JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 310
Pengetahuan dan Rekomendasi terhadap Pengidap Human
Papillomavirus (Kanker Serviks) di Kalangan Mahasiswa Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta
Dwi Astika
1*
, Diana Laila Ramatillah
2
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Indonesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko kanker
serviks merupakan salah satu penyebab tingginya prevalensi
penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat
pengetahuan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
tentang penyakit hpv (kanker serviks) dan rekomendasi apa yang
diberikan mahasiswa terhadap penyakit hpv (kanker serviks).
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain
prospektif cross-sectional, melibatkan populasi mahasiswa aktif
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta dengan sampel sebanyak 470
responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner
daring melalui Google Form, dengan kriteria inklusi mahasiswa
aktif dan eksklusi mahasiswa yang tidak aktif. Analisis data
melibatkan distribusi frekuensi dan pengujian hubungan antar
variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden
perempuan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik
dibandingkan laki-laki, dan responden pada kelompok usia 18-25
tahun lebih aktif memberikan rekomendasi yang efektif
dibandingkan kelompok usia lainnya. Kesimpulannya, terdapat
hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan mahasiswa
terhadap pengidap HPV (kanker serviks), dan rekomendasi yang
diberikan mahasiswa terbukti efektif dalam upaya pencegahan
kanker serviks. Penelitian ini menegaskan pentingnya edukasi yang
berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
mengenai pencegahan kanker serviks.
Kanker Serviks; Vaksinasi
Hpv; Pengetahuan
ABSTRACT
Keywords:
Lack of public knowledge about risk factors for cervical
cancer is one of the causes of the high prevalence of this
disease. This study aims to analyze the level of knowledge of
students of Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta about hpv
disease (cervical cancer) and what recommendations
students give against hpv disease (cervical cancer). This
study used a quantitative method with a prospective cross-
sectional design, involving a population of active students at
the University of 17 August 1945 Jakarta with a sample of
470 respondents. Data collection was conducted using an
online questionnaire through Google Form, with inclusion
criteria for active students and exclusion of inactive students.
Data analysis involved frequency distribution and
relationship testing between variables. The results showed
that female respondents had a better level of knowledge than
males, and respondents in the 18-25 age group were more
active in providing effective recommendations than other age
Cervical Cancer; Hpv
Vaccination; knowledge
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 311
groups. In conclusion, there is a significant relationship
between the level of knowledge of students towards HPV
(cervical cancer), and the recommendations given by
students are proven to be effective in efforts to prevent
cervical cancer. This study emphasizes the importance of
continuous education to increase awareness and knowledge
about cervical cancer prevention.
Coresponden Author: Dwi Astika
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita.
Secara global, tercatat sekitar 600.000 kasus baru dan 300.000 kematian setiap tahunnya, dengan
hampir 80% terjadi di negara-negara berkembang. Kondisi ini menjadikan kanker serviks sebagai
kanker kedua terbanyak pada wanita di dunia dan menempati posisi teratas di negara-negara
berkembang (Nurlelawati dkk., 2018). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Human Papilloma
Virus (HPV) onkogenik, dengan tipe 16 dan 18 sebagai penyebab utama kanker serviks.
Tingginya angka kematian di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh deteksi kanker yang
sering dilakukan pada stadium lanjut. Gejala umum meliputi perdarahan atau nyeri saat
berhubungan seksual, perdarahan di luar siklus menstruasi, dan keputihan yang berlebihan. Pada
stadium lanjut, gejala dapat mencakup keluarnya cairan berbau tidak sedap, nyeri di area panggul,
kandung kemih, atau rektum, serta gangguan fungsi kemih (Imam, 2010).
Pengetahuan, sebagai hasil dari proses mengenali dan memahami suatu objek, terjadi
melalui penginderaan yang melibatkan panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran,
penciuman, peraba, dan perasa. Namun, sebagian besar informasi diperoleh melalui indera
penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor dan kanker di Indonesia mengalami
peningkatan dari 1,4 per 1.000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk pada
tahun 2018. Provinsi DI Yogyakarta mencatat prevalensi tertinggi sebesar 4,86 per 1.000
penduduk, diikuti oleh Sumatera Barat dengan 2,47 per 1.000 penduduk, dan Gorontalo sebesar
2,44 per 1.000 penduduk (Pakpahan dkk., 2021).
Faktor risiko infeksi HPV meliputi usia muda (<25 tahun), pengalaman pertama
berhubungan seksual pada usia dini, jarang menggunakan kondom, memiliki banyak pasangan
seksual, serta pasangan yang memiliki riwayat HPV atau berganti-ganti pasangan
(Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 2013).
Meskipun imunisasi HPV sudah diperkenalkan, sebagian masyarakat Indonesia, termasuk
kalangan mahasiswa dan pekerja, masih enggan menerimanya. Hambatan ini disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan, kekhawatiran terhadap efek samping vaksinasi, dan kebutuhan informasi
tambahan sebelum memutuskan untuk divaksinasi (Setiati dkk., 2012).
Untuk mencegah kanker serviks, Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan
program deteksi dini selama lebih dari satu dekade. Pada tahun 2014, targetnya adalah 80%
kabupaten dan kota di Indonesia mampu melakukan deteksi dini kanker serviks, terutama pada
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 312
perempuan berusia 30-50 tahun yang telah aktif secara seksual, dengan fokus pada mereka yang
berisiko tinggi akibat hubungan seksual pada usia muda (Kusumawati dkk., 2016).
Menurut data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) tahun 2020, kanker serviks
menempati posisi kedua di Indonesia dengan 36.633 kasus per 100.000 penduduk, sementara
tingkat kematiannya menduduki peringkat ketiga dengan 21.003 kasus per 100.000 penduduk.
Data (RISKESDAS) 2013 juga menunjukkan lima provinsi dengan insiden kanker serviks
tertinggi, yaitu Jawa Timur (21.313 kasus), Jawa Tengah (19.734 kasus), Jawa Barat (15.635
kasus), DKI Jakarta (5.919 kasus), dan Sumatera Utara (4.694 kasus) (Depkes RI, 2013).
Tingginya angka kematian akibat kanker serviks sebenarnya dapat dicegah jika perempuan
memiliki pengetahuan yang memadai dan menyadari bahaya penyakit ini. Namun, kurangnya
informasi dan pemahaman tentang faktor risiko kanker serviks membuat banyak perempuan
merasa tidak perlu melakukan skrining sebagai langkah pencegahan (Globocan, 2012). Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta tentang HPV (kanker serviks) dan mengevaluasi rekomendasi yang mereka berikan
terhadap pencegahan kanker serviks, sebagai upaya mendukung pengendalian penyakit ini
melalui pendidikan dan kesadaran masyarakat.
Metode Penelitian
Riset ini menerapkan metode kuantitatif dengan desain prospektif cross-sectional.
Pendekatan ini dipilih untuk mengukur hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa
dan rekomendasi yang diberikan terhadap pencegahan kanker serviks (HPV). Populasi
penelitian adalah seluruh mahasiswa aktif Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Sampel
berjumlah 470 responden yang diambil menggunakan teknik total sampling, yaitu
seluruh mahasiswa aktif yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel ditentukan berdasarkan
kriteria inklusi, yaitu mahasiswa yang aktif mengikuti perkuliahan di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta selama penelitian berlangsung. Kriteria eksklusi meliputi
mahasiswa yang tidak aktif terdaftar pada saat penelitian. Data dikumpulkan
menggunakan kuesioner daring melalui platform Google Form. Kuesioner terdiri dari
pertanyaan demografi, tingkat pengetahuan terkait HPV, serta rekomendasi yang
diberikan mahasiswa terhadap pencegahan kanker serviks.
Kriteria Penelitian
Kriteria Inklusi: Mahasiswa aktif Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta selama
periode penelitian.
Kriteria Eksklusi: Mahasiswa yang tidak aktif terdaftar pada saat penelitian atau tidak
melengkapi pengisian kuesioner.
Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan
karakteristik sosiodemografi responden, tingkat pengetahuan, serta rekomendasi yang
diusulkan. Kemudian, analisis inferensial digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar
variabel dengan menerapkan uji statistik chi-square pada tingkat signifikansi 5%.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 313
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Sosiodemografi
No
Karakteristik sosiodemografi
Frekuensi (N)
Presentase (%)
1.
Jenis kelamin
Perempuan
313
66%
Laki-laki
157
34%
2.
Usia
18-25 tahun
468
99%
26-30 tahun
2
0,1%
31-40 tahun
0
0%
41-50 tahun
0
0%
3.
Pendidikan
SMA/SMK
0
0%
Pasca Sarjana
0
0%
Sarjana
470
100%
4.
Bidang studi
Kesehatan
205
44%
Non Kesehatan
265
65%
Tabel 1 menunjukkan usia terbanyak adalah 18-25 tahun sebanyak 468 orang (99%)
responden sedangkan usia 26-30 tahun sebanyak 2 (0,4%) responden, pada jenis perempuan
sebanyak 468 (99%) responden sedangkan laki-laki sebanyak 157 (33%) responden, untuk
pendidikan terbanyak adalah sarjana 470 (100%), untuk bidang studi hasil terbanyak adalah
bidang non kesehatan 265 (56%) responden sedangkan bidang kesehatan 205 (43%) responden.
Hubungan Umur Dengan Pengetahuan Yang Diberikan Mahasiswa di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta Tentang Kanker Serviks
Grafik 1. Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Umur
Berdasarkan hasil Grafik 1, analisis terhadap 470 sampel menunjukkan adanya hubungan
antara usia dengan tingkat pengetahuan mahasiswa tentang HPV (kanker serviks). Mahasiswa
berusia 18-25 tahun memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebesar 98%, jauh lebih tinggi
dibandingkan kelompok usia 26-30 tahun yang hanya mencapai 5%. Menurut Rahmawati, daya
ingat seseorang dipengaruhi oleh usia, di mana seiring bertambahnya umur, kemampuan daya
tangkap dan pola pikir dalam memprosses pengetahuan cenderung meningkat (Surbakti, 2020).
Pender, Murdaugh, dan Parsons menjelaskan bahwa usia adalah salah satu faktor biologis
yang secara tidak langsung memengaruhi perilaku seseorang. Meskipun demikian, usia tidak
dapat dijadikan indikator utama dalam upaya pencegahan kanker serviks. Faktor yang lebih
98%
5%
0%
50%
100%
Baik Buruk
Pengetahuan Berdasarkan
Kelompok Umur
Baik
Buruk
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 314
signifikan adalah tingkat pengetahuan. Pengetahuan yang rendah, kurangnya paparan informasi,
serta sikap pasif dalam mencari informasi mengenai kanker serviks memiliki dampak besar
terhadap perilaku pencegahan dan pengendalian penyakit ini (Hidayah dkk., 2019).
Temuan ini bertentangan dengan hasil studi dari Hidayah, yang menunjukkan adanya
hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kanker serviks dengan usia. Dalam penelitian
Hidayah, mayoritas responden berusia 31-35 tahun (40%) memiliki pengetahuan yang baik
tentang kanker serviks. Sebaliknya, dalam penelitian ini, kelompok usia 18-25 tahun
menunjukkan tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan usia 26-30 tahun (Habtu
dkk., 2018).
Menurut Rahmawati (2015), daya ingat seseorang salah satunya dipengaruhi oleh usia, di
mana seiring bertambahnya umur, kemampuan daya tangkap dan pola pikir dalam memperoleh
pengetahuan umumnya meningkat. Penelitian ini juga mendukung temuan Munfrida dkk., yang
menyatakan bahwa usia dapat memengaruhi tingkat pengetahuan, di mana usia yang lebih muda
cenderung menunjukkan kematangan dan kemampuan berpikir yang lebih optimal. Namun, faktor
fisik pada orang dewasa dapat menghambat proses belajar, sehingga pada titik tertentu dapat
terjadi penurunan kemampuan berpikir dan bekerja (Hidayah, 2013).
Usia dan status pernikahan juga terbukti sebagai faktor demografi yang berhubungan
signifikan dengan tingkat pengetahuan responden mengenai kanker serviks dan vaksinasi HPV.
Sebelum menikah, individu cenderung lebih mempersiapkan fisik, mental, dan pengetahuan
terkait kesehatan reproduksi, yang didorong oleh kesadaran akan risiko gangguan reproduksi
setelah aktivitas seksual (Munfrida, 2018).
Hubungan Umur Dengan Rekomendasi Yang Diberikan Mahasiswa di Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta Tentang Kanker Serviks
Grafik 2. Rekomendasi Berdasarkan Kelompok Umur
Berdasarkan hasil grafik 2 menunjukkan pada hubungan umur dengan rekomendasi yang
diberikan mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta dimana pada umur 18-25 tahun
mahasiswa memberikan rekomendasi yang efektif dengan hasil 39% dan pada umur 26-30 tahun
mahasiswa memberikan rekomendasi yang kurang efektif dengn hasil 1%.
Umur menjadi salah satu faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan responden.
Berdasarkan karakteristik responden, mayoritas berada dalam rentang usia 18-25 tahun (47%),
sedangkan kelompok usia 26-30 tahun hanya sebesar 1%. Kelompok usia ini termasuk generasi
Y atau milenial (lahir 1981-1994) dan generasi Z atau generasi digital (lahir 1995-2010), yang
dikenal aktif memanfaatkan teknologi komunikasi untuk mengakses informasi (Fatmawati,
2022). Pendapat ini sejalan dengan Zulmiyetri dkk. (2020), yang menyatakan bahwa pengetahuan
39%
1%
0%
50%
100%
efektif tdk efektif
Rekomendasi Berdasarkan
Kelompok Umur
efektif
tdk efektif
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 315
seseorang sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh. Pesatnya perkembangan teknologi
telah mempermudah akses informasi, sehingga mendukung peningkatan pengetahuan
masyarakat.
Dalam penelitian ini, responden berusia 18-25 tahun memberikan rekomendasi yang lebih
baik dibandingkan kelompok usia 26-30 tahun. Hal ini sejalan dengan teori Robert, yang
menjelaskan bahwa individu lanjut usia cenderung mengalami penurunan fisik dan mental,
termasuk daya ingat, kekuatan otot, fungsi pendengaran, penglihatan, dan kemampuan kognitif
lainnya. Perubahan biologis ini dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam mengakses,
memahami, dan mengolah informasi, sehingga berdampak pada tingkat pengetahuan.
Hubungan Jenis Kelamin Dengan Pengetahuan Yang Diberikan Mahasiswa di Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta Tentang Kanker Serviks
Grafik 3. Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil grafik 3 diatas menunjukkan pada hubungan jenis kelamin dengan
tingkat pengetahuan yang diberikan mahasiswa di Universitas Agustus 1945 Jakarta pada jenis
kelamin perempuan mendapatkan hasil 95% dimana pada perempuan memiliki pengetahuan baik
sedangkan pada laki-laki mendapatkan hasil 24% dimana digolongkan kedalam kategori kurang.
Hal ini mendukung riset sebelumnya yang mengungkapkan bahwa responden laki-laki
mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang, sedangkan perempuan mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik
(Jones & Cook, 2008).
Pengetahuan tentang tanda dan gejala, faktor risiko, serta metode pencegahan kanker
serviks menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan penyakit ini
(Dohude & Audria, 2022).
Dengan pemahaman yang memadai, individu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk
melakukan pemeriksaan dini dan menghindari faktor risiko yang berhubungan dengan kanker
serviks (Alamsyah dkk., 2019).
Temuan mengindikasikan bahwa tingkat pengetahuan tentang kanker serviks berbeda
berdasarkan jenis kelamin. Responden laki-laki cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang
kurang, sementara responden perempuan, terutama mahasiswi, umumnya memiliki pengetahuan
yang lebih baik. Temuan ini sejalan dengan riset dari Prakash Kanayasan yang juga mengungkap
bahwa perempuan memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik dibandingkan laki-laki mengenai
kanker serviks (M. dkk., 2019).
Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuannya, di mana semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang
memiliki pengetahuan yang baik akan lebih termotivasi untuk melakukan suatu tindakan, seperti
berpartisipasi dalam vaksinasi HPV. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi ini
95%
24%
0%
50%
100%
Baik Buruk
Pengetahuan Berdasarkan
kelompok jenis kelamin
Baik
Buruk
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 316
adalah faktor intrinsik, yaitu dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang, seperti
kemampuan dan pengetahuan, yang mendorong untuk bertindak demi mencapai kepuasan
pribadi, seperti memenuhi kebutuhan, harapan, dan minat (Putri, 2019).
Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa pengetahuan laki-laki tentang kanker serviks
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
jenjang pendidikan, terutama dalam bidang kesehatan, yang memungkinkan perempuan
mendapatkan pembelajaran mengenai kanker serviks dan cara pencegahannya. Selain
pembelajaran formal dari dosen, banyak perempuan yang mengaku pernah memperoleh informasi
mengenai kanker serviks melalui media massa cetak maupun elektronik. Faktor inilah yang
memungkinkan perempuan memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kanker serviks dan
vaksinasi HPV. Temuan ini sejalan dengan teori Mubarak (2016), yang menjelaskan berbagai
faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
(Abdurrahman, 2020).
Hubungan Jenis Kelamin Dengan Rekomendasi Yang Diberikan Mahasiswa di
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Tentang Kanker Serviks
Grafik 4. Rekomendasi Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil grafik 4 diatas menunjukkan pada hubungan jenis kelamin dengan
rekomendasi yang diberikan mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta pada mahasiswa
jenis kelamin perempuan memberikan rekomendasi yang efektif dengan hasil 17% sedangkan
pada mahasiswa laki-laki memberikan rekomendasi yang kurang efektif dengan hasil 5%.
Temuan ini mendukung pendapat dari Alexander dkk. (2012) yang menyatakan bahwa
keputusan untuk melakukan vaksinasi HPV dipengaruhi oleh peran aktif orang tua dan anak-anak
dalam proses pengambilan keputusan, di mana berbagai faktor, termasuk rekomendasi vaksinasi
dan penerimaan intervensi vaksin di masa depan, memengaruhi peran individu tersebut.
Tingkat pendidikan berperan penting dalam membentuk pengetahuan seseorang, yang pada
gilirannya mempengaruhi motivasi untuk melakukan berbagai tindakan, termasuk vaksinasi HPV.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar pengetahuan yang dimiliki, yang akan
mendorong individu untuk lebih termotivasi. Faktor intrinsik, yang meliputi kemampuan dan
pengetahuan, juga sangat berpengaruh, karena mendorong individu untuk bertindak demi
mencapai kepuasan, memenuhi kebutuhan, harapan, dan minat pribadi. Dalam penelitian ini,
mayoritas responden menyatakan setuju untuk dilakukan vaksinasi HPV. Hal ini sesuai dengan
teori Abraham Maslow dalam Sidebang, yang menyebutkan bahwa salah satu tingkat kebutuhan
manusia adalah rasa aman, yang diartikan sebagai keinginan untuk mendapatkan perlindungan
dari ancaman penyakit.
17%
5%
0%
50%
100%
efektif tdk efektif
Rekomendasi Berdasarkan
Kelompok Jenis Kelamin
efektif
tdk efektif
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 317
Hubungan Jurusan Dengan Pengetahuan Yang Diberikan Mahasiswa di
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Tentang Kanker Serviks
Grafik 5. Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Jurusan
Berdasarkan pada hasil grafik 5 diatas menunjukkan hubungan jurusan dengan tingkat
pengetahuan yang diberikan mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta pada jurusan
kesehatan memiliki pengetahuan yang kurang dengan hasil 69% sedangkan non kesehatan
memiliki pengetahuan yang baik dengan hasil 41%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan temuan Vincensa Nicko Widjaja yang menyatakan
bahwa mahasiswa di Universitas Swasta Malaysia pada tahun 2019 dan di Universitas 17 Agustus
1945 Jakarta memiliki pengetahuan yang terbatas tentang kanker serviks. Akses mudah terhadap
informasi dari berbagai sumber, seperti media cetak dan elektronik, memungkinkan individu
dengan latar belakang pendidikan non-kesehatan untuk memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan. Studi Rachmani mendukung hal ini dengan menunjukkan bahwa informasi dari media
cetak dan elektronik dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden, meskipun pada topik
kesehatan umum, latar belakang pendidikan tidak selalu berhubungan langsung dengan tingkat
pengetahuan. Selain itu, pola swamedikasi antara mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan tidak
menunjukkan perbedaan signifikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuan responden
untuk membaca informasi yang tersedia, seperti yang terdapat pada label produk obat. Sebagian
besar responden non-kesehatan juga sudah mengenal dan mengetahui tentang vaksinasi HPV
yang menunjukkan bahwa kemudahan akses informasi turut mempengaruhi pengetahuan mereka
(Rachmani dkk., 2013).
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa mahasiswa kesehatan dan mahasiswa yang belajar
di program non-kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih sedikit tentang HPV dibandingkan
mahasiswa yang belajar dibidang yang berhubungan dengan kesehatan. Studi yang dilakukan
terhadap mahasiswa di bidang ilmu kesehatan menunjukkan bahwa mereka memiliki kesadaran
lebih tentang HPV dan vaksin HPV. Sebuah penelitian yang dilakukan di Portugal
mengungkapkan bahwa mahasiswa yang belajar di departemen ilmu kesehatan lebih mungkin
pernah mendengar tentang HPV dibandingkan mahasiswa dari departemen lain
(Rajiah dkk.,
2016). Mahasiswa kesehatan dan non kesehatan diharapkan dapat mempelajari lebih lanjut
tentang infeksi HPV dan kanker serviks. Nilai yang jauh lebih tinggi di antara mahasiswa yang
berhubungan dengan kesehatan mungkin berarti memiliki pendidikan yang lebih baik dalam
meningkatkan pengetahuan dan vaksinasi HPV
(Öz & Kabataş Memiş, 2018).
69%
41%
0%
50%
100%
Baik Buruk
Pengetahuan Berdasarkan
Kelompok Jurusan
Baik
Buruk
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 318
Hubungan Jurusan Dengan Rekomenasi Yang Diberikan Mahasiswa di Universitas
17 Agustus 1945 Jakarta Tentang Kanker Serviks
Grafik 6. Rekomendasi Berdasarkan Kelompok Jurusan
Berdasarkan hasil grafik 6 diatas menunjukkan pada hubungan jurusan dengan
rekomendasi yang diberikan mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta pada jurusan
kesehatan memberikan rekomendasi yang efektif dengan hasil 12% sedangkan pada jurusan non
kesehatan memberikan rekomendasi yang kurang efektif dengan hasil 7%.
Human papillomavirus (HPV) dapat menyebabkan infeksi menular seksual yang berujung
pada penyakit kutil kelamin dan kanker serviks. Meskipun vaksinasi HPV efektif dalam
mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus ini, vaksinasi tidak dapat melindungi dari semua
jenis infeksi menular seksual (CDC, 2015). Responden yang kurang memiliki pengetahuan
tentang kanker serviks dan vaksin HPV cenderung menunjukkan perilaku yang kurang
mendukung upaya pencegahan kanker serviks, terutama dalam hal vaksinasi HPV (Dethan &
Suariyani, 2017).
Sebagian besar mahasiswa kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai
vaksinasi HPV, yang sejalan dengan penelitian Rachmani yang menunjukkan bahwa informasi
yang diperoleh melalui media cetak dan elektronik mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang. Dalam hal kesehatan umum, latar belakang pendidikan tidak selalu berhubungan
langsung dengan pengetahuan seseorang. Hal ini juga dibuktikan oleh studi Budiman yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara mahasiswa kesehatan dan non-
kesehatan, kemungkinan karena keduanya dapat mengakses informasi, termasuk yang ada pada
label produk obat (Budiman dkk., 2019).
Menurut teori Notoatmodjo, pengetahuan yang baik mendorong seseorang untuk bersikap
positif terhadap informasi kesehatan dan bertindak preventif, seperti melakukan vaksinasi HPV
untuk mencegah kanker serviks. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
rekomendasi yang diberikan oleh mahasiswa mengenai vaksinasi HPV didorong oleh
pengetahuan dan tingkat pendidikan mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ini
meliputi pendidikan, umur, pengalaman, informasi kebudayaan, lingkungan sekitar, pekerjaan,
dan minat (Notoatmodjo, 2012). Dalam hal ini, mahasiswa mampu memberikan rekomendasi
yang efektif dalam pencegahan kanker serviks melalui vaksinasi HPV.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan tingkat
pengetahuan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta terhadap pengidap HPV (Kanker
Serviks) dan ada rekomendasi efektif yang diberikan mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945
Jakarta terhadap pengidap HPV (Kanker Serviks).
12%
7%
0%
50%
100%
efektif tidak
efektif
Rekomendasi Berdasarkan
Kelompok Jurusan
efektif
tidak efektif
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 319
Daftar Pustaka
Abdurrahman, Z. (2020). Teori Maqasid Al-Syatibi Dan Kaitannya Dengan Kebutuhan Dasar
Manusia Menurut Abraham Maslow. Jurnal Ushuluddin: Media Dialog Pemikiran Islam,
22(1). https://doi.org/10.24252/jumdpi.v22i1.15534
Alamsyah, A. N. K., Tyastuti, S., & Meilani, N. (2019). Efektivitas Broadcast Whatsapp
Messanger Terhadap Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Deteksi Dini Kanker
Serviks Dengan Metode IVA di Puskesmas Banguntapan II, Bantul 2019.
Alexander, A. B., Stupiansky, N. W., Ott, M. A., Herbenick, D., Reece, M., & Zimet, G. D.
(2012). Parent-son decision-making about human papillomavirus vaccination: a qualitative
analysis. BMC Pediatrics, 12(1), 192. https://doi.org/10.1186/1471-2431-12-192
Budiman, B., Hidayat, Y. M., & Harsono, A. B. (2019). Evaluasi Program Deteksi Dini Kanker
Serviks dengan Metode See and Treat di Kabupaten Karawang. Indonesiaan Journal of
Obstetrics & Ginecology Science, 2(1), 7280.
CDC. (2015). Pedoman Pengobatan Penyakit Menular Seksual. Pusat Pengendalian Penyakit
Infeksi Human Papillomavirus (HPV).
Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
Dethan, C. M., & Suariyani, N. L. P. (2017). Pengetahuan dan Sikap tentang Perilaku Vaksinasi
HPV pada Siswi SMA Swasta. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 13(2), 167.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v13i2.1989
Dohude, G. A., & Audria, C. (2022). Tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran gigi tentang
faktor risiko karsinoma sel skuamosa rongga mulut. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Padjadjaran, 34(2), 9399.
Fatmawati, E. (2022). Praktik Sosial Pemustaka Digital Natives : Dalam Bingkai Konsumerisme
Perpustakaan. Penerbit Deepublish.
Globocan, W. H. O. (2012). Estimated cancer incidence, mortality and prevalence worldwide in
2012. Int Agency Res Cancer.
Habtu, Y., Yohannes, S., & Laelago, T. (2018). Health seeking behavior and its determinants for
cervical cancer among women of childbearing age in Hossana Town, Hadiya zone, Southern
Ethiopia: community based cross sectional study. BMC Cancer, 18(1), 298.
https://doi.org/10.1186/s12885-018-4203-2
Hidayah, L. (2013). Gambaran tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang Ca serviks di
Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Sukoharjo. STIKES Muhammadiyah.
Hidayah, L., Norazizah, Y., & Rahmawati, I. (2019). Pengembangan media edukasi kesehatan
berbasis e-book. SNATIF, 5(2), 5762.
Imam, R. (2010). Kanker Serviks Dalam Buku Epidemiologi Kanker pada Wanita. Sagung Seto.
Jones, M., & Cook, R. (2008). Intent to Receive an HPV Vaccine Among University Men and
Women and Implications for Vaccine Administration. Journal of American College Health,
57(1), 2332. https://doi.org/10.3200/JACH.57.1.23-32
Kusumawati, Y., Nugrahaningtyas, R. W., & Rahmawati, E. N. (2016). Pengetahuan, Deteksi
Dini dan Vaksinasi HPV sebagai Faktor Pencegah Kanker Serviks di Kabupaten Sukoharjo.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(2), 204. https://doi.org/10.15294/kemas.v11i2.4208
M., H.-N., A., A., Y., M., M., F.-N., & M., N.-N. (2019). A review of betanodavirus vaccination
as preventive strategy to viral nervous necrosis (VNN) disease in grouper. Aquaculture
International, 27(5), 15651577. https://doi.org/10.1007/s10499-019-00410-5
Mubarak. (2016). Faktor yang Berhubungan dengan Penanganan. 2016.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 320
Munfrida, S. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan dan Ketrampilan
Kader Posyandu. Jurnal Ilmiah Media, 1(12).
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan aan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Nurlelawati, E., Devi, T. E. R., & Sumiati, I. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Kanker Serviks di RS Pusat Pertamina Jakarta. Midwife Journal, 5(1), 816.
Öz, M., & Kabataş Memiş, E. (2018). Effect of Multi Modal Representations on the Critical
Thinking Skills of the Fifth Grade Students. International Journal of Progressive Education,
14(2), 209227. https://doi.org/10.29329/ijpe.2018.139.15
Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Tasnim, T., Ramdany, R., Manurung, E. I., Sianturi,
E., Tompunu, M. R. G., Sitanggang, Y. F., & Maisyarah, M. (2021). Promosi kesehatan dan
perilaku kesehatan. Yayasan Kita Menulis.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. (2013). HPV dan laki-lakilembar fakta.
http://www.cdc.gov/std/HPV/ STD Fact-HPV-and-men.htm
Putri, S. L. (2019). Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara tentang Kanker Serviks.
Rachmani, E. P. N., Suhesti, T. S., Widiastuti, R., & Aditiyono, A. (2013). The breast of
anticancer from leaf extract of Annona muricata against cell line in T47D. Int J Appl Sci
Technol, 2(1), 198203.
Rahmawati, A. (2015). Sumber Informasi tentang Deteksi dini kanker servix pada wanita
pasangan usia subur< 20 tahun di kecamatan semarang utara kota semarang. Bidan Prada,
6(2).
Rajiah, K., Maharajan, M. K., & Nair, S. (2016). Pharmacy students’ knowledge and perceptions
about adverse drug reactions reporting and pharmacovigilance. Saudi Pharmaceutical
Journal, 24(5), 600604. https://doi.org/10.1016/j.jsps.2015.03.021
Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A., Stiyohadi, B., & Syam, A. (2012). Buku ajar Ilmu Penyakit: Vol.
VI (Jilid I). InternaPublishing.
Surbakti, E. (2020). Determinan Deteksi Dini Kanker Serviks pada Wanita Usia Subur. Jurnal
Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment,
Dentist), 15(2), 153160. https://doi.org/10.36911/pannmed.v15i2.671
Zulmiyetri, Z., Safaruddin, S., & Nurhastuti, N. (2020). Penulisan Karya Ilmiah. Kencana.