JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 887
Peningkatan Insiden Trombosis Mesenterial Terkait Infeksi Pasca
Covid-19: Sebuah Kasus Serial
Michael Tendean
1
, Toar DB Mambu
2
, Ferdinand Tjandra
3
, Billy Salem
4
,
Jimmy Panelewen
5
, Nuzly Akmal
6
RSUP Prof Dr RD Kandou, Manado, Indonesia
Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia
Email: michaeltendean@dosenIb.unsrat.ac.id, toarm[email protected]t.ac.id,
ferdinandtjandra@dosenIb.Unsrat.ac.id, jimmypanele[email protected]rat.ac.id,
nuzlyakmal07@migmail.com
ABSTRAK
Kata Kunci:
Pendahuluan: Penyakit virus corona 2019 (COVID-19) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut
coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Keadaan hiperkoagulasi COVID-19
dapat meningkatkan risiko komplikasi trombosis dan tromboemboli.
Trombosis mesenterika adalah komplikasi vaskular yang umumnya
terkait dengan hiperkoagulabilitas, yang mengakibatkan nyeri perut
dan iskemia usus. Presentasi kasus: kami melaporkan 3 kasus pasien
yang datang kepada kami setelah terinfeksi Covid-19, yang datang
dengan keluhan dan gejala berupa nyeri perut hebat, kembung
dengan tanda-tanda obstruksi, dengan hasil D-dimer yang tinggi.
Dilakukan laparotomi darurat dan ditemukan trombosis mesenterika,
dilakukan reseksi anastomosis dan heparinisasi pasca operasi.
Diskusi: Trombosis Mesenterika setelah Covid 19 biasanya muncul
dengan gejala abdomen akut dan pemeriksaan d-dimer yang
meningkat. Laparotomi darurat dilakukan dengan reseksi
anastomosis usus, diikuti dengan heparinisasi pasca operasi. Dua
pasien menunjukkan hasil yang baik dan menjalani rawat jalan, tidak
ditemukan adanya kebocoran anastomosis maupun sindrom usus
pendek. Gegar otak: Diagnosis trombosis mesenterika dapat
dicurigai pada pasien pasca Covid-19 dengan gejala abdomen akut
di mana terdapat peningkatan D-Dimer.
ABSTRACT
Introduction: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) is an
infectious disease caused by acute respiratory syndrome
coronavirus-2 (SARS-CoV-2). The hypercoagulation state of
COVID-19 can increase the risk of thrombosis and
thromboembolic complications. Mesenteric thrombosis is a
vascular complication commonly associated with
hypercoagulability, resulting in abdominal pain and intestinal
ischemia. Case presentation: we reported 3 cases of patients
who came to us after being infected with Covid-19, who came
with complaints and symptoms in the form of severe abdominal
pain, bloating with signs of obstruction, with high D-dimer
results. An emergency laparotomy was performed and
mesenteric thrombosis was found, anastomosis resection and
postoperative heparinization were performed. Discussion:
Mesenteric thrombosis after Covid 19 usually presents with
acute abdominal symptoms and increased d-dimer
examination. An emergency laparotomy is performed with
Pasca COVID-19;
Trombosis Mesenterika;
D-Dimer; Koagulopati
Keywords:
Post-COVID-19; Mesenteric
thrombosis; D-Dimer;
Koagulopathy
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Month 2024 | 888
intestinal anastomosis resection, followed by postoperative
heparinization. Two patients showed promising results and
underwent outpatient treatment, no leakage of anastomosis or
short bowel syndrome was found. Concussion: Diagnosis of
mesenteric thrombosis can be suspected in post-COVID-19
patients with acute abdominal symptoms in which there is an
increase in D-Dimer.
Coresponden Author: Michael Tendean
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Penyakit virus corona 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
sindrom pernapasan akut parah coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Orang yang terjangkit COVID-19
dapat mengalami gejala-gejala seperti demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas (Zendrato,
2020). COVID-19 telah menyebar secara global dan menjadi pandemi baru. Pandemi global
COVID-19 telah menciptakan berbagai risiko di seluruh dunia. COVID-19 telah menyebar ke
213 negara dan menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Pada tanggal 31 Maret 2020, COVID-
19 dinyatakan sebagai pandemi di Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020
tentang penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 di Indonesia
.(Firdaus & Pakpahan, 2020)
Dalam banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, mirip
dengan gejala flu. Namun, virus ini juga dapat menyebabkan infeksi pernapasan yang parah,
seperti pneumonia. Meskipun manifestasi klinis COVID-19 terutama memengaruhi sistem
pernapasan, koagulopati sering terjadi pada kasus yang parah dan dikaitkan dengan peningkatan
angka kematian (Willim dkk., 2020). Keadaan hiperkoagulasi pada COVID-19 dapat
meningkatkan risiko komplikasi trombosis dan tromboemboli, terutama tromboemboli vena.
Peningkatan D-dimer merupakan penanda koagulopati yang sering ditemukan pada
pasien COVID-19 yang parah dan berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit (Levi dkk.,
2020). Trombosis mesenterika merupakan komplikasi vaskular yang umumnya berhubungan
dengan hiperkoagulabilitas, yang mengakibatkan nyeri perut dan iskemia usus (Alemán &
Cevallos, 2021). Trombus vena mesenterika, digambarkan sebagai kondisi trombotik yang dapat
bersifat akut, subakut, atau kronis yang terjadi pada vena atau cabang mesenterika superior atau
inferior (Demelo-Rodríguez dkk., 2023).
Faktor risiko umum untuk trombus vena mesenterika meliputi sejumlah kondisi seperti
operasi perut, penyakit radang usus, infeksi intraabdomen, trauma abdomen, penyakit hati, dan
kanker (Sulger dkk., 2022). Gejala klinis yang sering muncul pada kasus MVT akut antara lain
nyeri perut yang signifikan (muncul pada sekitar 91-100% kasus MVT), konstipasi, kehilangan
nafsu makan, mual, muntah, melena, dan demam. Selain itu, gejala lain dari trombus vena
mesenterika antara lain nyeri perut, pembengkakan perut, dan penumpukan cairan di rongga perut
(asites) (Permata dkk., 2023).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 889
Laporan Kasus
Tiga kasus yang kami laporkan:
Seorang pria berusia 34 tahun datang dengan nyeri perut yang parah disertai dengan
distensi abdomen, dan pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda obstruksi tingkat tinggi. Dengan
hasil tes D-Dimer 4,6 µg/mL, pasien memiliki riwayat infeksi COVID-19 2 bulan yang lalu.
Operasi laparotomi eksplorasi menunjukkan iskemia pada jejunum sekitar 15 cm, dan reseksi
anastomosis dilakukan, diikuti dengan heparinisasi pasca operasi. Pasien selamat tanpa ada tanda-
tanda kebocoran anastomosis yang ditemukan selama masa tindak lanjut.
Gambar 1. A. Gambar iskemik jejunal ± 15 cm. gambar B. trombus di
mesenterium. C. Setelah reseksi Anastomosis jejunum site to site
Seorang pria berusia 64 tahun datang dengan keluhan dan temuan pemeriksaan fisik yang
serupa dengan pasien pertama, termasuk nyeri perut yang parah dan kembung. Tes D-Dimer
menunjukkan hasil 3,8 µg/mL, dan pasien memiliki riwayat infeksi COVID-19 3 bulan yang lalu.
Pembedahan menunjukkan adanya iskemia pada jejunum sekitar 25 cm, dan reseksi anastomosis
dilakukan, diikuti dengan heparinisasi pasca operasi. Pasien selamat tanpa ada tanda-tanda
kebocoran anastomosis yang ditemukan selama masa tindak lanjut.
Gambar 2. A. Gambar iskemia jejunum ± 25 cm. gambar B. trombus di mesenterium. C.
Setelah reseksi situs Jejunum ke situs anastomosis
Seorang pria berusia 53 tahun mengeluhkan nyeri perut hebat yang dirasakan di seluruh
bagian perut, dengan tanda-tanda peritonitis yang teramati pada pemeriksaan. Hasil tes D-Dimer
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Month 2024 | 890
adalah 3,4 µg/mL, dan pasien memiliki riwayat infeksi COVID-19 2 bulan yang lalu. Pembedahan
menunjukkan adanya perubahan iskemik dan nekrotik pada jejunum, diikuti dengan reseksi
anastomosis. Namun, pasien meninggal 1 hari setelah operasi. Tercatat bahwa pada awalnya,
pasien menolak operasi, dan ketika dia setuju untuk menjalani prosedur, dia sudah mengalami
syok septik.
Gambar 3. A. Gambar iskemia jejunum ± 25 cm. gambar B. trombus di
mesenterium. C. Setelah reseksi situs Jejunum ke situs anastomosis.
Hasil Dan Pembahasan
Trombosis Mesenterika adalah kondisi serius di mana terjadi pembentukan bekuan darah
di vena mesenterika superior, sebuah pembuluh darah yang berperan dalam mengalirkan darah
dari usus kecil ke hati (Sulger dkk., 2022). Bekuan darah ini dapat mengganggu aliran darah
normal di antara berbagai organ di perut, menyebabkan berbagai komplikasi. Bekuan darah yang
terjadi di vena mesenterika dapat menyebabkan pembengkakan jaringan di usus dan mengganggu
aliran darah ke bagian sistem pencernaan, yang merupakan kondisi yang disebut iskemia
mesenterika (Russell dkk., 2015). Iskemia ini mengakibatkan organ pencernaan tidak
mendapatkan pasokan darah yang cukup beroksigen, yang pada gilirannya dapat mengganggu
fungsi normalnya. Kurangnya pasokan darah dan oksigen dapat menyebabkan kerusakan jaringan
di organ pencernaan. Dalam kasus yang parah, ini dapat menyebabkan kematian jaringan.
Kondisi ini dapat memperburuk lagi oleh fakta bahwa bekuan darah di vena mesenterika
juga dapat menyebabkan pembentukan lubang di usus, yang menyebabkan isi usus bocor ke
dalam ruang sekitarnya (Blumberg & Maldonado, 2016). Ketika isi usus bocor ke ruang di
sekitarnya, konten usus yang kaya akan bakteri dapat menyebabkan infeksi serius. Bakteri ini bisa
menyebar ke area tubuh lainnya, yang dapat mengakibatkan kondisi yang disebut sepsis. Sepsis
adalah respons sistemik tubuh terhadap infeksi, di mana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara
berlebihan dan dapat mengancam jiwa jika tidak diobati dengan cepat (Wiersinga dkk., 2014).
Hal ini mengartikan bahwa pembekuan darah yang terjadi di vena mesentrika mengakibatkan
kerusakan pada organ-organ, kemudian dapat dengan cepat mempengaruhi fungsi tubuh.
Trombosis Mesenterika dapat menampilkan gejala yang sangat bervariasi, tergantung
pada seberapa cepat bekuan darah terbentuk, seberapa besar bekuan darah tersebut, dan seberapa
besar aliran darah yang terpengaruh. Beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala sama
sekali, terutama jika kondisi ini berkembang secara kronis. Namun, pada beberapa kasus,
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 891
gejalanya dapat sangat jelas dan serius. Pada trombosis akut, gejalanya dapat menyebabkan kram
perut yang tiba-tiba dan parah. Pada bentuk subakut, nyeri perut yang tidak jelas dapat datang dan
hilang selama beberapa hari atau minggu (Blumberg & Maldonado, 2016).
Gejala Trombosis Mesenterika dapat bervariasi, tetapi sering kali termasuk nyeri perut
yang hebat, mual dan muntah, perut kembung, diare, dan demam (Wojciechowski dkk., 2017).
Namun, harus diperhatikan bahwa gejala ini juga dapat terjadi pada kondisi lain, sehingga
diagnosis yang akurat sangat penting untuk memulai pengobatan yang tepat. Salah satu faktor
risiko yang telah diidentifikasi dalam hubungannya dengan Trombosis Mesenterika adalah pasien
yang telah mengalami infeksi COVID-19. COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
SARS-CoV-2, yang pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2019 dan kemudian menjadi
pandemi global beberapa tahun kebelakang (Agarwal dkk., 2020). Virus ini dapat menyebabkan
berbagai komplikasi yang melibatkan sistem pernapasan, jantung, pembuluh darah, dan bahkan
dapat meningkatkan risiko pembekuan darah.
Trombosis Mesenterika yang terjadi pada pasien pasca COVID-19 dapat disebabkan oleh
hiperkoagulabilitas darah (Alemán & Cevallos, 2021; Levi dkk., 2020). COVID-19 telah terbukti
menyebabkan hiperkoagulabilitas, yang merupakan peningkatan kecenderungan darah untuk
membentuk bekuan darah atau mengalami penggumpalan. Ketika seseorang terinfeksi virus
COVID-19, tubuh dapat mengalami respon imun yang berlebihan sebagai upaya untuk melawan
virus tersebut. Proses ini dapat menyebabkan apa yang disebut sebagai "badai sitokin," yaitu
respons inflamasi sistemik yang sangat kuat (Desai dkk., 2021).
Badai sitokin ini dapat memicu hiperinflamasi sistemik, yang mana respons inflamasi
tubuh menjadi sangat meningkat dan terjadi di seluruh tubuh (Q. Huang dkk., 2020). Akibatnya,
sistem koagulasi dalam tubuh juga bisa teraktivasi secara berlebihan, menyebabkan
hiperkoagulabilitas dengan kondisi darah menjadi lebih cenderung membentuk bekuan atau
menggumpal. Sejalan dengan temuan kasus dalam penelitian ini, yang melaporkan tiga pasien
bahwa mereka semua memiliki riwayat terjangkit COVID-19, dengan satu pasien terkena infeksi
tiga bulan yang lalu, dan dua pasien terjangkit dua bulan yang lalu. Hasil temuan ini menyarankan
adanya korelasi antara infeksi COVID-19 dan risiko mengalami Trombosis Mesenterika karena
meningkatnya kemungkinan pembekuan darah di periode pasca-infeksi.
Kadar D-dimer yang meningkat adalah hal yang umum terjadi pada pasien COVID-19
yang mengalami komplikasi koagulopati (Cheung dkk., 2020). D-dimer sendiri merupakan
komponen protein yang membantu dalam proses pembekuan darah atau penggumpalan. Secara
normal, kadar D-dimer di bawah 500 nanograms per mililiter (ng/mL), namun jika melebihi angka
tersebut, bisa menunjukkan adanya pembentukan bekuan darah yang telah terjadi. Tes D-dimer
dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pasien, dan jika hasilnya melebihi batas normal,
langkah penanganan yang cepat dan tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi serius (Desai
dkk., 2021). Dalam tiga kasus yang dilaporkan, pasien-pasien tersebut mengalami gejala yang
serupa, yaitu nyeri perut hebat, kembung, dan tanda-tanda obstruksi pada bagian tinggi dari
saluran pencernaan. Temuan kadar D-dimer yang tinggi pada tiga kasus tersebut, masing-masing
sebesar D-Dimer 4,6 µg/mL, D-Dimer 3,8 µg/mL, dan D-dimer 3,4 µg/mL, menunjukkan adanya
risiko yang lebih tinggi untuk pembekuan darah yang tidak normal.
Penyedia layanan kesehatan menganggap kondisi ini jarang terjadi, dengan angka
kejadiannya diperkirakan berkisar antara 0,002-0,06% pasien rawat inap dan sekitar 0,01% dari
semua penerimaan bedah darurat (Sertkaya, 2021). Meskipun jarang, kondisi ini merupakan
keadaan yang serius karena dapat menyebabkan gangguan pasokan darah ke usus dan komplikasi
yang berpotensi mengancam jiwa. Trombosis mesenterika dapat terjadi pada semua usia,
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Month 2024 | 892
umumnya kondisi ini lebih sering menyerang orang dewasa, terutama di usia 45-60 tahun dengan
dominasi sedikit laki-laki disbanding perempuan (Hmoud dkk., 2014). Namun, kasus-kasus yang
dilaporkan dalam penelitian ini menunjukkan adanya variasi usia yang lebih luas. Rentang usia
pasien yang dilaporkan termasuk seorang pria berusia 34 tahun, seorang pria berusia 64 tahun,
dan seorang pria berusia 53 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa trombosis mesenterika tidak selalu
terbatas pada kelompok usia tertentu dan dapat terjadi pada berbagai rentang usia.
Sementara itu, penanganan dilakukan dengan melakukan reseksi anastomosis, yang
merupakan prosedur bedah yang dilakukan oleh ahli bedah untuk mengatasi sumbatan atau
penyumbatan dalam arteri, vena, atau bagian usus. Prosedur ini melibatkan pengangkatan bagian
yang tersumbat atau terpengaruh oleh trombosis dalam suatu reseksi (E. Huang, 2022). Setelah
bagian yang terpengaruh telah diangkat, ahli bedah akan membuat sambungan buatan antara dua
ujung saluran yang terputus, yang disebut anastomosis. Sambungan ini menghubungkan dua
ujung saluran menjadi satu, memungkinkan aliran darah atau aliran makanan untuk kembali
normal. Misalnya, dalam kasus reseksi usus, jika sebagian dari usus harus diangkat karena
gangguan pembekuan darah atau trombosis, kedua ujung usus yang terputus akan disambung
kembali melalui prosedur reseksi anastomosis.
Dalam kasus yang dilaporkan, ketiga pasien sama-sama diberikan tindakan operatif
berupa reseksi anastomosis. Setelah tindakan operatif, dua pasien didapati tidak memiliki tanda-
tanda leakage pasca operatif. Leakage pasca operatif merupakan kondisi kebocoran usus akibat
dari proses penyembuhan anastomosis (Schif dkk., 2016). Kecuali satu pasien yang tidak dapat
dinilai leakage anastomosinya karena pasien meninggal 1 hari pasca operatif, akibat karena pasien
menunda untuk tindakan operatif serta sudah didapatkan adanya tanda-tanda syok sepsis.
Berdasarkan kasus tersebut menunjukan bahwa keterlambatan dalam penanganan
Trombosis Mesenterika dapat memiliki konsekuensi yang fatal dan mengancam nyawa pasien.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa sedikit keterlambatan dalam menangani kondisi
ini bisa berdampak serius. Diagnosis yang ditegakkan secara cepat dan tindakan penanganan yang
tepat sangat penting untuk memastikan prognosis yang baik bagi pasien. Para dokter perlu
memiliki kesadaran yang tinggi terhadap risiko TM pada pasien yang telah mengalami infeksi
COVID-19, dan harus segera mencari pengobatan jika ada kecurigaan akan TM. Melalui
penanganan yang tepat dan cepat, pasien dapat terhindar dari risiko komplikasi serius yang terkait
dengan kondisi ini, serta meningkatkan peluang kesembuhan dan pemulihan yang optimal.
Kesimpulan
Serangkaian kasus telah dilaporkan, di mana tiga pasien yang mengalami infeksi pasca-
Covid-19 datang dengan keluhan nyeri perut yang parah, kembung, dan tanda-tanda obstruksi.
Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar D-dimer yang tinggi. Intervensi bedah dilakukan dan
ditemukan trombosis mesenterika. Reseksi anastomosis dilakukan, dan hasil pasca operasi
memuaskan tanpa ditemukan adanya kebocoran. Diagnosis dini dan penanganan yang tepat
memiliki dampak yang signifikan terhadap kesembuhan pasien. Trombosis Mesenterika setelah
Covid-19 sering ditandai dengan gejala perut akut dan peningkatan kadar D-dimer. Laparotomi
darurat sering kali diperlukan, dengan anastomosis reseksi yang dilakukan pada usus diikuti
dengan pemberian heparin pasca operasi. Dua pasien menunjukkan hasil yang positif dan
dipulangkan untuk menjalani rawat jalan tanpa ditemukan adanya kebocoran pada anastomosis
atau sindrom usus pendek. Pada kasus pasien pasca-Covid-19 dengan gejala abdomen akut dan
peningkatan kadar D-dimer, diagnosis trombosis mesenterika harus dipertimbangkan.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 893
Daftar Pustaka
Agarwal, K. M., Mohapatra, S., Sharma, P., Sharma, S., Bhatia, D., & Mishra, A. (2020). Study
and overview of the novel corona virus disease (COVID-19). Sensors International, 1,
100037. https://doi.org/10.1016/j.sintl.2020.100037
Alemán, W., & Cevallos, L. C. (2021). Subacute mesenteric venous thrombosis secondary to
COVID-19: A late thrombotic complication in a nonsevere patient. Radiology Case Reports,
16(4), 899902. https://doi.org/10.1016/j.radcr.2021.01.039
Blumberg, S. N., & Maldonado, T. S. (2016). Mesenteric venous thrombosis. Journal of Vascular
Surgery: Venous and Lymphatic Disorders, 4(4), 501507.
https://doi.org/10.1016/j.jvsv.2016.04.002
Cheung, S., Quiwa, J. C., Pillai, A., Onwu, C., Tharayil, Z. J., & Gupta, R. (2020). Superior
Mesenteric Artery Thrombosis and Acute Intestinal Ischemia as a Consequence of COVID-
19 Infection. American Journal of Case Reports, 21. https://doi.org/10.12659/AJCR.925753
Demelo-Rodríguez, P., Ordieres-Ortega, L., & Oblitas, C.-M. (2023). Mesenteric venous
thrombosis. Medicina Clínica (English Edition), 160(9), 400406.
https://doi.org/10.1016/j.medcle.2023.01.010
Desai, H. D., Sharma, K., Parikh, A., Patel, K., Trivedi, J., Desai, R., Patel, P. P., Patel, Z., Patel,
S., & Kini, S. (2021). Predictors of Mortality Amongst Tocilizumab Administered COVID-
19 Asian Indians: A Premonition Study From a Tertiary Care Centre. Cureus.
https://doi.org/10.7759/cureus.13116
Firdaus, A., & Pakpahan, R. H. (2020). Kebijakan Hukum Pidana s Uebagai
Upaya Penanggulanagan Kedaruratan COVID-19. Majalah Hukum Nasional, 50(2), 201
219. https://doi.org/10.33331/mhn.v50i2.61
Hmoud, B., Singal, A. K., & Kamath, P. S. (2014). Mesenteric Venous Thrombosis. Journal of
Clinical and Experimental Hepatology, 4(3), 257263.
https://doi.org/10.1016/j.jceh.2014.03.052
Huang, E. (2022). Constructing a sound anastomosis. Seminars in Colon and Rectal Surgery,
33(2), 100878. https://doi.org/10.1016/j.scrs.2022.100878
Huang, Q., Wu, X., Zheng, X., Luo, S., Xu, S., & Weng, J. (2020). Targeting inflammation and
cytokine storm in COVID-19. Pharmacological Research, 159, 105051.
https://doi.org/10.1016/j.phrs.2020.105051
Levi, M., Thachil, J., Iba, T., & Levy, J. H. (2020). Coagulation abnormalities and thrombosis in
patients with COVID-19. The Lancet Haematology, 7(6), e438e440.
https://doi.org/10.1016/S2352-3026(20)30145-9
Permata, A., Nugrahni, A., Natalia, C., & Theresia, T. (2023). Manajemen Respirasi Pasien
Thrombus Vena Mesenterika-porta Dan Suspek Limfoma: Studi Kasus. Nursing Current:
Jurnal Keperawatan, 11(1), 81. https://doi.org/10.19166/nc.v11i1.6788
Russell, C. E., Wadhera, R. K., & Piazza, G. (2015). Mesenteric Venous Thrombosis. Circulation,
131(18), 15991603. https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.114.012871
Schif, A., Brady, B. L., Ghosh, S. K., Roy, S., Ruetsch, C., & Fegelma, E. (2016). Estimated Rate
of Post-Operative Anastomotic Leak Following Colorectal Resection Surgery: A Systematic
Review. Journal of Surgery and Surgical Research, 2(1), 060067.
Sertkaya, M. (2021). Superior Mesenteric Vein Trombosis: Two Sample Cases. Dalam Recent
Developments in Medicine and Medical Research Vol. 16 (hlm. 146155). Book Publisher
International (a part of SCIENCEDOMAIN International).
https://doi.org/10.9734/bpi/rdmmr/v16/4376F
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Month 2024 | 894
Sulger, E., Dhaliwal, H. S., Goyal, A., & Gonzalez, L. (2022). Mesenteric Venous Thrombosis.
StatPearls. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459184/
Wiersinga, W. J., Leopold, S. J., Cranendonk, D. R., & van der Poll, T. (2014). Host innate
immune responses to sepsis. Virulence, 5(1), 3644. https://doi.org/10.4161/viru.25436
Willim, H. A., Hardigaloeh, A. T., Supit, A. I., & Handriyani, H. (2020). Koagulopati pada
Coronavirus Disease-2019 (COVID-19): Tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis, 11(3),
11301137. https://doi.org/10.15562/ism.v11i3.766
Wojciechowski, A. L., Bajwa, R. P., & Thatigotla, B. (2017). Mesenteric venous thrombosis
precipitated by foodborne gastrointestinal illness. Oxford Medical Case Reports, 2017(3).
https://doi.org/10.1093/omcr/omx004
Zendrato, W. (2020). Gerakan mencegah dari pada mengobati terhadap pandemi covid-19. Jurnal
Education and development, 8(2), 242242.