JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Uji Kadar Fenolik Total dan Uji Kapasitas Antioksidan Daun Kunyit
(Curcuma longa) dengan Metode ABTS
Peterjohn Andrew Benhard Rumengan
1*
, David Limanan
2
, Eny Yulianti
3
,
Frans Ferdinal
4
Universitas Tarumanagara, Indonesia
Email: peterjohn.40521010[email protected], david[email protected]tar.ac.id
ABSTRAK
Kata Kunci:
Curcuma longa; Daun
kunyit; Antioksidan; ABTS;
Fenolik
Bisphenol-A yang ditemukan pada beberapa galon minuman
dapat menyebabkan ketidakseimbangan Reactive Oxygen
Species (ROS) dengan meningkatkan mediator oksidatif dan
menurunkan enzim antioksidan. Kadar ROS yang berlebihan
memicu stres oksidatif, merusak makromolekul penting
seperti lipid, protein, karbohidrat, dan asam nukleat, yang
dapat menyebabkan penyakit metabolik dan degeneratif.
Antioksidan memiliki peran penting dalam mencegah stres
oksidatif dengan menghambat produksi ROS berlebih. Kunyit
(Curcuma longa) merupakan tanaman herbal yang banyak
digunakan di Indonesia, dengan daun yang diketahui kaya
akan antioksidan dan fenolik. Penelitian ini bertujuan untuk
menilai kapasitas antioksidan dan kadar fenolik total dari daun
kunyit. Metode eksperimen yang digunakan adalah uji ABTS
dan pengukuran kadar fenolik dengan asam galat. Ekstrak
daun kunyit menunjukkan nilai IC50 sebesar 27,895 µg/mL
dan kadar fenolik total sebesar 153,184 mgGAE/g. Uji ABTS
menghasilkan nilai IC50 <50 µg/mL, yang menunjukkan
kapasitas antioksidan yang sangat kuat. Temuan ini
menunjukkan bahwa ekstrak daun kunyit memiliki potensi
besar untuk dikembangkan sebagai pengobatan alternatif
untuk penyakit metabolik dan degeneratif. Aktivitas
antioksidan yang kuat dan kandungan fenolik tinggi
menjadikan daun kunyit sumber alami yang menjanjikan
untuk eksplorasi lebih lanjut dalam bidang pengobatan.
ABSTRACT
The presence of Bisphenol-A in certain gallon drinks has been
linked to an imbalance of Reactive Oxygen Species (ROS),
whereby oxidative mediators are increased while antioxidant
enzymes are decreased. Elevated levels of ROS can induce
oxidative stress, which in turn damages essential
macromolecules, including lipids, proteins, carbohydrates,
and nucleic acids. This can contribute to the development of
metabolic and degenerative diseases. Antioxidants play a
pivotal role in the prevention of oxidative stress by inhibiting
the production of excess ROS. The herb turmeric (Curcuma
longa) is a widely used plant in Indonesia, with the leaves
known to be rich in antioxidants and phenolics. The objective
of this study is to assess the antioxidant capacity and total
phenolic content of turmeric leaves. The experimental methods
Keywords:
Curcuma longa; Turmeric
leaf; Antioxidant; ABTS;
Phenolic
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 117
employed were the ABTS assay and the measurement of
phenolic content with gallic acid. The IC50 value of the
turmeric leaf extract was determined to be 27.895 µg/mL,
while its total phenolic content was found to be 153.184
mgGAE/g. The ABTS assay yielded an IC50 value of <50
µg/mL, indicating a very strong antioxidant capacity. These
findings suggest that turmeric leaf extract has great potential
to be developed as an alternative treatment for metabolic and
degenerative diseases. The strong antioxidant activity and
high phenolic content make turmeric leaves a promising
natural source for further exploration in the field of medicine..
Coresponden Author: Peterjohn Andrew Benhard Rumengan
Email: peterjohn.4052101[email protected].id
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Stress oksidatif yang disebabkan oleh akumulasi reactive oxygen species (ROS),
reactive nitrogen species (RNS), dan radikal bebas yang lain berkontribusi dalam
progresivitas penyakit metabolik dan degeneratif seperti diabetes, obesitas, alzheimer,
dan penyakit parkinson
(Reddy, 2023). Antioksidan merupakan molekul yang dapat
menjadi pertahanan untuk mencegah terjadinya stress oksidatif pada sel serta
menghambat produksi ROS yang berlebihan (Arief & Widodo, 2018). Sumber
antioksidan dapat dibagi menjadi endogen dan eksogen. Diet makanan berupa tanaman
yang kaya akan antioksidan seperti flavonoid dan asam fenolik merupakan sumber
antioksidan eksogen (Ilmiah dkk., 2023). Antioksidan eksogen dapat membantu
pertahanan antioksidan endogen dalam menjaga stress (Flieger dkk., 2021; Yan &
Asmah, 2010).
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tanaman kunyit, terutama bagian
rimpangnya, memiliki potensi yang besar sebagai sumber antioksidan, antiinflamasi, dan
antitumor. Studi oleh Ahn dkk. (2014) menemukan bahwa senyawa bioaktif dalam
rimpang kunyit memiliki aktivitas antioksidan yang signifikan. Selain itu, penelitian oleh
S. Kim dkk. (2019) menunjukkan bahwa ekstrak daun kunyit juga memiliki potensi
antioksidan yang kuat. Namun, sebagian besar penelitian masih berfokus pada rimpang
kunyit, sementara bagian daun belum banyak diteliti secara mendalam. Studi-studi
sebelumnya menggarisbawahi pentingnya mengeksplorasi lebih lanjut potensi daun
kunyit sebagai sumber senyawa bioaktif.
Urgensi penelitian ini terletak pada kebaruan pendekatan yang digunakan, yaitu
fokus pada potensi antioksidan daun kunyit (Curcuma longa), yang masih jarang dikaji.
Penelitian ini juga penting mengingat semakin meningkatnya kebutuhan akan sumber
antioksidan alami dalam pengembangan obat alternatif untuk penyakit metabolik dan
degeneratif. Dengan menunjukkan kadar antioksidan yang sangat kuat pada daun kunyit,
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 118
penelitian ini memberikan kontribusi baru dalam literatur ilmiah dan membuka jalan bagi
penelitian lebih lanjut untuk pengembangan produk berbasis herbal.
Kunyit atau dalam bahasa latin dikenal dengan Curcuma longa secara tradisional
digunakan sebagai bahan herbal, rempah makanan, dan pewarna makanan di Indonesia
(Nurhayati dkk., 2024). Telah banyak studi yang menunjukan kunyit dapat berperan
sebagai antiinflamasi, antioksidan, antiinflamasi, antitumor, dan antibakteri
(Ahn dkk.,
2014). Selain bagian rimpang dari kunyit, beberapa studi menunjukkan bagian tanaman
kunyit yang lain seperti daun mempunyai senyawa bioaktif tersendiri
(Batubara &
Prastya, 2020; Choi & Lee, 2014). Senyawa bioaktif ini dapat berperan sebagai
antiinflamasi, meningkatkan imunitas pada kulit, dan aktivitas antioksidan (Albaqami
dkk., 2022; N. Y. Kim dkk., 2014). Efek-efek ini berasal dari kandungan curcumin,
senyawa fenolik total, dan senyawa flavonoid yang ada pada daun kunyit (Ahn dkk.,
2014; Badriyah, 2023). Potensi kandungan antioksidan yang tinggi mendorong penulis
untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai kemampuan antioksidan yang berada
pada ekstrak daun kunyit.
Kebaruan penelitian ini terletak pada fokusnya yang mendalam terhadap potensi
antioksidan daun kunyit (Curcuma longa), sebuah bagian tanaman yang masih jarang
diteliti dibandingkan dengan rimpangnya yang lebih sering menjadi objek penelitian.
Sementara sebagian besar studi terdahulu telah menunjukkan potensi antioksidan dari
rimpang kunyit, penelitian ini mengisi celah dengan mengeksplorasi kapasitas
antioksidan dan kadar fenolik daun kunyit. Hal ini memberikan perspektif baru yang
penting dalam pengembangan sumber antioksidan alami yang lebih luas, serta
memberikan alternatif baru dalam upaya pencegahan dan pengobatan penyakit metabolik
dan degeneratif melalui bahan herbal yang belum banyak dimanfaatkan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental yang dilakukan di
Laboratorium Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara. Penelitian ini menggunakan pendekatan bioassay dan in vitro.
Uji in vitro yang dilakukan terdiri dari uji kapasitas total antioksidan metode 1,1-
diphenyl-2picrylhydrazyl (ABTS) dan uji fenolik total dengan asam galat. Setelah
penelitian dilakukan, data penelitian dianalisis dengan menggunakan aplikasi GraphPad
prism v.7.0 La Jolla, California, USA .
Pembuatan Ekstrak Daun Kunyit
Daun kunyit segar dipisahkan dari batangnya kemudian dipotong ukurannya
menjadi lebih kecil. Daun kemudian dikeringkan dalam suhu ruang yang tidak terkena
paparan sinar matahari secara langsung. Daun yang sudah kering kemudian dihaluskan
menggunakan blender dan diperhatikan agar blender tidak menjadi panas sehingga
sampel tidak teroksidasi. Setelah halus, dilakukan imbibisi menggunakan metanol.
Setelah melakukan imbibisi, dilakukan perkolasi menggunakan alat perkolator. Hasil
ekstrak kemudian dievaporasi menggunakan rotatory evaporator untuk memisahkan
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 119
metanol dengan ekstrak. Hasil evaporasi kemudian dimasukkan ke dalam tabung dan
disimpan dalam lemari pendingin.
Persiapan Larutan ABTS
ABTS direaksikan dengan etanol kemudian dicari nilai panjang gelombang
maksimum dan absorbansi kontrolnya dengan menggunakan spektrofotometer. Hasil
pemeriksaan menunjukkan bahawa panjang gelombang maksimum pada 520 nm.
Absorbansi kontrol didapatkan sebesar 0,076.
Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Kunyit
Dilakukan pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit dengan metode 1,1-
diphenyl-2picrylhydrazyl (ABTS) (Nurmazela dkk., 2022). Disiapkan larutan ABTS kemudian
diukur absorbansinya. Aktivitas antioksidan ekstrak daun kunyit dapat ditentukan melalui
persentase penghambatan yang dihitung dengan rumus:
Persentase Inhibisi(%) =
Abs. Kontrol Abs. Sampel
Abs. Kontrol
× 100
Keterangan:
Abs. Kontrol = absorbansi kontrol
Abs. Sampel = absorbansi sampel
Pengukuran Aktivitas Antioksidan ABTS Dengan Sampel
Pada gelas ukur, ekstrak daun kunyit sebanyak 0,02 gr dilarutkan dengan etanol sebanyak
10 mL lalu diaduk hingga merata. Hasil larutan sampel daun kunyit diencerkan menjadi
konsentrasi 10 µg/mL, 20 µg/mL, 30 µg/mL, 40 µg/mL, dan 50 µg/mL. Disiapkan larutan trolox
sebagai standar pembanding lalu dibuat konsentrasi 5 µg/mL, 10 µg/mL, 20 µg/mL, 30 µg/mL,
40 µg/mL dan 50 µg/mL. Larutan sampel dan larutan ABTS dicampurkan dengan perbandingan
1:1, sehingga diambil larutan sampel sebanyak 1 mL dan larutan ABTS sebanyak 1mL. Proses ini
dilakukan secara triplo. Setelah itu, dibaca pada spektrofotometri genesys 30-Vis dengan panjang
gelombang 520 nm. Trolox dimasukkan sebagai kontrol positif. Setiap konsentrasi, absorban
dibuat triplo.
Persiapan Larutan Dengan Standar Asam Galat
Pertama, diambil 0,25 g asam galat dicampurkan dengan 5 mL etanol 95%. Larutan
ditambahkan dengan aquadest hingga 50 mL dalam labu ukur untuk mendapatkan konsentrasi 5
mg/mL. Larutan dimasukkan dalam labu ukur 10 mL dengan kadar larutan masing-masing 0,6
ml, 0,8 mL, 1 mL, 1,2 mL, dan 1,4 mL. Masing – masing labu ukur diencerkan dengan aquadest
sampai mencapai garis 10 mL sehingga didapatkan konsentrasi 200 µg/mL, 300 µg/mL, 400
µg/mL, 500 µg/mL, 600 µg/mL, dan 700 µg/mL. Dari masing masing konsentrasi diambil 0,2
mL kemudian ditambahkan 15,8 mL aquadest dan 1 mL reagen Folin-Ciocalteu, dihomogenkan,
lalu didiamkan dalam tempat gelap selama 8 menit. Larutan tersebut kemudian ditambahkan
dengan 3 mL Na
2
CO
3
20%, dihomogenkan, lalu didiamkan dalam tempat gelap selama 2 jam
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 120
pada suhu kamar. Setelah 2 jam, absorbansi larutan dibaca menggunakan spektrofotometer
genesys 30-Vis pada panjang gelombang 765 nm dan dilakukan pembuatan kurva standar.
Penentuan Kandungan Fenolik Ekstrak Daun Kunyit
Uji kadar fenolik dilakukan dengan metode Singleton dan Rossi dan menggunakan reagen
Folin-Ciocalteu. Diambil 0,3 g ekstrak daun kunyit. Ekstrak dilarutkan dengan metanol dan air
dengan perbandingan 1:1 sampai volume larutan sampel menjadi 10 mL. Larutan sampel diaduk
hingga rata kemudian dari larutan sampel diambil 0,2 mL ke dalam tabung reaksi, ditambahkan
15,8 mL aquadest dan 1 mL Folin-Ciocalteu. Tabung reaksi didiamkan selama 8 menit pada
tempat gelap. Setelah 8 menit, pada tabung reaksi ditambahkan 3 mL Na
2
CO
3
20%,
dihomogenkan, kemudian didiamkan pada tempat gelap selama 2 jam dalam suhu ruangan.
Selanjutnya, absorbansi larutan dibaca menggunakan spektrofotometer genesys 30-Vis pada
panjang gelombang 765 nm dan dilakukan penghitungan kadar fenolik berdasarkan kurva standar.
Hasil Dan Pembahasan
Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Metode ABTS
Ekstrak daun kunyit dalam konsentrasi berbeda-beda yang telah direaksikan kemudian
dibaca menggunakan spektrofotometer genesys 30-Vis untuk mendapatkan nilai absorbansi dan
kemudian didapatkan nilai persentase inhibisi. Nilai IC
50
yang didapatkan dari ekstrak daun
kunyit adalah sebesar 27,895 µg/mL (Tabel 1). Dari data yang diperoleh dibuat kurva untuk
memperoleh persamaan garis linear dimana sumbu X sebagai konsentrasi ekstrak sedangkan
sumbu Y sebagai persentase inhibisi. Persamaan garis linear yang diperoleh yaitu Y = 0,8553X +
26,97 dan R2 = 0,9658 (Gambar 1).
Tabel 1 Konsentrasi, Persentase Inhibisi, dan Nilai IC
50
Ekstrak Daun Kunyit
Konsentrasi Ekstrak
(µg/mL)
Rata-rata Absorbansi
Persentase Inhibisi
(%)
IC
50
(µg/mL)
10
0,05
34,21
20
0,04
44,73
30
0,03
55,26
27,895
40
0,03
59,21
50
0,02
64,47
0 10 20 30 40 50
0
20
40
60
80
Konsentrasi Daun Kunyit (µg/mL)
Inhibisi (%)
Y = 0,8553*X + 26,97
R
2
= 0,9658
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 121
Gambar 1 Kurva Hasil Uji Metode ABTS Ekstrak Daun Kunyit
Uji Standar Pembanding Trolox
Larutan trolox dibuat dengan konsentrasi berbeda-beda yang dibaca dengan
spektrofotometri genesys 30-Vis didapatkan absorbansi sehingga diperoleh persentase
inhibisi. Dari data yang diperoleh dihitung persen inhibisi. Dari data yang diperoleh
dihitung persen inhibisi (Tabel 4.5). Kemudian, dibuat kurva standar sehingga diperoleh
persamaan linier Y = 0,8552X + 35,92 dengan nilai R2 = 0,9899. Nilai IC50 yang
diperoleh sebesar 16,461 µg/mL
Penentuan Standar Asam Galat
Asam galat dalam konsentrasi berbeda-beda yang telah direkasikan kemudian
dibaca menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 765 nm untuk
mendapatkan nilai absorbansinya (Tabel 2). Data yang didapatkan, dibuat kurva standar
asam galat dengan sumbu X sebagai konsentrasi asam galat dan sumbu Y sebagai
absorbansi. Hasil didapatkan dengan persamaan garis linear Y = 0,00087343*X -
0,003429 dan R2 = 0,9894 (Gambar 2)
Tabel 2 Absorbansi Larutan Standar Asam Galat
Konsentrasi (µg/mL)
200
300
400
500
600
700
200 400 600 800
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
Konsentrasi Asam Galat
Absorbansi
Y = 0,0008743*X - 0,003429
R
2
= 0,9894
Gambar 2. Kurva Hasil Uji Asam Galat
Hasil Uji Fenolik Ekstrak Daun Kunyit
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 122
Dari hasil pemeriksaan standar asam galat, didapatkan persamaan yang dapat
digunakan untuk menghitung kadar fenolik total dalam ekstrak daun kunyit. Sumbu Y
merupakan absorbansi dan sumbu X merupakan konsentrasi fenolik, absorbansi yang
didapat dari ekstrak daun kunyit dimasukkan dalam persamaan sebagai Y. Dari hasil yang
diperoleh, dilakukan pengenceran sebanyak 10x, sehingga didapatkan kadar fenolik total
sebesar 4596,67 µg/mL (Tabel 3).
Tabel 3 Absorbansi dan Kadar Fenolik Ekstrak Daun Kunyit
Nilai Absorbansi
Rata-rata
Absorbansi
Kadar Fenolik
(µg/mL)
Kadar Fenolik
Total 10x
(µg/mL)
Kadar Fenolik
(mgGAE/g)
0,520
0,319
0,419
459,66
4596,67
153,184
0,418
Pembahasan
Hasil Uji Kapasitas Total Antioksidan
Dengan uji metode ABTS didapatkan nilai IC
50
sebesar 27,895 µg/mL dan nilai IC
50
sebesar 16,461 µg/mL pada trolox. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sera Kim et al
7
. Pada penelitiannya didapatkan nilai IC
50
sebesar 22.13 µg/mL
tergolong sebagai antioksidan yang sangat kuat. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Jawaher et al
28
juga menunjukan esktrak daun kunyit sebagai antioksidan yang kuat
dengan nilai IC
50
sebesar 9,21 µg/mL. Perbedaan hasil dengan penelitian yang dilakukan
oleh Jawaher
et al disebabkan oleh perbedaan cara dalam melakukan ekstraksi pada
sampel. Jawaher et al melakukan ekstraksi dengan metode hydro-distillation sedangkan
metode yang dipakai pada penilitian ini adalah metode perkolasi. Bila dibandingkan juga
dengan trolox pada penelitian ini nilai IC
50
tidak jauh berbeda dengan nilai IC
50
ekstrak
dan keduanya menunjukkan nilai IC
50
di bawah 50 µg/mL. Dari hasil penelitian ini dan
kedua penelitian yang lain, ketiganya menunjukkan nilai IC
50
di bawah 50 µg/mL yang
menandakan bahwa ekstrak daun kunyit merupakan sumber antioksidan yang sangat kuat
dan efektif dalam menangkal radikal bebas. Selain berperan sebagai antioksidan, daun
kunyit dapat berperan sebagai antibakteri, agen sitotoksik, dan antiinflamasi.
Penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa kunyit, khususnya bagian
rimpangnya, memiliki potensi antioksidan yang signifikan, seperti yang ditemukan oleh
Ahn dkk. (2014) dan Kim et al. (2019) yang meneliti efek antioksidan pada bagian
rimpang dan daun kunyit. Namun, penelitian-penelitian tersebut lebih banyak berfokus
pada rimpang, meninggalkan bagian daun yang kurang mendapat perhatian meskipun
berpotensi. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ekstrak daun kunyit memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 < 50 µg/mL dan kadar fenolik yang
tinggi, yaitu 153.184 mgGAE/g. Hasil ini konsisten dengan beberapa penelitian
sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Jawaher et al., yang juga menemukan aktivitas
antioksidan kuat pada daun kunyit. Simpulan dari penelitian ini memperkuat gagasan
bahwa daun kunyit memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai sumber
antioksidan alami, membuka peluang baru untuk pemanfaatan bagian tanaman yang
kurang diteliti ini dalam dunia medis dan kesehatan.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 123
Hasil Uji Fenolik Total Ekstrak Daun Kunyit
Pada penelitian ini, dilakukan uji kadar fenolik pada ekstrak daun kunyit. Semakin
tinggi kadar fenolik menandakan semakin tinggi juga potensi kapasitas antioksidan. Hasil
penelitian ini didapatkan kadar fenolik pada ekstrak daun kunyit adalah sebesar 153,184
mgGAE/g. Berbeda sedikit dengan penelitian yang dilakukan oleh Yan, S.W
30
pada
penelitiannya didapatkan kadar fenolik ekstrak daun kunyit adalah 348,75 mgGAE/100g.
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh substansi selain fenolik seperti air, lemak, gula,
protein, dan pigmen
yang dapat mempengaruhi hasil
30
. Kadar fenolik yang tinggi pada
ekstrak daun kunyit menandakan bahwa daun kunyit memiliki potensi sebagai sumber
antioksidan yang tinggi
Kesimpulan
Ekstrak daun kunyit memiliki aktivitas antioksidan yang kuat serta kadar fenolik yang
tinggi. Perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode in vivo dan penelitian
terhadap bagian tanaman yang lain seperti batang dan rimpang.
Daftar Pustaka
Ahn, D., Lee, E. B., Kim, B. J., Lee, S. Y., Lee, T. G., Ahn, M.-S., Lim, H. W., Cha, D. S., Jeon,
H., & Kim, D. K. (2014). Antioxidant and lifespan extending property of quercetin-3-O-
dirhamnoside from Curcuma longa L. in Caenorhabditis elegans. Journal of the Korean
Society for Applied Biological Chemistry, 57(6), 709714. https://doi.org/10.1007/s13765-
014-4200-3
Albaqami, J. J., Hamdi, H., Narayanankutty, A., Visakh, N. U., Sasidharan, A., Kuttithodi, A. M.,
Famurewa, A. C., & Pathrose, B. (2022). Chemical Composition and Biological Activities
of the Leaf Essential Oils of Curcuma longa, Curcuma aromatica and Curcuma angustifolia.
Antibiotics, 11(11), 1547. https://doi.org/10.3390/antibiotics11111547
Arief, H., & Widodo, M. A. (2018). Peranan stres oksidatif pada proses penyembuhan luka.
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 5(2), 2228.
Badriyah, L. (2023). Identifikasi dan karakterisasi tumbuhan obat di desa Sukolilo, Kecamatan
Prigen, Kabupaten Pasuruan berdasarkan morfologi dan fitokimia [Undergraduate thesis,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim]. http://etheses.uin-
malang.ac.id/id/eprint/51812
Batubara, I., & Prastya, M. E. (2020). Potensi tanaman rempah dan obat tradisional indonesia
sebagai sumber bahan pangan fungsional. Seminar Nasional Lahan Suboptimal, 1, 2438.
Choi, W. Y., & Lee, H. Y. (2014). Enhancement of Antioxidant Activities of Curcuma longa
Leaves by Ultra High Pressure Extraction. Korean Journal of Medicinal Crop Science,
22(2), 121126. https://doi.org/10.7783/KJMCS.2014.22.2.121
Flieger, J., Flieger, W., Baj, J., & Maciejewski, R. (2021). Antioxidants: Classification, Natural
Sources, Activity/Capacity Measurements, and Usefulness for the Synthesis of
Nanoparticles. Materials, 14(15), 4135. https://doi.org/10.3390/ma14154135
Ilmiah, M., Anggarani, M. A., & Mahfudhah, D. N. (2023). Literature Review of Antioxidant
Activity of Several Types of Onions and Its Potensial as Health Supplements. Indonesian
Journal of Chemical Science, 12(1), 103111.
Kim, N. Y., Lim, H. W., & Lee, H. Y. (2014). Comparison of Cosmetical Activities of Curcuma
longa L. Leaf Extracts Using Different Extraction Methods. Korean Journal of Medicinal
Crop Science, 22(4), 255261. https://doi.org/10.7783/KJMCS.2014.22.4.255
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 124
Kim, S., Ko, S.-C., Kim, Y.-S., Ha, S.-K., Park, H.-Y., Park, Y., & Lee, S.-H. (2019).
Determination of Curcuma longa L. (Turmeric) Leaf Extraction Conditions Using Response
Surface Methodology to Optimize Extraction Yield and Antioxidant Content. Journal of
Food Quality, 2019, 18. https://doi.org/10.1155/2019/7575206
Nurhayati, T. I., Rifandini, A., Syavina, P., Widyadhari, W., Kurnia, A., Depyanti, S. O., Ridwan,
H., & Setiadi, D. K. (2024). Systematic Literature Review: Pengaruh Ekstrak Kunyit
(Curcuma Longa Linn/Curcuma Domestica) dan Bunga Telang (Clitoria Ternatea L.)
sebagai Anti-Inflamasi dan Anti-Gastritis Terhadap Pengobatan Gastritis. Jurnal Penelitian
Perawat Profesional, 6(3), 10431052.
Nurmazela, V., Ridwanto, R., & Rani, Z. (2022). Antioxidant Activity Test of Barangan Banana
Hump’s Ethanol Extract (Musa Paradisiaca (L.)) with DPPH (1,1 Diphenyl-2-
Picrylhydrazyl) Method. International Journal of Science, Technology & Management,
3(5), 14781483. https://doi.org/10.46729/ijstm.v3i5.610
Reddy, V. P. (2023). Oxidative Stress in Health and Disease. Biomedicines, 11(11), 2925.
https://doi.org/10.3390/biomedicines11112925
Yan, S. W., & Asmah, R. (2010). Comparison of total phenolic contents and antioxidant activities
of turmeric leaf, pandan leaf and torch ginger flower. International Food Research Journal,
17(2), 417423.