of stroke. Journal of the Royal Society of Medicine, 110(1), 912.
https://doi.org/10.1177/0141076816680121
Devi, M., Sangging, P. R. A., & Himayani, R. (2023). Diagnosis and Management of
Hypertensive Retinopathy. Medula - Special Edition (Special Sense) , 13(4.1), 174
181. https://doi.org/https://doi.org/10.53089/medula.v13i4.1.697
Dinata, C. A., Safrita, Y. S., & Sastri, S. (2013). Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke
pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan
Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2), 57.
https://doi.org/10.25077/jka.v2i2.119
Erden, S., & Bicakci, E. (2012). Hypertensive Retinopathy: Incidence, Risk Factors, and
Comorbidities. Clinical and Experimental Hypertension, 34(6), 397401.
https://doi.org/10.3109/10641963.2012.663028
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 380
Gultom, M. D., & Sudaryo, M. K. (2023). Hubungan Hipertensi dengan Kejadian Gagal
Ginjal Kronik di RSUD DR. Djasamen Saragih Kota Pematang Siantar Tahun 2020.
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 8(1), 4047.
https://doi.org/10.14710/jekk.v8i1.11722
IRR. (2018). 11th Report of Indonesian Renal Registry . Indonesian Renal Registry.
https://www.indonesianrenalregistry.org/data/IRR%202018.pdf
Kadir, A. (2018). Hubungan patofisiologi hipertensi dan hipertensi renal. Jurnal Ilmiah
Kedokteran Wijaya Kusuma, 5(1), 1525.
Kemenkes. (2019, Mei 17). Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20190517/5130282/hipertensi-
penyakit-paling-banyak-diidap-masyarakat/
Kemenkes. (2021, Mei 6). Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung, Gagal Ginjal,
dan Stroke. Kementerian Kesehatan. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20210506/3137700/hipertensi-penyebab-utama-penyakit-jantung-gagal-
ginjal-dan-stroke/
Kemenkes. (2023, Oktober 6). Kenali Stroke dan Penyebabnya. Kemenkes: Direktorat
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
https://ayosehat.kemkes.go.id/kenali-stroke-dan-penyebabnya
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Riskesdas 2018. Kementerian
Kesehatan RI. https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-
jantung-penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.html
Kirthi, A. A. A. K., Yasmin, A. A. A. D. A., Artha, I. M. J. R., & Bhargah, A. (2019).
Hipertensi sebagai prediktor kejadian kardiovaskular mayor pada pasien infark
miokard akut pada tahun 2018 di RSUP Sanglah Denpasar, Bali-Indonesia. Intisari
Sains Medis, 10(3). https://doi.org/10.15562/ism.v10i3.443
Loscalzo, J. H. (2015). Kardiologi dan Pembuluh Darah (Edisi ke-2). EGC.
Modi, P., & Arsiwalla, T. (2023). Hypertensive Retinopathy. StatPearls Publishing.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525980/
Murti, J. K. (2022). Hubungan Durasi Menderita Hipertensi Dengan Kejadian Retinopati
Hipertensi Di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Periode 2017-2020
[Universitas Lampung]. http://digilib.unila.ac.id/id/eprint/65583
Priandani, P., Kusumajaya, H., & Permatasari, I. (2023). Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Congestive Heart Failure (CHF) Pasien. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 6(1), 273284. https://doi.org/https://doi.org/10.37287/jppp.v6i1.2097
Pricillia, A., Suprapti, S., & Pasaribu, R. P. (2021). Hubungan antara Hipertensi dengan
Angka Kejadian Infark Miokard Akut pada Pasien Usia Lanjut di RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang Periode 2018-2019. Sriwijaya Journal of Medicine,
4(3), 181185. https://doi.org/10.32539/SJM.v4i3.136
Puspitasari, P. N. (2020). Hubungan Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 922926.
https://pdfs.semanticscholar.org/37bf/f95e3b472ee80ed1ffdaa41c883a9765b03f.pd
f
Riyanto, M. A., & Ariwibowo, D. D. (2020). Hubungan hipertensi terhadap kejadian
infark miokard akut di RSUD Cengkareng. Tarumanagara Medical Journal, 2(2),
360365. https://doi.org/10.24912/tmj.v3i1.9742
Salari, N., Morddarvanjoghi, F., Abdolmaleki, A., Rasoulpoor, S., Khaleghi, A. A.,
Hezarkhani, L. A., Shohaimi, S., & Mohammadi, M. (2023). The global prevalence
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Desember 2025 | 381
of myocardial infarction: a systematic review and meta-analysis. BMC
Cardiovascular Disorders, 23(1), 206. https://doi.org/10.1186/s12872-023-03231-
w
Sattari, P. G. (2022). Hubungan Hipertensi Terhadap Kejadian Kardiovaskular Mayor
Pada Pasien Infark Miokard Akut Yang Dirawat Di RSUD Raden Mattaher Provinsi
Jambi Pada Tahun 2021 [Universitas Jambi].
https://repository.unja.ac.id/id/eprint/43712
Thygesen, K., Alpert, J. S., Jaffe, A. S., Chaitman, B. R., Bax, J. J., Morrow, D. A., White,
H. D., Thygesen, K., Alpert, J. S., Jaffe, A. S., Chaitman, B. R., Bax, J. J., Morrow,
D. A., White, H. D., Mickley, H., Crea, F., Van de Werf, F., Bucciarelli-Ducci, C.,
Katus, H. A., Corbett, S. (2019). Fourth universal definition of myocardial
infarction (2018). European Heart Journal, 40(3), 237269.
https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehy462
Triswanti, N., Pebriyani, U., & Gumilang, I. (2016). Hubungan Hipertensi Dengan
Kejadian Penyakit Gaga L Jantung Kongestif Di Rumah Sakit Pertamina Bintang
Amin Pr Ovinsi Lampung. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, 3(4).
WHO. (2016). Stroke, Cerebrovascular accident . World Heart Organization.
https://www.emro.who.int/health-topics/stroke-cerebrovascular-
accident/index.html
WHO. (2023, Maret 16). Hypertension. WHO: World Health Organization.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension
Wikananda, I. M. F., Putra, I. B. K., & Widiantara, I. W. (2019). Hubungan hipertensi
dengan stroke pada pasien Poliklinik Neurologi RSUP Sanglah Denpasar. Intisari
Sains Medis, 10(3). https://doi.org/10.15562/ism.v10i3.468