JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 59
Gambaran Hidrasi Kulit dan Dermatitis Kontak Alergi pada
Mahasiswa FK UNTAR Angkatan 2021 Pengguna Hand Sanitizer
Aura Justitia Leonita Faradila Saedi
1
, Linda Julianti Wijayadi
2*
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara,
Indonesia
1
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara, Indonesia
2
ABSTRAK
Kata Kunci: Hand
Sanitizer; Kadar Hidrasi
Kulit; Dermatitis Kontak
Alergi, Mahasiswa
Kedokteran
Penggunaan hand sanitizer telah meningkat secara signifikan
di kalangan mahasiswa, termasuk di Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara. Namun, penggunaan rutin hand
sanitizer dapat mempengaruhi kadar hidrasi kulit dan
meningkatkan risiko dermatitis kontak alergi. Penelitian ini
menggunakan desain studi cross-sectional dan bersifat
deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa angkatan
2021 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Kadar
hidrasi kulit diukur menggunakan alat ukur korneometer,
sementara keberadaan dermatitis kontak alergi dinilai dengan
anamnesis melalui kuesioner dan didukung dengan
pemeriksaan fisik melalui google form. Hasil penelitian
menunjukkan penurunan kadar hidrasi kulit tangan banyak
dialami oleh perempuan dibanding laki-laki dan 28 subjek
penelitian mengalami gejala dermatitis kontak alergi.
Penggunaan hand sanitizer yang berlebihan dapat
berkontribusi pada penurunan kadar hidrasi kulit dan
meningkatkan risiko dermatitis kontak alergi di kalangan
mahasiswa. Langkah-langkah preventif dan perawatan perlu
dipertimbangkan untuk meminimalkan dampak negatif
penggunaan hand sanitizer pada kulit.
ABSTRACT
The use of hand sanitizers has increased significantly among
students, including at the Faculty of Medicine,
Tarumanagara University. However, regular use of hand
sanitizer can affect skin hydration levels and increase the risk
of allergic contact dermatitis. This research uses a cross-
sectional and descriptive study design. This research was
conducted on students of the class of 2021, Faculty of
Medicine, Tarumanagara University. Skin hydration levels
were measured using corneometer measuring instrument,
while the presence of allergic contact dermatitis was
assessed by anamnesis through questionnaires and physical
examination via Google Forms. The results showed a
decrease in skin hydration levels experienced by women
compared to men and 28 research subjects experiencing
symptoms of allergic contact dermatitis. Excessive use of
hand sanitizers can contribute to decreased skin hydration
levels and increase the risk of allergic contact dermatitis
Keywords:
Hand Sanitizer; Skin
Hydration Levels;
Allergic Contact
Dermatitis, Faculty of
Medicine
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 60
among students. Preventive and maintenance steps must be
considered to minimize the negative impact of hand sanitizer
on the skin.
Coresponden Author: Linda Julianti Wijayadi
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Pada akhir tahun 2019, virus corona SARS-CoV-2 muncul di Wuhan, China,
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) (Kementerian
Kesehatan Indonesia, 2020).
Virus ini menyebar dengan cepat dan secara global,
mengakibatkan pandemi yang diakui oleh WHO pada Maret 2020 (Penanganan
COVID-19, 2021). COVID-19 memiliki dampak besar terhadap kesehatan dan
kehidupan manusia, memicu kebijakan pencegahan dan pengendalian yang ketat
di seluruh dunia (Ditjen P2P, 2021).
Penggunaan hand sanitizer telah meningkat pesat, terutama sejak pandemi
COVID-19. WHO merekomendasikan hand sanitizer sebagai pengganti mencuci tangan
dengan air dan sabun saat tidak memungkinkan. Hand sanitizer mengandung alkohol
yang efektif membunuh kuman dan virus. (WHO, 2019).
Mahasiswa Fakultas Kedokteran sering menggunakan hand sanitizer dalam
aktivitas sehari-hari karena praktik klinis dan penelitian yang melibatkan kontak pasien
dan bahan medis yang berpotensi mengandung kuman atau virus. Namun, penggunaan
berlebihan atau jangka panjang dari hand sanitizer dapat menyebabkan dampak negatif
pada kulit, seperti dermatitis kontak (Su & Chung, 2019).
Terdapat dua jenis dermatitis kontak terkait penggunaan hand sanitizer: dermatitis
kontak iritan (DKI) akibat rangsangan eksternal (Statescu dkk., 2011) dan dermatitis
kontak alergi (DKA) akibat reaksi inflamasi akibat kontak dengan alergen dalam hand
sanitizer.
Penggunaan berlebihan hand sanitizer dapat menyebabkan kulit kering dan
dehidrasi karena alkohol menghilangkan minyak alami kulit (WHO, 2009).
Kadar
hidrasi kulit tangan penting untuk menilai kesehatan kulit, dan penurunannya dapat
menyebabkan kulit kering, pecah-pecah, dan iritasi (Mayhall, 2012).
Data menunjukkan bahwa reaksi kulit ini lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria: Belanda (wanita 8%, pria 4,4%), Norwegia (wanita 13,2%, pria 4,9%), Swedia
(wanita 14,6%, pria 8,9%) (Statescu dkk., 2011).
Menurut Kementerian Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit
Kelamin Indonesia, penyakit kulit termasuk dermatitis kontak adalah masalah kesehatan
yang signifikan (Kalboussi dkk., 2019).
Dari 389 kasus penyakit kulit, 97% adalah
dermatitis kontak, dengan 66,3% berupa dermatitis kontak iritan dan 33,7% dermatitis
kontak alergi (Kemenkes RI, 2017). Dermatitis kontak alergi berdampak negatif pada
kualitas hidup individu yang terkena. (Kalboussi dkk., 2019).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 61
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar hidrasi kulit dan
dermatitis kontak alergi pada mahasiswa pengguna hand sanitizer di Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2021. Penelitian ini juga bertujuan
untuk melihat kadar hidrasi kulit tangan dan kejadian dermatitis kontak alergi
berdasarkan jenis kelamin, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis kontak alergi.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang
(cross sectional). Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara dengan waktu penelitian pada Januari-Mei 2024. Sampel penelitian ini
terdiri atas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2021
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, di mana kuesioner
diberikan kepada individu yang ditemui secara acak dari populasi, untuk kemudian
dilakukan pengecekan kadar hidrasi kulit, dengan jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 157 responden dan 147 yang yang memenuhi keriteria inklusi.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi: Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
angkatan 2021 yang masih aktif kuliah. Mahasiswa/i yang bersedia menjadi responden
yang dinyatakan dalam bentuk informed consent. Mahasiswa/i mengisi kuesioner yang
diberikan dengan lengkap. Mahasiswa/i yang menggunakan hand sanitizer untuk
membersihkan tangan. Kriteria Eksklusi: Mahasiswa/i yang tidak bersedia menjadi
subjek penelitian; mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
menderita penyakit kulit selain DKA.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2024. Data yang
didapatkan berupa data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dan
pengukuran kadar hidrasi kulit yang dilakukan menggunakan alat korneometer secara
langsung. Data pada penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Subjek
penelitian yang diambil adalah mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara angkatan 2021 yang memenuhi kriteria inklusi.
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan diubah dalam bentuk tabel dan grafik dengan
menggunakan program perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Service
Solutions) version 26. Data dianalisis menggunakan analisis univariat untuk deskripsi
data seperti rerata, median, mode, dan proporsi.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 62
Hasil Dan Pembahasan
Karakteristik Subjek
Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian
Variabel
Frekuensi
N (%)
Mean
Median
(Min, Max)
Usia
17-20
21-24
25-28
29-32
67 (45,6%)
76 (51,7%)
2 (1,4%)
2 (1,4%)
20,91
21 (17,32)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
35 (23,8%)
112 (76,2%)
Penggunaan Hand sanitizer
Ya
Tidak
147 (100%)
0 (0%)
Bentuk Hand sanitizer
Gel
Spray
48 (32,7%)
99 (67,3%)
Jenis Hand sanitizer
Alcohol-based hand sanitizer
Alcohol-free hand sanitizer
124 (84,4%)
23 (15,6%)
Frekuensi Penggunaan Hand sanitizer
< 5 kali per hari
5 10 kali per hari
>10 kali per hari
108 (73,4%)
35 (23,8%)
4 (2,8%)
Lama Pemakaian Hand sanitizer
< 1 bulan
1-6 bulan
>6 bulan
Banyak Hand sanitizer
1 tetes atau 1 spray
> 1 tetes atau 1 spray
27 (18,4%)
25 (17%)
95 (64,6%)
33 (22,4%)
114 (77,6%)
Frekuensi Cuci Tangan
<5 kali/hari
5-10 kali per hari
> 10 kali per hari
65 (44,2%)
72 (49%)
10 (6,8%)
Kejadian Dermatitis Kontak Alergi
DKA
Tidak Mengalami
28 (19%)
119 (81%)
Penggunaan Pelembab
Ya
Tidak
26 (17,7%)
121 (82,3%)
Riwayat Alergi Keluarga
Ada
Tidak
31 (21,1%)
116 (78 ,9%)
Riwayat Alergi Subjek Penelitian
Ada
Tidak Ada
48 (32,7%)
99 (67,3%)
Penelitian ini melibatkan 147 subjek dengan mayoritas adalah perempuan (76,2%)
berusia 21-24 tahun (51,7%) dan rata-rata usia 20,91 tahun. Tingginya prevalensi
dermatitis kontak pada kelompok usia muda ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
oleh Chairunnisa dkk. yang menunjukkan prevalensi tinggi pada kelompok usia 23-28
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 63
tahun. Penelitian ini juga mendukung temuan Erliana dan Lestari bahwa kejadian
dermatitis kontak iritan sering terjadi pada individu di bawah 30 tahun, terutama karena
pengalaman kerja yang masih terbatas dan paparan bahan kimia yang lebih sering
terjadi pada pekerja muda. (Chairunnisa dkk., 2020; Erlina, 2009; Lestari & Utomo,
2007).
Sebagian besar subjek tidak mengalami dermatitis kontak alergi (DKA), yaitu
sebanyak 119 orang atau 81%, sedangkan yang mengalami DKA berjumlah 28 orang
atau 19%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Lestari yang menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara riwayat alergi dengan dermatitis kontak (P= 0,383,
CI 95%). Meskipun demikian, proporsi pekerja dengan riwayat alergi yang mengalami
dermatitis adalah 15 orang (57,7%) dari 26 orang yang memiliki riwayat alergi.
(Lestari
& Utomo, 2007).
Sebagian besar subjek menggunakan hand sanitizer dalam bentuk spray (67,3%).
Jenis hand sanitizer yang paling banyak digunakan adalah berbasis alkohol (84,4%),
dengan kandungan alkohol dominan antara 60-70% (61,9%). Mayoritas frekuensi
penggunaan hand sanitizer pada subjek adalah <5 kali per hari (73,5%). Frekuensi cuci
tangan paling banyak adalah 5-10 kali per hari (49%). Penggunaan pelembab dilaporkan
oleh 26 orang (17,7%), sementara sebagian besar subjek (82,3%) tidak menggunakan
pelembab. Mayoritas subjek tidak memiliki riwayat alergi (67,3%). Menurut Partogi
(2008), seseorang dengan riwayat atopi lebih rentan terhadap efek iritasi dari zat iritan.
Reaksi terhadap alergen sangat bervariasi berdasarkan faktor genetik dan sensitivitas
individu terhadap berbagai bahan kimia. (Partogi, 2008).
Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan hand sanitizer yang sering dapat
menyebabkan kekeringan kulit karena alkohol menghilangkan minyak alami kulit, serta
meningkatkan risiko DKA, meskipun tidak banyak subjek yang mengalami DKA.
Kelompok usia muda (21-24 tahun) lebih sering terpapar penggunaan hand sanitizer
yang mempengaruhi hidrasi kulit. Selain itu, mayoritas subjek adalah perempuan
(76,2%), yang mungkin disebabkan oleh perbedaan kebiasaan perawatan kulit dan
penggunaan produk kosmetik yang mempengaruhi hidrasi kulit.
Hasil Pengukuran Kadar Hidrasi Berdasarkan Lokasi Pengukuran
Tabel 2 Kadar Hidrasi Berdasarkan Lokasi Pengukuran
Hidrasi Kulit
Telapak
Tangan Kanan
Telapak Tangan
Kiri
Punggung
Tangan
Kanan
Punggung
Tangan Kiri
N
%
N
%
N
%
N
%
Sangat Kering (≤ 33%)
40
27,2%
37
25,2%
56
38,1%
55
37,4%
Kering (34-37%)
27
18,4%
29
19,7%
25
17%
24
16,3%
Normal (38-42%)
50
34%
50
34%
51
34,7%
54
36,7%
Lembab (43-46%)
15
10,2%
16
10,9%
9
6,1%
10
6,8%
Sangat Lembab (≥
47%)
15
10,2%
15
10,2%
6
4,1%
4
2,7%
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar hidrasi kulit normal ditemukan pada
telapak tangan kanan dan kiri masing-masing sebanyak 50 orang atau 34%. Hidrasi kulit
sangat kering ditemukan pada punggung tangan kanan sebanyak 56 orang atau 38,1%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 64
dan punggung tangan kiri sebanyak 55 orang atau 37,4%. Sebagian subjek juga
mengalami kulit kering pada telapak tangan kanan (18,4%), telapak tangan kiri (19,7%),
punggung tangan kanan (17%), dan punggung tangan kiri (16,3%).
Hasil ini lebih rendah dibandingkan penelitian Chairunnisa dkk. yang
menunjukkan hidrasi kulit kering pada telapak tangan kanan dan kiri (76,7%), serta
punggung tangan kanan dan kiri (56,7%).
Temuan ini didukung oleh penelitian lain
yang menunjukkan bahwa pemaparan berulang pada bahan kimia seperti detergen dapat
merusak lapisan pelindung kulit dan meningkatkan kehilangan air transepidermal
(TEWL). (Chairunnisa dkk., 2020; Schwindt dkk., 1998).
Teori yang mendukung hasil ini menyatakan bahwa kadar hidrasi kulit dapat
sangat bervariasi tergantung pada lokasi pengukuran. Bagian punggung tangan
cenderung lebih sering terpapar lingkungan eksternal dan mengalami gesekan, yang
dapat menyebabkan kondisi kulit lebih kering dibandingkan telapak tangan. Telapak
tangan, di sisi lain, memiliki kelenjar keringat yang lebih banyak dan sering lebih
lembab (Y. Chen & Bai, 2020; Jones dkk., 2018). Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi hidrasi kulit meliputi perbedaan fisiologis dalam struktur kulit di
berbagai bagian tangan, aktivitas sehari-hari yang melibatkan penggunaan tangan, dan
kebiasaan perawatan kulit yang berbeda-beda yaitu penggunaan pelembab secara rutin
pada telapak tangan mungkin lebih umum dibandingkan dengan punggung tangan, yang
sering terlewatkan (Wang dkk., 2017).
Rerata Kadar Hidrasi Kulit Tangan Kanan dan Kiri
Tabel 3 Rerata Kadar Hidrasi Kulit Tangan Kanan dan Kiri
Variabel
Frekuensi (%)
Mean
(Min,Max)
Kadar Hidrasi
34,56
(11,47;50,12)
Sangat Kering (≤ 33%)
37 (25,2%)
Kering (34-37%)
29 (19,7%)
Normal (38-42%)
49 (33,3%)
Lembab (43-46%)
18 (12,2%)
Sangat Lembab (≥ 47%)
14 (9,5%)
Berdasarkan pengukuran kadar hidrasi kulit tangan kanan dan kiri, rata-rata kadar
hidrasi kulitnya adalah 34,56 dengan rentang 11–50,12. Mayoritas subjek penelitian
memiliki kadar hidrasi kulit tangan normal sebanyak 49 orang atau 33,3%. Namun, ada
juga 37 orang atau 25,2% yang memiliki kulit sangat kering, dan 29 orang atau 19,7%
dengan kulit kering. Sebanyak 18 orang atau 12,2% memiliki kulit yang lembab, dan 14
orang atau 9,5% memiliki kulit yang sangat lembab.
Variasi kadar hidrasi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kebiasaan
perawatan kulit, dan kondisi kesehatan individu (Glahn dkk., 2002; Lee dkk., 2018).
Kulit yang sangat kering dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti cuaca dingin
atau penggunaan produk pembersih yang keras, serta faktor internal seperti hidrasi
tubuh yang tidak memadai atau kondisi medis tertentu seperti dermatitis (Jones-Smith,
2019).
Selain itu, mekanisme fisiologis kulit juga berperan penting dalam menjaga
kelembaban. Kulit memiliki lapisan free fatty acid yang berfungsi sebagai sawar kulit
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 65
untuk menjaga kelembaban, dan ketidakseimbangan dalam produksi lipid ini dapat
menyebabkan kulit menjadi kering (M. Chen dkk., 2020). Fluktuasi hormon juga dapat
mempengaruhi kadar hidrasi kulit, khususnya pada wanita yang mungkin mengalami
perubahan hormon lebih signifikan yang mempengaruhi kelembaban kulit (Johnson &
Brown, 2017). Dengan demikian, penting bagi individu untuk menerapkan rutinitas
perawatan kulit yang mencakup penggunaan pelembab yang sesuai, menjaga asupan
cairan yang cukup, dan menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan kekeringan
kulit (Miller & Brown, 2019). Hal ini sangat penting terutama bagi mereka dengan
kadar hidrasi sangat kering dan kering untuk mencegah masalah kulit yang lebih serius
dan meningkatkan kesehatan kulit secara keseluruhan.
Rerata Kadar Hidrasi Kulit Subjek dengan DKA
Tabel 4 Rerata Kadar Hidrasi Kulit Subjek dengan DKA
Variabel
Frekuensi (%)
Kadar Hidrasi
Sangat Kering (≤ 33%)
23 (82,8%)
Kering (34-37%)
3 (10,3%)
Normal (38-42%)
Lembab (43-46%)
2 (6,9%)
Sangat Lembab (≥ 47%)
Berdasarkan pengukuran kadar hidrasi pada 28 responden yang terkena dermatitis
kontak alergi, ditemukan bahwa rata-rata kadar hidrasi kulit terbanyak adalah 23 orang
atau 82,8% dengan memiliki kadar hidrasi sangat kering.
Hal ini menunjukkan bahwa DKA sangat mempengaruhi kadar hidrasi kulit,
menyebabkan kondisi kulit yang sangat kering pada sebagian besar penderita. Tidak ada
subjek dengan DKA yang memiliki hidrasi kulit normal, yang menandakan bahwa
pengaruh DKA pada hidrasi kulit sangat signifikan. Hasil ini menekankan perlunya
perhatian lebih dalam perawatan kulit penderita DKA, dengan fokus khusus pada
peningkatan hidrasi kulit untuk mengurangi ketidaknyamanan dan risiko komplikasi
lebih lanjut.
Rerata Kadar Hidrasi Kulit Terhadap Jenis Kelamin
Gambar 1 Rerata Kadar Hidrasi Kulit terhadap Jenis Kelamin