JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 329
Pendekatan Alami: Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak, Serai, dan Daun
Pepaya terhadap Larva Nyamuk
Efriza1, Frisca Ayu Asyifa2, Abdi Iswahyudi Yasril3
Universitas Fort De Kock Bukittinggi, Indonesia
Email: rizamaswar@gmail.com1
ABSTRAK
Kata Kunci: Demam
berdarah; Aedes aegypti;
Larvasida alami; Ekstrak daun
sirsak; Serai; Daun pepaya
Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah masih menjadi masalah
kesehatan di negara-negara tropis dan subtropis. Berbagai upaya
pencegahan, termasuk pengendalian vektor dilakukan untuk
mengurangi infeksi demam berdarah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas ekstrak kombinasi daun sirsak + serai,
kombinasi daun sirsak + daun pepaya, kombinasi serai daun +
pepaya pada konsentrasi 50%., dalam upaya mengendalikan vektor
demam berdarah dengan menggunakan larvasida. Dalam penelitian
ini, ekstrak dari tanaman yang disebutkan di atas disiapkan dan diuji
efektivitasnya terhadap larva Aedes aegypti. Larva diberi paparan
berbagai kombinasi ekstrak, dan tingkat kematiannya dicatat selama
periode tertentu. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk
menentukan signifikansi temuan. Hasil analisis menunjukkan ada
perbedaan rata-rata larva yang mati menggunakan ekstrak
kombinasi daun sirsak + serai dan ekstrak kombinasi daun sirsak +
daun pepaya (p<0,05). Temuan penelitian ini menggarisbawahi
bahwa potensi penggunaan ekstrak tanaman alami dalam
pengelolaan populasi nyamuk, khususnya Aedes aegypti. Dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan kasus demam berdarah
dapat menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak + serai serta
ekstrak kombinasi serai + daun pepaya sebagai larvasida alami.
Perlunya keterlibatan masyarakat, organisasi kesehatan masyarakat
dan pembuat kebijakan dalam mengadopsi metode pengendalian
hama alami untuk mempertimbangkan pengintegrasian solusi alami
ke dalam strategi kesehatan masyarakat.
ABSTRACT
Keywords: Dengue fever;
Aedes aegypti; Natural
larvicide; Soursop leaf extract;
Lemongrass; Papaya leaf
Dengue fever is an infectious disease caused by the dengue virus,
which is transmitted by the Aedes aegypti mosquito. Dengue fever
persists as a significant public health concern in tropical and
subtropical regions. A variety of prevention strategies, including
vector control, are employed with the objective of reducing the
incidence of dengue fever infections. The objective of this study is to
ascertain the efficacy of a combination extract of soursop leaves and
lemongrass, a combination of soursop leaves and papaya leaves,
and a combination of lemongrass leaves and papaya at a
concentration of 50%, in controlling dengue fever vectors using
larvicides. In this study, extracts derived from the aforementioned
plants were prepared and evaluated for their efficacy in controlling
Aedes aegypti larvae. The larvae were subjected to exposure to
various combinations of the extracts, and the mortality rate was
recorded over a specified period. The results were subjected to
statistical analysis to ascertain the significance of the findings. The
results of the analysis indicated a statistically significant difference
in the mean number of larvae killed using the combination of
soursop leaf and lemongrass extract and the soursop leaf and
papaya leaf combination extract (p < 0.05). The results of this study
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 330
highlight the potential of utilizing natural plant extracts as a means
of managing mosquito populations, particularly those of the Aedes
aegypti species. In order to prevent and control the incidence of
dengue fever, the combination of soursop and lemongrass leaf
extract, as well as lemongrass and papaya leaf extract, can be
employed as natural larvicides. Community members, public health
organizations, and policymakers must collaborate in the adoption of
natural pest control methods, integrating natural solutions into
public health strategies.
Coresponden Author: Efriza
Email: rizamaswar@gmail.com
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Demam berdarah adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes. Lebih
dari 3,9 miliar orang di lebih dari 129 negara berisiko tertular demam berdarah, dengan sekitar
96 juta kasus bergejala dan sekitar 40.000 kematian setiap tahunnya (WHO, 2020). Nyamuk
Aedes telah beradaptasi untuk menularkan virus secara efektif dari manusia ke manusia.
Mereka membawa berbagai arbovirus, lebih suka darah manusia, menggigit di siang hari, dan
makan berkali-kali. Upaya pengendalian vektor yang menargetkan tahap larva dan kepompong
akuatik berfokus pada pembuangan wadah buatan manusia yang menjadi tempat favorit
nyamuk Aedes untuk bertelur. Aedes albopictus dan Ae. aegypti berkembang biak di lingkungan
manusia. Kedua spesies ini sering ditemukan berkembang biak di pot bunga, selokan, wadah
air dan air yang tertampung di berbagai jenis sampah seperti ban, lemari es, dan wadah bekas.
Alternatifnya, habitat perairan ini dapat diberi senyawa kimia atau biologis (misalnya Bacillus
thuringiensis) untuk menghambat perkembangan atau membunuh tahap yang belum matang,
sehingga mengurangi kepadatan populasi nyamuk dewasa. Keberhasilan pengendalian nyamuk
Aedes didasarkan pada upaya terkoordinasi dari masyarakat dan petugas kesehatan masyarakat
untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan (Dusfour & Chaney, 2021).
Pengendalian vektor di tingkat global memanfaatkan ilmu pengetahuan dan inovasi untuk
menciptakan perubahan positif yang dapat kita ukur, kita lihat dan rasakan (WHO, 2017).
Pengendalian nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu langkah untuk mencegah demam
berdarah melalui pemakaian insektisida buatan, namun metode ini memiliki kelemahan, di
antaranya adalah insektisida tersebut sulit terurai oleh lingkungan. Untuk mengurangi dampak
negatif dari penggunaan insektisida sintetik, dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan
nabati sebagai insektisida alami. Penggunaan insektisida nabati memiliki kelebihan yakni bahan
yang mudah diperoleh dan harga yang ekonomis. Disamping itu tetap disarankan pada
masyarakat untuk tetap melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), Pemeriksaan Jentik
Berkala (PJB) (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2019).
Insektisida nabati dibuat dari bahan-bahan alam yang berasal dari tumbuhan dan dapat
terurai secara alami. Tanaman yang digunakan untuk membuat insektisida nabati mengandung
berbagai zat seperti tanin, saponin, alkaloid, dan flavonoid. Saponin dapat merusak sel,
mengganggu proses metabolisme, dan menghancurkan lapisan pelindung luar, yang
mengakibatkan larva nyamuk kehilangan banyak cairanpelindung luar sehingga larva nyamuk
akan kehilangan banyak cairan (Gajger & Dar, 2021). Tanin dapat menyebabkan gangguan
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 331
nutrisi dengan mengurangi aktivitas enzim pencernaan pada larva nyamuk (Nisrina, 2022).
Terpenoid berperan sebagai pengganggu sel dan jaringan pada larva nyamuk. Steroid berfungsi
sebagai hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dengan menghambat proses pergantian
kulit pada larva nyamuk (Hamuel, 2015). Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan
hijau dengan mengecualikan alga dan hornwort (Evangelina, 2023). Flavonoid sesungguhnya
ada di setiap bagian tanaman, termasuk pada daun, akar, batang, kulit, serbuk sari, nektar,
bunga, buah buni, dan biji. Flavonoid adalah senyawa yang termasuk dalam kelompok
polifenol. Senyawa fenol memiliki kemampuan untuk merusak ikatan protein dalam membran
sel, yang bisa mengakibatkan lisis membran sel dan memungkinkan fenol untuk memasuki inti
sel. Hal ini bisa menyebabkan perubahan dalam permeabilitas sel, yang pada gilirannya dapat
menghambat pertumbuhan sel atau bahkan menyebabkan kematian sel (Rumiyanti dkk., 2019).
Oleh karena itu, dianggap penting untuk menemukan insektisida dari bahan alami yang
ramah terhadap lingkungan, mudah diakses, dan mampu membunuh nyamuk yang menjadi
penyebab DBD. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan tanaman yang
tumbuh di sekitar tempat tinggal untuk dijadikan insektisida alami, efektif baik untuk nyamuk
dewasa maupun larva. Salah satu upaya tersebut adalah dengan membuat larvasida melalui
ekstraksi dari beberapa jenis tanaman yang berpotensi sebagai insektisida alami dan
mengujinya terhadap larva Aedes aegypti (Putra, 2020). Tanaman yang berpotensi tersebut
antara lain adalah daun sirsak, serai dan daun pepaya. Berdasarkan hasil skrinning fitokimia
daun sirsak (Annona reticulata) mengandung senyawa saponin, triterpenoid, tannin, alkaloid,
flavonoid. Daun dan akar tanaman serai (Cymbopogon nardus L) mengandung flavonoid (Kuete,
2017; Najmah dkk., 2023). Daun pepaya (Carica pepaya L.) mengandung alkaloid dan
flavonoid (Alzanando dkk., 2022; Rumiyanti dkk., 2019).
Meningkatnya penyakit yang ditularkan nyamuk, terutama yang disebarkan oleh Aedes
aegypti, telah mengharuskan eksplorasi berbagai cara pengendalian hama alternatif. Metode
tradisional terutama menggunakan insektisida sintetis, yang dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan dan peningkatan resistensi di antara populasi nyamuk. Artikel ini membahas
efektivitas kombinasi ekstrak tanaman sirsak (Annona reticulata), serai (Cymbopogon nardus),
dan pepaya (Carica papaya)sebagai pengobatan alami yang potensial untuk mengendalikan
larva Aedes aegypti.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas kombinasi ekstrak daun
sirsak dan serai, daun sirsak dan daun pepaya, serta serai dan daun pepaya pada konsentrasi
50% sebagai larvasida alami terhadap larva Aedes aegypti. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan alternatif larvasida alami yang mendukung
pengendalian penyakit demam berdarah secara berkelanjutan.
Metode Penelitian
Penelitian adalah penelitian eksperimen dengan desain post-test only group design.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas ekstrak kombinasi daun sirsak +
daun pepaya, kombinasi daun sirsak + serai dan kombinasi serai + daun pepaya sebagai larvasida
jentik nyamuk Aedes aegypti instar III.
Bahan dan alat yang digunakan:
Ekstrak kombinasi daun sirsak + serai
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 332
Ekstrak kombinasi daun sirsak + daun pepaya
Ekstrak kombinasi serai + daun papaya
Varian ekstrak daun sirsak, serai dan daun pepaya dengan konsentrasi 50%.
Gambar 1. Bahan dan alat
Prosedur Pembiakan Larva:
Telur nyamuk Aedes aegypti diletakkan di nampan/ember plastik yang berisi air untuk
pemeliharaan larva.
Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari dan berkembang dari instar I
sampai instar III selama 4-5 hari.
Prosedur pembuatan ekstrak
Daun sirsak, serai dan daun pepaya dibersihkan dan dipotong kecil
Jemur selama 7 hari sampai benar-benar kering atau menggunakan oven.
Hancurkan daun sirsak, serai dan daun pepaya yang sudah kering secara terpisah dengan
menggunakan blender sampai ukuran partikel menjadi kecil.
Setelah itu, lakukan proses perendaman (maserasi) masing-masing 200 gr dengan ethanol
96% sebanyak 2000 ml (perbandingan zat terlarut dan pelarutnya sebesar 1:10).
Tunggu proses maserasi selama 3 hari dan aduk sesering mungkin. Lalu lakukan
penyaringan sehingga terpisah antara cairan dengan ampasnya.
Kemudian lakukan proses penguapan ethanol dengan menggunakan alat rotary evaporator
sampai menjadi ekstrak pekat. Hasil ekstraksi daun sirsak, serai dan daun pepaya kemudian
diencerkan menggunakan aquades dengan konsentrasi 50%.
Gambar 2. Pembuatan Ekstrak
Penentuan konsentrasi
Rumus pengenceran: M1 x V1 = M2 x V2
Keterangan:
M1: Konsentrasi larutan ekstrak 100%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 333
M2: Konsentrasi larutan yang diinginkan
V1: Volume larutan ekstrak yang harus dilarutkan
V2: Volume larutan perlakuan
Konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan adalah:
Untuk membuat larutan 50% sebanyak 5 ml dibutuhkan larutan ekstrak sebanyak:
100% x V1 = 50% x 5 ml
V1 = 2,5 ml
Larutan ekstrak 2,5 ml kemudian dilarutkan dengan 2,5 ml aquades sehingga didapatkan jumlah
volume total sebanyak 5 ml.
Langkah kerja
1. Siapkan 9 wadah
- 3 wadah untuk: ekstrak kombinasi daun sirsak + serai ekstrak kombinasi daun sirsak
sebanyak 1,25 ml + serai 1,25 ml, konsentrasi 50%,
- 3 wadah untuk ekstrak kombinasi daun sirsak + pepaya ekstrak kombinasi daun sirsak
sebanyak 1,25 ml + daun pepaya 1,25 ml, konsentrasi 50%,
- 3 wadah untuk ekstrak kombinasi serai + daun papaya ekstrak kombinasi serai
sebanyak 1,25 ml + daun pepaya 1,25 ml untuk konsentrasi 50%,
2. Masukkan 20 ekor larva Aedes aegypti pada masing-masing wadah yang berisi air
sebanyak 800 ml dan ekstrak yang sudah sesuai konsentrasi.
3. Amati dan catat jumlah larva yang mati selama 24 jam, pada 6 pengamatan pertama diamati
sekali 1 jam dimulai dari jam 21.00, 22.00, 23.00, 00.00, 01.00, 02.00, setelah itu diamati
sekali 6 jam yaitu pada jam 08.00, 02.00, 20.00.
Gambar 3. Perlakuan dan Pengamatan
Ekstrak Pekat
Ekstrak sesuai
konsentrasi
Pengamatan
Perlakuan terhadap larva
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 334
Hasil dan Pembahasan
1. Jumlah Larva yang Mati
Jumlah kematian larva setelah menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak + serai,
kombinasi daun sirsak + daun pepaya dan kombinasi serai + daun pepaya.
Tabel 1. Jumlah Larva yang Mati
Ekstrak
Jml
larva awal
Jam pengamatan Larva Mati
Rata-
rata
1
2
3
4
5
6
12
18
24
Kombinasi daun
sirsak + serai
20
3
7
10
16
19
19
20
20
20
15
20
2
2
4
9
15
19
20
20
20
12
20
0
1
3
5
10
17
20
20
20
11
Rata-rata
13
Kombinasi daun
sirsak + daun
pepaya
20
0
3
7
11
11
12
13
13
13
9
20
0
0
0
1
2
2
2
7
14
3
20
0
0
0
2
2
2
2
5
14
3
Rata-rata
5
Kombinasi serai
+ daun pepaya
20
1
1
1
5
9
13
20
20
20
10
20
1
2
3
11
15
17
20
20
20
12
20
1
1
2
9
13
15
20
20
20
11
Rata-rata
11
2. Efektivitas Pemberian Ekstrak Kombinasi Daun Sirsak, Serai dan Daun Pepaya.
Untuk mengetahui efektifitas membunuh larva dengan menggunakan ekstrak kombinasi
daun sirsak, serai dan daun pepaya. Maka dilakukan analisis untuk 3 kombinasi ekstrak dengan
menggunakan Uji Kruskal Wallis, karena distribusi dari data hasil penelitian tidak normal. Hasil
analisis dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis Perbedaan Rata-rata Jumlah Larva Mati diantara 3 Kombinasi
(Uji Kruskal Wallis)
Variabel
n
Rata-rata
p-value
Kombinasi daun sirsak +
serai
20
13
0.047
Kombinasi daun sirsak +
daun pepaya
20
5
Kombinasi serai + daun
pepaya
20
11
Hasil analisis data penelitian menggunakan uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai p=0.047
(Pv<alfa) yang berarti Ada perbedaan rata-rata kematian larva menggunakan ekstrak kombinasi
daun sirsak + serai, kombinasi daun sirsak + daun pepaya, dan kombinasi serai + daun pepaya
pada konsentrasi 50% (pv<alfa)
Untuk mengetahui kombinasi mana yang berbeda dalam menyebabkan kematian larva,
maka analisis data penelitian dilanjutkan dengan mengggunakan uji Mann Whitney, dengan
hasil uji sebagai berikut:
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 335
Tabel 3. Analisis Perbedaan Rata-rata Jumlah Larva Mati diantara 2 Kombinasi
(Uji Mann Whitney)
Kombinasi Ekstrak
n
Mean
Sig
Kombinasi daun sirsak + serai
Kombinasi daun sirsak + daun
pepaya
20
9
0.046
Kombinasi daun sirsak + serai
Kombinasi serai + daun
pepaya
20
12
0.261
Kombinasi daun sirsak + daun
pepaya
Kombinasi serai + daun
pepaya
20
8
0.046
Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan rata-rata larva yang mati menggunakan
ekstrak kombinasi daun sirsak + serai dan ekstrak kombinasi daun sirsak + daun pepaya
(p<0,05). Ada perbedaan rata-rata larva yang mati menggunakan ekstrak kombinasi daun sirsak
+ daun pepaya dan kombinasi serai + daun pepaya (p<0,05).
Pembahasan
Di antara berbagai ekstrak tanaman yang diuji, dua kombinasi menunjukkan efektivitas
yang luar biasa dalam membasmi larva Aedes aegypti. Secara khusus, konsentrasi 50%
campuran ekstrak daun sirsak (Annona muricata) yang dikombinasikan dengan ekstrak serai
(Cymbopogon citratus) dan kombinasi lain ekstrak serai dengan ekstrak daun pepaya (Carica
papaya) menghasilkan tingkat kematian larva sebesar 100% dalam periode paparan 24 jam.
Temuan ini menunjukkan bahwa fitokimia tertentu yang terdapat dalam tanaman ini dapat
mengganggu proses fisiologis larva, yang menyebabkan peningkatan kematian.
Penelitian ini juga sejalan dengan Makkiah dkk. (2020) tentang keefektifan ekstrak serai
(cymbopogon nardus L) sebagai pembunuh larva nyamuk Aedes aegypti. Penelitian
menunjukkan bahwa tingkat konsentrasi yang paling berdampak pada kematian larva adalah
konsentrasi 40% dan 50% karena pada tingkat tersebut persentase kematian larva mencapai
puncaknya bila dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Menurut Anggraini dan Anggraini
and Kamalliyah (2018) hasil penelitian yang telah dilakukan pada larva Aedes aegypti dan
Culex sp, dengan perlakuan dibuat variasi konsentrasi daun sirsak 10%, 30%, dan 50%. Hasil
percobaan membuktikan bahwa konsentrasi larutan daun sirsak 10%, 30%, 50% dapat
menyebabkan kematian 100% larva, akan tetapi terdapat perbedaan waktu kematian antara
ketiga konsentrasi dan kedua jenis larva.
Tumbuhan ekstrak kombinasi daun sirsak + serai, kombinasi daun sirsak + daun pepaya
dan kombinasi serai + daun pepaya dapat digunakan untuk mematikan larva Aedes aegypti
karena di dalam tumbuhan serai, sirsak dan daun pepaya terdapat senyawa yang dapat
mematikan larva dan tumbuhan ini bersifat mudah terurai di alam (biodegradable), sehingga
tidak mencemari lingkungan. Senyawa yang ada pada tanaman yaitu flavonoid, alkaloid,
saponin yang akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh dimana dapat menyebabkan
terhambatnya hormon pertumbuhan sehingga larva tidak dapat berkembang dengan baik dan
lama kelamaan dapat menyebabkan kematian terhadap larva.
Senyawa aktif dalam daun sirsak, serai, dan pepaya diyakini memiliki sifat insektisida
yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan larva. Senyawa-senyawa ini dapat
bertindak sebagai neurotoksin atau mengganggu jalur metabolisme penting, yang menyebabkan
peningkatan angka kematian. Misalnya, fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, dan terpenoid
yang ditemukan dalam tanaman ini telah didokumentasikan memiliki sifat insektisida.
Hubungan antara waktu paparan dan kematian larva merupakan faktor penting dalam
menilai efektivitas larvasida alami. Hasilnya menunjukkan bahwa seiring bertambahnya durasi
paparan, tingkat kematian rata-rata larva Aedes aegypti juga meningkat. Tren ini dapat
dikaitkan dengan efek kumulatif senyawa aktif yang ditemukan dalam ekstrak. Paparan yang
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 336
lama memungkinkan penyerapan senyawa ini lebih besar, yang pada akhirnya menyebabkan
kemungkinan gangguan fisiologis yang lebih tinggi dalam larva.
Keberhasilan pemberantasan larva Aedes aegypti menggunakan kombinasi ekstrak
tanaman membuka jalan baru bagi strategi pengelolaan hama terpadu. Dengan memanfaatkan
solusi berbasis tanaman alami, masyarakat dapat mengurangi ketergantungan mereka pada
insektisida kimia yang berbahaya, sehingga mendorong pendekatan yang ramah lingkungan
terhadap pengendalian nyamuk. Selain itu, penggunaan ekstrak ini dapat mengurangi risiko
berkembangnya resistensi insektisida di antara populasi nyamuk, yang menjadi perhatian yang
berkembang dalam pengelolaan vektor.
Kesimpulan
Larvasidasi alami ekstrak kombinasi duan sirsak + serai dan ekstrak kombinasi serai +
daun pepaya terbukti efektif membunuh larva dalam waktu 24 jam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kombinasi ekstrak sirsak, serai, dan daun pepaya menghasilkan penurunan
yang signifikan dalam tingkat kelangsungan hidup larva. Larvasidasi alami ekstrak kombinasi
duan sirsak + serai dan ekstrak kombinasi serai + daun pepaya terbukti efektif membunuh larva
dalam waktu 24 jam. Efek sinergis dari ekstrak tanaman ini menunjukkan bahwa ekstrak ini
dapat berfungsi sebagai alternatif atau pelengkap insektisida sintetis. Mekanisme kerja ekstrak
ini dapat mencakup gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada larva. Disaran untuk
menggunakan ekstrak ini sebagai salah satu upaya pengendalian vektor Aedes aegypti yang
menyebarkan dan menularkan penyakit demam berdarah.
Daftar Pustaka
Alzanando, R., Yusuf, M., & M.Si, T. (2022). Analisis Kadar Senyawa Alkaloid dan Flavonoid Total
Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica papaya L.) Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal
Farmasi Malahayati, 5(1), 108120. https://doi.org/10.33024/jfm.v5i1.7032
Anggraini, D. A., & Kamaliyah, S. L. (2018). Efektifitas Konsentrasi Larutan Daun Sirsak (Annona
muricata L)(10%, 30%, 50%) Terhadap Perkembangan Mortalitas Larva Aedes aegypti dan culex
sp. Jurnal Sains, 8(15).
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2019). Profil Kesehatan Tahun 2019. https://dinkes.padang.go.id/profil-
kesehatan-tahun-2019
Dusfour, I., & Chaney, S. C. (2021). Mosquito control: Success, failure and expectations in the context
of arbovirus expansion and emergence. Mosquitopia, 213233.
https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9781003056034-14
Evangelina, G. (2023). Uji Efektivitas Antibakteri Air Perasan Daun Pare (Momordica charantia L.)
terhadap Bakteri Staphylococcus aureus [Universitas Mahasaraswati Denpasar].
http://eprints.unmas.ac.id/id/eprint/5444
Gajger, I. T., & Dar, S. A. (2021). Plant Allelochemicals as Sources of Insecticides. Insects, 12(3), 189.
https://doi.org/10.3390/insects12030189
Hamuel, J. D. (2015). An Overview of Plant Immunity Plant Pathology & Microbiology An Overview
of Plant Immunity. Journal of Plant Pathology & Microbiology, 6(11).
https://doi.org/10.4172/2157-7471.1000322
Kuete, V. (2017). Medicinal Spices and Vegetables from Africa: Therapeutic Potential against
Metabolic, Inflammentory, Infectious and Syntemic Diseases. Elsevier: Academic Press.
Makkiah, M., Salaki, C. L., & Assa, B. (2020). Efektivitas Ekstrak Serai Wangi (Cimbopogon nardus
L.) sebagai Larvasida Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Bios Logos, 10(1), 16.
https://doi.org/https://doi.org/10.35799/jbl.10.1.2020.27977
Najmah, N., Fitria, R., & Kurniawati, E. (2023). Skrining Fitokimia, Total Flavonoid Dan Fenolik Daun
Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle). Jurnal Crystal : Publikasi Penelitian Kimia dan
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 337
Terapannya, 5(1), 6270. https://doi.org/10.36526/jc.v5i1.2642
Nisrina, H. (2022). Toxicity Assessment Of Avovo Leaf Extract (Persea Americana Miller) On
Mortality Of Aedes Aegypti Larva. IJHES: International Journal of Health, Education and Social,
5(5), 17. https://doi.org/https://doi.org/10.1234/ijhes.v5i5.226
Putra, F. I. E. (2020). Peran tanaman sebagai insektisida nabati terhadap gigitan nyamuk aedes aegypti
vektor demam berdarah dengue. Essential: Essence of Scientific Medical Journal, 18(1), 14.
Rumiyanti, L., Rasitiani, A., & Suka, E. G. (2019). Skrinning fitokimia ekstrak daun sirsak (Annona
muricata) dan pengaruhnya terhadap laju korosi baja karbon ST 37. Jurnal Teori dan Aplikasi
Fisika, 7(1), 16. http://repository.lppm.unila.ac.id/15190/1/1917-4301-2-PB%20Jurnal%201.pdf
WHO. (2017, Oktober 2). Global vector control response 20172030. World Health Organization.
https://www.who.int/publications/i/item/9789241512978
WHO. (2020). Vector-borne Diseases. World Health Organization. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/vector-borne-diseases