JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 1
Hubungan Antara Usia Dan Lama Penggunaan Ventilasi Mekanik Dengan
Kejadian VAP (Ventilator Associated Pneumoniae) pada Pasien di Ruang
ICU Rumah Sakit Khusus Paru Karawang
Dede Sutoyo
1
, Roma Tao Toba Muara Ria
2*
, Asep Paturohman
3
Universitas Borobudur, Indonesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah infeksi pneumonia
yang sering terjadi terkait dengan layanan kesehatan, khususnya di
Intensive Care Unit (ICU). Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan antara usia dan lama pemakaian
ventilasi mekanik dengan kejadian VAP pada pasien di ICU Rumah
Sakit Khusus Paru Karawang, dengan menggunakan alat ukur CPIS.
Metode penelitian ini bersifat observasional untuk menganalisis
hubungan antara paparan dan penyakit. Sampel yang diteliti
sebanyak 40 orang melalui teknik non probability sampling. Data
dianalisis secara deskriptif dan diuji menggunakan analisis bivariat
(spearman rank) serta univariat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 55% responden yang mengalami VAP adalah lansia. Selain
itu, ditemukan hubungan yang cukup kuat antara usia dan durasi
penggunaan ventilasi dengan kejadian VAP, dengan nilai P Value
masing-masing 0,01 dan 0,027. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
usia dan durasi penggunaan ventilasi mekanik merupakan faktor
penting yang berkontribusi terhadap kejadian VAP. Untuk
mengurangi risiko VAP, disarankan agar ICU
mengimplementasikan bundel pencegahan VAP secara ketat,
mengurangi durasi penggunaan ventilator jika memungkinkan, dan
meningkatkan pelatihan serta kepatuhan terhadap protokol yang ada.
Ventilator Associated
Pneumonia; CPIS
ABSTRACT
Keywords:
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) is a type of
pneumonia infection commonly associated with healthcare
services, particularly in Intensive Care Units (ICU). This
study aims to identify the relationship between age and the
duration of mechanical ventilation use with the incidence of
VAP in patients in the ICU of Karawang Special Pulmonary
Hospital, using the CPIS measurement tool. The research
method is observational, analyzing the relationship between
exposure and disease. The sample studied was 40 people
through non-probability sampling technique. The data were
analyzed descriptively and tested using bivariate (Spearman
rank) and univariate analysis. The study results showed that
55% of the respondents who experienced VAP were elderly.
Furthermore, a strong relationship was found between age
and the duration of ventilation use with the incidence of VAP,
with P values of 0.01 and 0.027, respectively. This study
concluded that the age and duration of use of mechanical
ventilation are important factors contributing to the incidence
of VAP. To reduce the risk of VAP, it is recommended that
ICUs implement a strict VAP prevention bundle, reduce the
Ventilator Associated Pneumonia;
CPIS
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 2
duration of ventilator use where possible, and improve
training and compliance with existing protocols.
Coresponden Author: Roma Tao Toba Muara Ria
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Ventilator adalah alat bantu pernapasan yang dapat digunakan untuk memberikan dukungan
pernapasan sebagian atau total bagi pasien (Atmaja, 2018; Atrie dkk., 2023; Wijayanti dkk., 2022).
Penggunaan ventilasi mekanik dapat dilakukan secara invasif maupun non-invasif (Idawati dkk., 2017;
Liang dkk., 2019; Saodah, 2019).
Ventilasi mekanik memainkan peran krusial dalam perawatan intensif dengan menyediakan
dukungan pernapasan untuk pasien yang mengalami gangguan respirasi berat, seperti pada kasus gagal
napas akut, trauma, atau penyakit paru-paru kronis. Fungsi utamanya adalah untuk memastikan aliran
udara yang memadai ke paru-paru, menjaga oksigenasi yang cukup, dan mengurangi beban kerja
pernapasan pasien.
Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah infeksi paru-paru yang terjadi pada pasien yang
menggunakan ventilasi mekanik untuk mendukung pernapasan mereka di unit perawatan intensif (ICU).
VAP merupakan salah satu komplikasi serius yang dapat muncul pada pasien kritis dan berpotensi
memperburuk kondisi mereka. Memahami infeksi ini sangat penting karena dapat mempengaruhi hasil
perawatan, meningkatkan durasi rawat inap, dan berkontribusi pada peningkatan morbiditas dan
mortalitas. Menurut Rahman et al. (2017), diagnosis VAP secara klinis ditegakkan berdasarkan CPIS,
yaitu adanya demam (> 38,3° C), leukositosis (> 10.000 mm³), sekret trakea purulen, serta infiltrat baru
atau menetap pada hasil radiologi. Definisi ini memiliki sensitivitas tinggi tetapi spesifisitas rendah,
seperti yang dikemukakan oleh Joseph, dkk, (2015) dalam (Apriyani dkk., 2021; Buston & Hariadi,
2020). Diagnosis VAP dengan spesifisitas tinggi dapat dilakukan dengan menghitung Clinical
Pulmonary Infection Score (CPIS), yang mengombinasikan data klinis, laboratorium, rasio tekanan
oksigen dengan fraksi oksigen, dan foto toraks (Fitriani, 2018; Sukamdi, 2023; Susanti dkk., 2017).
Selain CPIS, pendekatan lain yang juga dapat digunakan untuk mendukung diagnosis VAP adalah kultur
mikrobiologi dari sampel saluran pernapasan, seperti bronchoalveolar lavage (BAL) atau endotracheal
aspirate (ETA). Kultur ini membantu mengidentifikasi patogen penyebab infeksi dan menentukan
sensitivitas antibiotik yang tepat, sehingga pengobatan dapat lebih terarah. Kombinasi CPIS dengan
hasil kultur mikrobiologi dapat meningkatkan akurasi diagnosis VAP dan memungkinkan penanganan
yang lebih efektif, mengurangi risiko resistensi antibiotik dan memperbaiki hasil klinis pasien (Sukmadi,
2023).
VAP merupakan infeksi paru-paru yang dapat berkembang akibat introduksi mikroorganisme
melalui tabung endotrakeal dan ventilator, serta perubahan mekanik pada sistem pernapasan.
Komplikasi ini bukan hanya memperburuk kondisi pasien, tetapi juga meningkatkan risiko morbiditas,
memperpanjang waktu perawatan, dan memperbesar kemungkinan kematian, sehingga memerlukan
strategi pencegahan dan manajemen yang cermat untuk mengurangi risiko dan dampak negatifnya.
Faktor risiko Ventilator Associated Pneumonia (VAP) melibatkan berbagai aspek, termasuk
durasi penggunaan ventilasi mekanik dan usia pasien. Durasi penggunaan ventilasi mekanik yang lebih
lama sering kali berhubungan dengan peningkatan risiko VAP, karena waktu yang lebih lama di bawah
ventilasi mekanik meningkatkan kemungkinan paparan mikroorganisme dan potensi gangguan mekanik
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 3
pada sistem pernapasan. Usia pasien juga memainkan peran signifikan dalam risiko VAP. Pasien lansia
cenderung memiliki sistem imun yang lebih menurun dan fungsi paru-paru yang lebih rentan, sehingga
mereka lebih mudah mengalami infeksi. Respons imun yang berkurang pada lansia dapat mengurangi
kemampuannya untuk melawan infeksi, sementara perubahan fisiologis terkait usia dapat membuat
mereka lebih rentan terhadap komplikasi VAP. Oleh karena itu, memahami dan mengelola faktor risiko
ini adalah kunci untuk mencegah VAP dan meningkatkan hasil perawatan pasien di unit perawatan
intensif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara usia dan lama penggunaan
ventilator dengan kejadian VAP di Rumah Sakit Khusus Paru Karawang, serta memberikan
rekomendasi untuk meminimalkan risiko terjadinya VAP di masa depan. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengembangan protokol pencegahan infeksi di ICU,
serta meningkatkan kualitas perawatan pasien kritis yang menggunakan ventilator mekanik.
Metode Penelitian
Studi ini menerapkan desain kohort, yaitu sebuah penelitian epidemiologi analitik observasional
yang meneliti hubungan antara paparan dan penyakit dengan membandingkan kelompok yang terpapar
dan kelompok yang tidak terpapar berdasarkan status penyakitnya (Nuraini, 2018). Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah Purposive sampling, di mana sampel dipilih berdasarkan kriteria yang
ditentukan dan dianggap dapat mewakili populasi (representatif) (Notoatmodjo, 2015; Siyoto & Sodik,
2015). Kriteria inklusi meliputi penelitian yang dilakukan di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit
Khusus Paru Karawang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2023. Instrumen yang
digunakan adalah lembar pengamatan yang mencakup pengisian mengenai penggunaan ventilator, skala
CPIS, usia pasien, serta durasi penggunaan ventilator. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi
langsung oleh peneliti terhadap pasien dan perawat pelaksana, dengan bantuan kepala ruangan.
Jenis Uji Statistik dan Aplikasinya
Penelitian ini menggunakan uji bivariat (Spearman Rank) dan uji univariat untuk menganalisis data
yang dikumpulkan.
Uji Spearman Rank digunakan untuk menganalisis hubungan antara durasi penggunaan ventilasi
mekanik dengan kejadian VAP, serta untuk mengevaluasi hubungan antara usia pasien dengan
kejadian VAP.
Hasil dan Pembahasan
1. Karakteristik responden
Gambar 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pada Pasien Terpasang Ventilator
Berdasarkan data di atas, mayoritas responden berusia lanjut, yaitu sebanyak 22 orang
(55%).
25
55% (22)
20
45% (18)
15
10
Lansia
Dewasa
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 4
2. Lama penggunaan
Gambar 2 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Ventilator
Berdasarkan diagram di atas, hampir seluruh responden, sebanyak 38 orang (95%),
menggunakan ventilasi mekanik dalam durasi normal, yaitu ≤1 minggu.
3. Angka Kejadian Ventilator Association Pneumonia
Gambar 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian VAP Pada Responden Yang Terpasang
Ventilator
4. Analisis Bivariat
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Antara Usia Dengan Kejadian VAP Pada
Pasien Terpasang Ventilator
Kejadian VAP
Total
OR (95%CI)
p Value
VAP
Tidak VAP
N %
N %
N %
0,15
3
13,6
19
86,4
22
100
(0,03-0,7)
0,013
9
50
9
50
18
100
12
30
28
70
40
100
Berdasarkan tabel di atas, kejadian VAP pada responden sebagian besar terjadi pada lansia,
yaitu sebanyak 9 orang (30%), sedangkan sebagian besar responden yang tidak mengalami VAP
berada pada kelompok usia dewasa berjumlah 19 orang (84,4%). Hasil analisis mengindikasikan
Abnormal >1
minggu 5%
(2)
Normal <
1minggu
95% (38)
20
18
16
14
12
10
70% (28)
30% (12)
Terjadi VAP Tidak VAP
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 5
bahwa terdapat korelasi antara usia pasien dengan kejadian VAP. Hal ini dibuktikan dengan nilai
p-value 0,01 dan hasil odd ratio (OR) 0,15. Nilai OR tersebut dapat diartikan bahwa lansia lebih
berisiko sebanyak 0,15 kali terpapar VAP dibandingkan dengan yang usianya lebih muda.
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Antara Lama Penggunaan Ventilasi Mekanik
dengan Kejadian VAP
Lama
Penggunaan
Kejadian VAP
Total
RR
(95%CI)
p Value
VAP
Tidak VAP
N %
N %
N %
0,26
0,027
Normal ≤1
10
26,3
28
73,7
38
100
(0,15-
minggu
0,44)
Abnormal
2
100
0
0
2
100
>1 minggu
Total
12
30
28
70
40
100
Berdasarkan hasil penelitian, hampir setengah dari responden yang mengalami VAP adalah
mereka yang menggunakan ventilator dalam durasi kategori normal (≤ 1 minggu), dengan jumlah
10 responden (26,3%). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan antara durasi
penggunaan ventilator dengan kejadian VAP pada pasien di Intensive Care Unit Rumah Sakit
Khusus Paru Karawang, dengan nilai p sebesar 0,027. Estimasi risiko relatif (Relative Risk) sebesar
0,26 menunjukkan bahwa responden yang menggunakan ventilator dalam durasi normal (≤ 1
minggu) memiliki risiko 0,26 kali lipat untuk mengalami VAP dibandingkan dengan mereka yang
menggunakan ventilator dalam durasi abnormal (> 1 minggu).
Keterbatasan Penelitian dan Pengaruhnya Terhadap Hasil serta Interpretasi
1. Jumlah Sampel yang Terbatas: Penelitian ini melibatkan 40 responden yang merupakan pasien di
Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Khusus Paru Karawang. Meskipun jumlah ini sudah
cukup untuk analisis awal, namun jumlah sampel yang terbatas dapat mempengaruhi
representativitas hasil penelitian. Ukuran sampel yang kecil mungkin tidak dapat mencerminkan
populasi yang lebih luas, sehingga hasil penelitian ini perlu diinterpretasikan dengan hati-hati.
Dalam konteks ini, hasil yang didapatkan mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke populasi pasien
ICU di rumah sakit lain atau dalam konteks yang berbeda.
2. Desain Penelitian Observasional: Penelitian ini menggunakan desain observasional, yang memiliki
keterbatasan dalam mengontrol variabel lain yang mungkin mempengaruhi hasil. Sebagai contoh,
faktor-faktor seperti status gizi, kondisi komorbiditas, dan tingkat kebersihan mulut pasien
mungkin juga berkontribusi terhadap kejadian Ventilator-Associated Pneumonia (VAP).
Keterbatasan ini dapat mempengaruhi validitas internal penelitian, karena sulit untuk memastikan
bahwa hubungan yang ditemukan benar-benar disebabkan oleh variabel yang diteliti (usia dan lama
penggunaan ventilasi) tanpa adanya pengaruh dari variabel-variabel lain.
3. Keterbatasan Data Klinis: Data klinis yang digunakan dalam penelitian ini mungkin tidak
sepenuhnya lengkap atau akurat, mengingat pengumpulan data di lingkungan rumah sakit yang
mungkin menghadapi berbagai kendala, seperti kesibukan tenaga medis atau keterbatasan akses
terhadap informasi lengkap pasien. Keterbatasan ini dapat mempengaruhi ketepatan hasil analisis
dan interpretasi data, terutama jika ada data penting yang tidak tercatat dengan baik.
4. Potensi Bias Seleksi: Penggunaan teknik purposive sampling, meskipun sesuai untuk tujuan
penelitian ini, tetap memiliki risiko bias seleksi. Pasien yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu
mungkin memiliki karakteristik unik yang tidak dimiliki oleh populasi umum, sehingga dapat
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 6
mempengaruhi hasil penelitian. Bias ini dapat mengurangi validitas eksternal dan menghambat
upaya generalisasi hasil penelitian ke populasi yang lebih luas.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah lansia
berusia lebih dari 60 tahun, yaitu sebanyak 22 orang (55%). Hampir seluruh responden menggunakan
ventilasi mekanik dalam durasi lebih dari 48 jam dengan kategori normal (≤1 minggu), sebanyak 38
orang (95%). Di antara responden tersebut, hampir setengahnya mengalami VAP, yaitu sebanyak 12
orang (30%). Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan signifikan antara usia dan kejadian
VAP, dengan nilai p sebesar 0,01. Selain itu, terdapat hubungan yang signifikan antara durasi
penggunaan ventilator dan kejadian VAP, dengan nilai p sebesar 0,027. Berikut adalah rekomendasi
untuk mengurangi kejadian VAP di ICU: Implementasi Bundel Pencegahan VAP: Terapkan bundel
pencegahan secara konsisten, termasuk menjaga kebersihan mulut dengan antiseptik seperti
chlorhexidine dan melakukan perawatan saluran pernapasan secara rutin. Pengurangan Durasi Ventilasi
Mekanik: Minimalkan durasi penggunaan ventilator dan lakukan weaning lebih awal jika
memungkinkan. Kepatuhan pada Protokol: Pastikan protokol ICU, seperti menjaga posisi kepala tempat
tidur 30-45 derajat, diterapkan dengan ketat. Pelatihan dan Edukasi: Adakan pelatihan berkala bagi staf
ICU mengenai pentingnya pencegahan VAP dan deteksi dini infeksi. Monitoring dan Evaluasi: Monitor
secara berkala angka kejadian VAP dan evaluasi efektivitas protokol untuk perbaikan berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Apriyani, A., Syahri, H., & Ardianty, S. (2021). A Literatur Review: Factors Related to Nurse’s
Knowledge of Prevention of Ventilator Associated Pneumonia (VAP) in ICU. Masker Medika,
9(1), 372384.
Atmaja, H. K. (2018). Komparasi Pemberian Hexadol dan Chlorhexidine sebagai Oral Hygiene terhadap
Pencegahan Ventilator Associated Pneumonia (VAP). Jurnal Kesehatan Prima, 8(1), 11851191.
Atrie, U. Y., Siagian, Y., Widiastuti, L., Wati, L., & Sitindaon, S. H. (2023). Pelatihan Massage
Effleurage Menggunakan Olive Oil Pada Perawat Sebagai Upaya Pencegahan Kejadian Dekubitus
Pasien Stroke Di Intensive Care Unit. Jurnal Peduli Masyarakat, 5(3), 753766.
Buston, E., & Hariadi, E. (2020). Hubungan Jumlah Sekret dengan Kejadian VAP (Ventilator
Associated Pneumonia) pada Pasien di ICU RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Journal of Nursing
and Public Health, 8(2), 2226.
Fitriani, D. (2018). Hubungan Pengettahuan Perawat tentang Pencegahan Ventilator Associated
Pneumonia (VAP) dengan Peningkatan Angka VAP di Ruang ICU Rumah Sakit Sari Asih
Karawaci Tangerang. Edudharma Journal, 2(1), 4662.
Idawati, S., Huriani, E., & Gusty, R. P. (2017). Tingkat Pengetahuan Perawat Dan Penerapan Ventilator
Associated Pneumonia Bundle Di Ruang Perawatan Intensif. Ners: Jurnal Keperawatan, 13(1),
3441.
Liang, J. M., Li, Z. M., Dong, H. M., & Xu, C. B. (2019). Prognostic factors associated with mortality
in mechanically ventilated patients in the intensive care unit A single-center, retrospective cohort
study of 905 patients. Medicine, 98(42).
Notoatmodjo. (2015). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Nuraini. (2018). Metodologi penelitian kohort dalam kelompok terpapar : Rineka Cipta. Rineka Cipta.
Rahman, D., Huriani, E., & Julita, E. (2017). Ventilator Associated Pneumonia pada klien dengan
ventilasi mekanik menggunakan indikator clinical pulmonary infection score (CPIS). Jurnal Ners,
6(2), 126135.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 7
Saodah, S. (2019). Knowledge of Guideline VAP Bundle Improves Nurse Compliance Levels in
Preventing Associated Pneumonia (VAP) Ventilation in the Intensive Care Unit. Media
Keperawatan Indonesia, 2(3), 113. https://doi.org/10.26714/mki.2.3.2019.113-120
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing.
Sukamdi, A. (2023). Monograf Efektifitas Suction Above Cuff Endotracheal Tube dalam Mencegah
Ventilator Associated Penumonia pada Pasien Kritis. PT. Pena Persada Kerta Utama.
Sukmadi, A. (2023). Monograf Efektifitas Suction Above Cuff Endotracheal Tube Dalam Mencegah
Ventilator Associated Penumonia Pada Pasien Kritis. CV Pena Persada.
Susanti, E., Utomo, W., & Dewi, Y. I. (2017). Identifikasi Faktor Resiko Kejadian Infeksi Nosokomial
Pneumonia Pada Pasien Yang Terpasang Ventilator Di Ruang Intensive Care. Jurnal Online
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 2(1), 590599.
Wijayanti, L., Septianingrum, Y., & Sulistyorini, S. (2022). Komunikasi Interaktif dalam
Mengurangi Kecemasan Keluarga Penderita COVID-19 di Ruang ICU. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 7(1), 251257.