JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 59
Gambaran Hidrasi Kulit dan Dermatitis Kontak Alergi pada
Mahasiswa FK UNTAR Angkatan 2021 Pengguna Hand Sanitizer
Aura Justitia Leonita Faradila Saedi
1
, Linda Julianti Wijayadi
2*
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara,
Indonesia
1
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara, Indonesia
2
ABSTRAK
Kata Kunci: Hand
Sanitizer; Kadar Hidrasi
Kulit; Dermatitis Kontak
Alergi, Mahasiswa
Kedokteran
Penggunaan hand sanitizer telah meningkat secara signifikan
di kalangan mahasiswa, termasuk di Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanagara. Namun, penggunaan rutin hand
sanitizer dapat mempengaruhi kadar hidrasi kulit dan
meningkatkan risiko dermatitis kontak alergi. Penelitian ini
menggunakan desain studi cross-sectional dan bersifat
deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa angkatan
2021 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara. Kadar
hidrasi kulit diukur menggunakan alat ukur korneometer,
sementara keberadaan dermatitis kontak alergi dinilai dengan
anamnesis melalui kuesioner dan didukung dengan
pemeriksaan fisik melalui google form. Hasil penelitian
menunjukkan penurunan kadar hidrasi kulit tangan banyak
dialami oleh perempuan dibanding laki-laki dan 28 subjek
penelitian mengalami gejala dermatitis kontak alergi.
Penggunaan hand sanitizer yang berlebihan dapat
berkontribusi pada penurunan kadar hidrasi kulit dan
meningkatkan risiko dermatitis kontak alergi di kalangan
mahasiswa. Langkah-langkah preventif dan perawatan perlu
dipertimbangkan untuk meminimalkan dampak negatif
penggunaan hand sanitizer pada kulit.
ABSTRACT
The use of hand sanitizers has increased significantly among
students, including at the Faculty of Medicine,
Tarumanagara University. However, regular use of hand
sanitizer can affect skin hydration levels and increase the risk
of allergic contact dermatitis. This research uses a cross-
sectional and descriptive study design. This research was
conducted on students of the class of 2021, Faculty of
Medicine, Tarumanagara University. Skin hydration levels
were measured using corneometer measuring instrument,
while the presence of allergic contact dermatitis was
assessed by anamnesis through questionnaires and physical
examination via Google Forms. The results showed a
decrease in skin hydration levels experienced by women
compared to men and 28 research subjects experiencing
symptoms of allergic contact dermatitis. Excessive use of
hand sanitizers can contribute to decreased skin hydration
levels and increase the risk of allergic contact dermatitis
Keywords:
Hand Sanitizer; Skin
Hydration Levels;
Allergic Contact
Dermatitis, Faculty of
Medicine
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 60
among students. Preventive and maintenance steps must be
considered to minimize the negative impact of hand sanitizer
on the skin.
Coresponden Author: Linda Julianti Wijayadi
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Pada akhir tahun 2019, virus corona SARS-CoV-2 muncul di Wuhan, China,
menyebabkan penyakit Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) (Kementerian
Kesehatan Indonesia, 2020).
Virus ini menyebar dengan cepat dan secara global,
mengakibatkan pandemi yang diakui oleh WHO pada Maret 2020 (Penanganan
COVID-19, 2021). COVID-19 memiliki dampak besar terhadap kesehatan dan
kehidupan manusia, memicu kebijakan pencegahan dan pengendalian yang ketat
di seluruh dunia (Ditjen P2P, 2021).
Penggunaan hand sanitizer telah meningkat pesat, terutama sejak pandemi
COVID-19. WHO merekomendasikan hand sanitizer sebagai pengganti mencuci tangan
dengan air dan sabun saat tidak memungkinkan. Hand sanitizer mengandung alkohol
yang efektif membunuh kuman dan virus. (WHO, 2019).
Mahasiswa Fakultas Kedokteran sering menggunakan hand sanitizer dalam
aktivitas sehari-hari karena praktik klinis dan penelitian yang melibatkan kontak pasien
dan bahan medis yang berpotensi mengandung kuman atau virus. Namun, penggunaan
berlebihan atau jangka panjang dari hand sanitizer dapat menyebabkan dampak negatif
pada kulit, seperti dermatitis kontak (Su & Chung, 2019).
Terdapat dua jenis dermatitis kontak terkait penggunaan hand sanitizer: dermatitis
kontak iritan (DKI) akibat rangsangan eksternal (Statescu dkk., 2011) dan dermatitis
kontak alergi (DKA) akibat reaksi inflamasi akibat kontak dengan alergen dalam hand
sanitizer.
Penggunaan berlebihan hand sanitizer dapat menyebabkan kulit kering dan
dehidrasi karena alkohol menghilangkan minyak alami kulit (WHO, 2009).
Kadar
hidrasi kulit tangan penting untuk menilai kesehatan kulit, dan penurunannya dapat
menyebabkan kulit kering, pecah-pecah, dan iritasi (Mayhall, 2012).
Data menunjukkan bahwa reaksi kulit ini lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria: Belanda (wanita 8%, pria 4,4%), Norwegia (wanita 13,2%, pria 4,9%), Swedia
(wanita 14,6%, pria 8,9%) (Statescu dkk., 2011).
Menurut Kementerian Kesehatan dan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit
Kelamin Indonesia, penyakit kulit termasuk dermatitis kontak adalah masalah kesehatan
yang signifikan (Kalboussi dkk., 2019).
Dari 389 kasus penyakit kulit, 97% adalah
dermatitis kontak, dengan 66,3% berupa dermatitis kontak iritan dan 33,7% dermatitis
kontak alergi (Kemenkes RI, 2017). Dermatitis kontak alergi berdampak negatif pada
kualitas hidup individu yang terkena. (Kalboussi dkk., 2019).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 61
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar hidrasi kulit dan
dermatitis kontak alergi pada mahasiswa pengguna hand sanitizer di Fakultas
Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2021. Penelitian ini juga bertujuan
untuk melihat kadar hidrasi kulit tangan dan kejadian dermatitis kontak alergi
berdasarkan jenis kelamin, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
dermatitis kontak alergi.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi potong lintang
(cross sectional). Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara dengan waktu penelitian pada Januari-Mei 2024. Sampel penelitian ini
terdiri atas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2021
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, di mana kuesioner
diberikan kepada individu yang ditemui secara acak dari populasi, untuk kemudian
dilakukan pengecekan kadar hidrasi kulit, dengan jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 157 responden dan 147 yang yang memenuhi keriteria inklusi.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi: Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
angkatan 2021 yang masih aktif kuliah. Mahasiswa/i yang bersedia menjadi responden
yang dinyatakan dalam bentuk informed consent. Mahasiswa/i mengisi kuesioner yang
diberikan dengan lengkap. Mahasiswa/i yang menggunakan hand sanitizer untuk
membersihkan tangan. Kriteria Eksklusi: Mahasiswa/i yang tidak bersedia menjadi
subjek penelitian; mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
menderita penyakit kulit selain DKA.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari - Mei 2024. Data yang
didapatkan berupa data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dan
pengukuran kadar hidrasi kulit yang dilakukan menggunakan alat korneometer secara
langsung. Data pada penelitian ini merupakan data primer dan sekunder. Subjek
penelitian yang diambil adalah mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara angkatan 2021 yang memenuhi kriteria inklusi.
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan diubah dalam bentuk tabel dan grafik dengan
menggunakan program perangkat lunak SPSS (Statistical Product and Service
Solutions) version 26. Data dianalisis menggunakan analisis univariat untuk deskripsi
data seperti rerata, median, mode, dan proporsi.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 62
Hasil Dan Pembahasan
Karakteristik Subjek
Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian
Variabel
Frekuensi
N (%)
Mean
Median
(Min, Max)
Usia
17-20
21-24
25-28
29-32
67 (45,6%)
76 (51,7%)
2 (1,4%)
2 (1,4%)
20,91
21 (17,32)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
35 (23,8%)
112 (76,2%)
Penggunaan Hand sanitizer
Ya
Tidak
147 (100%)
0 (0%)
Bentuk Hand sanitizer
Gel
Spray
48 (32,7%)
99 (67,3%)
Jenis Hand sanitizer
Alcohol-based hand sanitizer
Alcohol-free hand sanitizer
124 (84,4%)
23 (15,6%)
Frekuensi Penggunaan Hand sanitizer
< 5 kali per hari
5 10 kali per hari
>10 kali per hari
108 (73,4%)
35 (23,8%)
4 (2,8%)
Lama Pemakaian Hand sanitizer
< 1 bulan
1-6 bulan
>6 bulan
Banyak Hand sanitizer
1 tetes atau 1 spray
> 1 tetes atau 1 spray
27 (18,4%)
25 (17%)
95 (64,6%)
33 (22,4%)
114 (77,6%)
Frekuensi Cuci Tangan
<5 kali/hari
5-10 kali per hari
> 10 kali per hari
65 (44,2%)
72 (49%)
10 (6,8%)
Kejadian Dermatitis Kontak Alergi
DKA
Tidak Mengalami
28 (19%)
119 (81%)
Penggunaan Pelembab
Ya
Tidak
26 (17,7%)
121 (82,3%)
Riwayat Alergi Keluarga
Ada
Tidak
31 (21,1%)
116 (78 ,9%)
Riwayat Alergi Subjek Penelitian
Ada
Tidak Ada
48 (32,7%)
99 (67,3%)
Penelitian ini melibatkan 147 subjek dengan mayoritas adalah perempuan (76,2%)
berusia 21-24 tahun (51,7%) dan rata-rata usia 20,91 tahun. Tingginya prevalensi
dermatitis kontak pada kelompok usia muda ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
oleh Chairunnisa dkk. yang menunjukkan prevalensi tinggi pada kelompok usia 23-28
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 63
tahun. Penelitian ini juga mendukung temuan Erliana dan Lestari bahwa kejadian
dermatitis kontak iritan sering terjadi pada individu di bawah 30 tahun, terutama karena
pengalaman kerja yang masih terbatas dan paparan bahan kimia yang lebih sering
terjadi pada pekerja muda. (Chairunnisa dkk., 2020; Erlina, 2009; Lestari & Utomo,
2007).
Sebagian besar subjek tidak mengalami dermatitis kontak alergi (DKA), yaitu
sebanyak 119 orang atau 81%, sedangkan yang mengalami DKA berjumlah 28 orang
atau 19%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Lestari yang menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara riwayat alergi dengan dermatitis kontak (P= 0,383,
CI 95%). Meskipun demikian, proporsi pekerja dengan riwayat alergi yang mengalami
dermatitis adalah 15 orang (57,7%) dari 26 orang yang memiliki riwayat alergi.
(Lestari
& Utomo, 2007).
Sebagian besar subjek menggunakan hand sanitizer dalam bentuk spray (67,3%).
Jenis hand sanitizer yang paling banyak digunakan adalah berbasis alkohol (84,4%),
dengan kandungan alkohol dominan antara 60-70% (61,9%). Mayoritas frekuensi
penggunaan hand sanitizer pada subjek adalah <5 kali per hari (73,5%). Frekuensi cuci
tangan paling banyak adalah 5-10 kali per hari (49%). Penggunaan pelembab dilaporkan
oleh 26 orang (17,7%), sementara sebagian besar subjek (82,3%) tidak menggunakan
pelembab. Mayoritas subjek tidak memiliki riwayat alergi (67,3%). Menurut Partogi
(2008), seseorang dengan riwayat atopi lebih rentan terhadap efek iritasi dari zat iritan.
Reaksi terhadap alergen sangat bervariasi berdasarkan faktor genetik dan sensitivitas
individu terhadap berbagai bahan kimia. (Partogi, 2008).
Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan hand sanitizer yang sering dapat
menyebabkan kekeringan kulit karena alkohol menghilangkan minyak alami kulit, serta
meningkatkan risiko DKA, meskipun tidak banyak subjek yang mengalami DKA.
Kelompok usia muda (21-24 tahun) lebih sering terpapar penggunaan hand sanitizer
yang mempengaruhi hidrasi kulit. Selain itu, mayoritas subjek adalah perempuan
(76,2%), yang mungkin disebabkan oleh perbedaan kebiasaan perawatan kulit dan
penggunaan produk kosmetik yang mempengaruhi hidrasi kulit.
Hasil Pengukuran Kadar Hidrasi Berdasarkan Lokasi Pengukuran
Tabel 2 Kadar Hidrasi Berdasarkan Lokasi Pengukuran
Hidrasi Kulit
Telapak
Tangan Kanan
Telapak Tangan
Kiri
Punggung
Tangan
Kanan
Punggung
Tangan Kiri
N
%
N
%
N
%
N
%
Sangat Kering (≤ 33%)
40
27,2%
37
25,2%
56
38,1%
55
37,4%
Kering (34-37%)
27
18,4%
29
19,7%
25
17%
24
16,3%
Normal (38-42%)
50
34%
50
34%
51
34,7%
54
36,7%
Lembab (43-46%)
15
10,2%
16
10,9%
9
6,1%
10
6,8%
Sangat Lembab (≥
47%)
15
10,2%
15
10,2%
6
4,1%
4
2,7%
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kadar hidrasi kulit normal ditemukan pada
telapak tangan kanan dan kiri masing-masing sebanyak 50 orang atau 34%. Hidrasi kulit
sangat kering ditemukan pada punggung tangan kanan sebanyak 56 orang atau 38,1%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 64
dan punggung tangan kiri sebanyak 55 orang atau 37,4%. Sebagian subjek juga
mengalami kulit kering pada telapak tangan kanan (18,4%), telapak tangan kiri (19,7%),
punggung tangan kanan (17%), dan punggung tangan kiri (16,3%).
Hasil ini lebih rendah dibandingkan penelitian Chairunnisa dkk. yang
menunjukkan hidrasi kulit kering pada telapak tangan kanan dan kiri (76,7%), serta
punggung tangan kanan dan kiri (56,7%).
Temuan ini didukung oleh penelitian lain
yang menunjukkan bahwa pemaparan berulang pada bahan kimia seperti detergen dapat
merusak lapisan pelindung kulit dan meningkatkan kehilangan air transepidermal
(TEWL). (Chairunnisa dkk., 2020; Schwindt dkk., 1998).
Teori yang mendukung hasil ini menyatakan bahwa kadar hidrasi kulit dapat
sangat bervariasi tergantung pada lokasi pengukuran. Bagian punggung tangan
cenderung lebih sering terpapar lingkungan eksternal dan mengalami gesekan, yang
dapat menyebabkan kondisi kulit lebih kering dibandingkan telapak tangan. Telapak
tangan, di sisi lain, memiliki kelenjar keringat yang lebih banyak dan sering lebih
lembab (Y. Chen & Bai, 2020; Jones dkk., 2018). Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi hidrasi kulit meliputi perbedaan fisiologis dalam struktur kulit di
berbagai bagian tangan, aktivitas sehari-hari yang melibatkan penggunaan tangan, dan
kebiasaan perawatan kulit yang berbeda-beda yaitu penggunaan pelembab secara rutin
pada telapak tangan mungkin lebih umum dibandingkan dengan punggung tangan, yang
sering terlewatkan (Wang dkk., 2017).
Rerata Kadar Hidrasi Kulit Tangan Kanan dan Kiri
Tabel 3 Rerata Kadar Hidrasi Kulit Tangan Kanan dan Kiri
Variabel
Frekuensi (%)
Mean
(Min,Max)
Kadar Hidrasi
34,56
(11,47;50,12)
Sangat Kering (≤ 33%)
37 (25,2%)
Kering (34-37%)
29 (19,7%)
Normal (38-42%)
49 (33,3%)
Lembab (43-46%)
18 (12,2%)
Sangat Lembab (≥ 47%)
14 (9,5%)
Berdasarkan pengukuran kadar hidrasi kulit tangan kanan dan kiri, rata-rata kadar
hidrasi kulitnya adalah 34,56 dengan rentang 11–50,12. Mayoritas subjek penelitian
memiliki kadar hidrasi kulit tangan normal sebanyak 49 orang atau 33,3%. Namun, ada
juga 37 orang atau 25,2% yang memiliki kulit sangat kering, dan 29 orang atau 19,7%
dengan kulit kering. Sebanyak 18 orang atau 12,2% memiliki kulit yang lembab, dan 14
orang atau 9,5% memiliki kulit yang sangat lembab.
Variasi kadar hidrasi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kebiasaan
perawatan kulit, dan kondisi kesehatan individu (Glahn dkk., 2002; Lee dkk., 2018).
Kulit yang sangat kering dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti cuaca dingin
atau penggunaan produk pembersih yang keras, serta faktor internal seperti hidrasi
tubuh yang tidak memadai atau kondisi medis tertentu seperti dermatitis (Jones-Smith,
2019).
Selain itu, mekanisme fisiologis kulit juga berperan penting dalam menjaga
kelembaban. Kulit memiliki lapisan free fatty acid yang berfungsi sebagai sawar kulit
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 65
untuk menjaga kelembaban, dan ketidakseimbangan dalam produksi lipid ini dapat
menyebabkan kulit menjadi kering (M. Chen dkk., 2020). Fluktuasi hormon juga dapat
mempengaruhi kadar hidrasi kulit, khususnya pada wanita yang mungkin mengalami
perubahan hormon lebih signifikan yang mempengaruhi kelembaban kulit (Johnson &
Brown, 2017). Dengan demikian, penting bagi individu untuk menerapkan rutinitas
perawatan kulit yang mencakup penggunaan pelembab yang sesuai, menjaga asupan
cairan yang cukup, dan menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan kekeringan
kulit (Miller & Brown, 2019). Hal ini sangat penting terutama bagi mereka dengan
kadar hidrasi sangat kering dan kering untuk mencegah masalah kulit yang lebih serius
dan meningkatkan kesehatan kulit secara keseluruhan.
Rerata Kadar Hidrasi Kulit Subjek dengan DKA
Tabel 4 Rerata Kadar Hidrasi Kulit Subjek dengan DKA
Variabel
Frekuensi (%)
Kadar Hidrasi
Sangat Kering (≤ 33%)
23 (82,8%)
Kering (34-37%)
3 (10,3%)
Normal (38-42%)
Lembab (43-46%)
2 (6,9%)
Sangat Lembab (≥ 47%)
Berdasarkan pengukuran kadar hidrasi pada 28 responden yang terkena dermatitis
kontak alergi, ditemukan bahwa rata-rata kadar hidrasi kulit terbanyak adalah 23 orang
atau 82,8% dengan memiliki kadar hidrasi sangat kering.
Hal ini menunjukkan bahwa DKA sangat mempengaruhi kadar hidrasi kulit,
menyebabkan kondisi kulit yang sangat kering pada sebagian besar penderita. Tidak ada
subjek dengan DKA yang memiliki hidrasi kulit normal, yang menandakan bahwa
pengaruh DKA pada hidrasi kulit sangat signifikan. Hasil ini menekankan perlunya
perhatian lebih dalam perawatan kulit penderita DKA, dengan fokus khusus pada
peningkatan hidrasi kulit untuk mengurangi ketidaknyamanan dan risiko komplikasi
lebih lanjut.
Rerata Kadar Hidrasi Kulit Terhadap Jenis Kelamin
Gambar 1 Rerata Kadar Hidrasi Kulit terhadap Jenis Kelamin
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 66
Berdasarkan pengukuran kadar hidrasi kulit pada 147 subjek penelitian, yang
terdiri dari 35 laki-laki dan 112 perempuan, ditemukan bahwa perempuan mendominasi
kategori hidrasi kulit yang sangat kering, kering, dan normal, sementara mayoritas laki-
laki memiliki kadar hidrasi kulit yang normal dan sangat kering.
Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Man MQ dkk. (2009) di mana dalam
penelitian tersebut laki-laki memiliki tingkat sebum dan pH stratum korneum yang lebih
tinggi sehingga menyebabkan perlindungan dan retensi kelembaban yang lebih baik
pada kulit, sehingga kadar hidrasi stratum korneum cenderung lebih tinggi pada laki-
laki dibanding perempuan. Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian oleh
Firooz dkk. (2012) di mana dalam penelitiannya, hidrasi kulit lebih tinggi pada subjek
perempuan, tetapi secara statistik perbedaannya tidak signifikan. Alasan mengapa
perempuan cenderung memiliki kadar hidrasi kulit yang lebih tinggi dari laki-laki sering
dikaitkan oleh pengaruh penggunaan pelembab yang lebih sering digunakan oleh
perempuan dibanding laki-laki.
Perbedaan fisiologis dan hormonal antara jenis kelamin mempengaruhi kadar
hidrasi kulit. Kulit perempuan cenderung lebih kering dibandingkan laki-laki karena
kadar sebum yang lebih rendah dan fluktuasi hormon (Jones dkk., 2018; Son dkk.,
2020; Johnson & Brown, 2017). Faktor lingkungan dan kebiasaan perawatan kulit juga
dapat mempengaruhi hasil ini, mengingat perempuan mungkin lebih sering terpapar
produk kosmetik yang bisa mengeringkan kulit.
Rerata Kadar Hidrasi Kulit Subjek dengan DKA Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 2 Rerata Kadar Hidrasi Kulit Subjek dengan DKA Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada penelitian ini, dari 28 subjek penelitian yang menderita DKA, sebanyak 22
orang berjenis kelamin perempuan dan 6 lainnya berjenis kelamin laki-laki.
Sejalan dengan penelitan Nuraga (2008) bahwa perempuan lebih berisiko terkena
penyakit kulit akibat perbedaan jumlah folikel rambut, kelenjar sebasea, dan hormon.
Hormon testosteron pada laki-laki dapat menyebabkan stratum korneum yang lebih
tebal, memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap paparan bahan kimia, serta
kelenjar sebasea yang lebih aktif yang membantu mempertahankan kelembaban kulit
(Nuraga dkk., 2008; Miller & Brown, 2019).
Perbedaan struktur kulit dan hormon antara jenis kelamin dapat mempengaruhi
kadar hidrasi kulit (Del Porto dkk., 2012). Perempuan umumnya memiliki lapisan lipid
yang lebih tipis, yang berfungsi sebagai penghalang untuk menjaga kelembaban.
Selain
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 67
itu, fluktuasi hormon, khususnya estrogen, dapat berdampak signifikan pada kadar
hidrasi kulit perempuan (M. Chen dkk., 2020). Laki-laki, di sisi lain, cenderung
memiliki kulit yang lebih tebal dan produksi sebum yang lebih tinggi, yang membantu
mempertahankan kelembaban kulit mereka lebih baik dibandingkan perempuan
(Johnson & Brown, 2017).
Faktor-faktor lain seperti penggunaan produk kosmetik yaitu pelembab dan
kebiasaan perawatan kulit juga bisa berperan. Perempuan mungkin lebih sering
menggunakan produk yang dapat mengeringkan kulit atau tidak cocok dengan jenis
kulit mereka, yang berkontribusi pada kadar hidrasi yang lebih rendah. Oleh karena itu,
hasil ini menekankan perlunya perawatan kulit untuk penderita DKA, dengan perhatian
khusus pada kebutuhan hidrasi kulit perempuan.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan. Pertama,
desain studi cross-sectional hanya memungkinkan pengumpulan data pada satu titik
waktu, sehingga sulit untuk menentukan hubungan sebab-akibat antara penggunaan
hand sanitizer dan kejadian dermatitis kontak alergi (DKA) serta kadar hidrasi kulit.
Kedua, subjek penelitian terbatas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara angkatan 2021, yang membatasi generalisasi temuan ke populasi yang
lebih luas. Ketiga, metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan korneometer
dapat mengandung bias, terutama jika responden tidak sepenuhnya jujur. Keempat,
penelitian ini tidak mempertimbangkan faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi
hidrasi kulit dan DKA, seperti kondisi cuaca dan kebiasaan perawatan kulit. Terakhir,
jumlah sampel sebanyak 147 responden mungkin masih kurang untuk mendapatkan
hasil yang lebih representatif dan signifikan secara statistik. Keterbatasan ini perlu
dipertimbangkan dalam interpretasi hasil dan perencanaan studi lanjutan untuk
pemahaman yang lebih mendalam mengenai dampak penggunaan hand sanitizer
terhadap kesehatan kulit.
Kesimpulan
Penggunaan hand sanitizer berbasis alkohol lebih signifikan dalam mempengaruhi
kadar hidrasi kulit perempuan daripada laki-laki, mayoritas perempuan mengalami
kondisi sangat kering atau kering. Kejadian DKA lebih banyak ditemukan pada subjek
perempuan (78,57%) dibandingkan laki-laki (21,43%). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian DKA termasuk riwayat alergi, penggunaan pelembab yang
mempengaruhi kadar hidrasi, frekuensi penggunaan hand sanitizer, dan jenis hand
sanitizer yang digunakan.
Daftar Pustaka
Chairunnisa I, Wijayadi L.J, Nataprawira S.M.D. (2023). Gambaran kadar hidrasi kulit
dan kejadian dermatitis kontak iritan pada petugas kebersihan di Universitas
Tarumanegara. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 3(1):29-36.
Chen, M., Xiao, J., Du, Y., Wang, M., Ruan, J., & Tian, Y. (2020). Elevated non-high-
density lipoprotein cholesterol corresponds to a high risk of nephrolithiasis in
children. BMC Urology, 20(1), 120. https://doi.org/10.1186/s12894-020-00691-6
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 68
Chen, Y., & Bai, J. (2020). Maternal and infant outcomes of full-term pregnancy
combined with COVID-2019 in Wuhan, China: retrospective case series. Archives
of Gynecology and Obstetrics, 302(3), 545551. https://doi.org/10.1007/s00404-
020-05573-8
Del Porto, H., Pechak, C., Smith, D., & Reed-Jones, R. (2012). Biomechanical effects
of obesity on balance. International Journal of Exercise Science, 5(4), 301320.
Ditjen P2P. (2021, Desember 23). Penguatan Sistem Kesehatan dalam Pengendalian
COVID-19. Kemenkes RI Ditjen P2P. https://p2p.kemkes.go.id/penguatan-sistem-
kesehatan-dalam-pengendalian-covid-19/
Erlina, E. (2009). Hubungan karakteristik individu danpenggunaan alat pelindung diri
dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja paving block CV.F. Lhokseumawe
tahun 2008 [Laporan Penelitian, Universitas Sumatera Utara].
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/41439
Firooz, A., Sadr, B., Babakoohi, S., Sarraf-Yazdy, M., Fanian, F., Kazerouni-Timsar,
A., Nassiri-Kashani, M., Naghizadeh, M. M., & Dowlati, Y. (2012). Variation of
Biophysical Parameters of the Skin with Age, Gender, and Body Region. The
Scientific World Journal, 2012, 15. https://doi.org/10.1100/2012/386936
Glahn, R. P., Wortley, G. M., South, P. K., & Miller, D. D. (2002). Inhibition of Iron
Uptake by Phytic Acid, Tannic Acid, and ZnCl 2 : Studies Using an In Vitro
Digestion/Caco-2 Cell Model. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50(2),
390395. https://doi.org/10.1021/jf011046u
Johnson, R. D., & Brown, K. G. (2017). E‐Learning. Dalam The Wiley Blackwell
Handbook of the Psychology of the Interndt Work (hlm. 369400). Wiley.
https://doi.org/10.1002/9781119256151.ch17
Jones, R., Petrie, J., & Murrell, A. (2018). Measuring Impact While Making a
Difference: A Financial Literacy Service-Learning Project as Participatory Action
Research. Journal Of Service-Learning In Higher Education.
Jones-Smith, E. (2019). Theories of Counseling and Psychotherapy: An Integrative
Approach (Third Edition). Sage Publication.
Kalboussi, H., Kacem, I., Aroui, H., El Maalel, O., Maoua, M., Brahem, A., El Guedri,
S., Chatti, S., Ghariani, N., & Mrizak, N. (2019). Impact of Allergic Contact
Dermatitis on the Quality of Life and Work Productivity. Dermatology Research
and Practice, 2019, 18. https://doi.org/10.1155/2019/3797536
Kementerian Kesehatan Indonesia. (2020, Maret 7). Tanya Jawab Coronavirus Disease
(COVID-19) - QnA Update 6 Maret 2020. Infeksi Emerging: Media Informasi
Resmi Terkini Penyakit Emerging. https://infeksiemerging.kemkes.go.id/situasi-
infeksi-emerging/tanya-jawab-coronavirus-disease-covid-19-qna-update-6-maret-
2020
Lee, S. Y., Ju, M. K., Jeon, H. M., Jeong, E. K., Lee, Y. J., Kim, C. H., Park, H. G.,
Han, S. I., & Kang, H. S. (2018). Regulation of Tumor Progression by Programmed
Necrosis. Oxidative Medicine and Cellular Longevity, 2018, 128.
https://doi.org/10.1155/2018/3537471
Lestari, F., & Utomo, H. S. (2007). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis
. Makara Kesehatan, 11(2), 6168.
Man, M. Q., Xin, S. J., Song, S. P., Cho, S. Y., Zhang, X. J., Tu, C. X., Feingold, K. R.,
& Elias, P. M. (2009). Variation of Skin Surface pH, Sebum Content and Stratum
Corneum Hydration with Age and Gender in a Large Chinese Population. Skin
Pharmacology and Physiology, 22(4), 190199. https://doi.org/10.1159/000231524
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 69
Mayhall, C. G. (2012). Hospital Epidemiology and Infection Control (Fourth Edition).
Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins.
Miller, W., & Brown, J. (2019). Self-regulation as a conceptual basis for the prevention
and treatment of addictive behaviors. In N. Heather, WR. Miller, & J. Greeley
(Eds.), Self-Control and the Addictive Behaviours (pp. 3-79). Maxwell Macmillan.
Nuraga, W., Lestari, F., & Kurniawidjaja, L. M. (2008). Dermatitis kontak pada pekerja
yang terpajan dengan bahan kimia di perusahaan industri otomotif kawasan industri
Cibitung Jawa Barat. Makara Kesehatan, 12(2), 6369.
Partogi, D. (2008). Kulit Kering. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penanganan COVID-19. (2021). Menuju COVID-19 Sebagai Endemi Menkominfo: Ayo
Perkuat Disiplin Bermasker dan Segerakan Vaksinasi. Satuan Tugas Penanganan
COVID-19. https://covid19.go.id/ berita/menuju-covid-19-sebagai-endemi-
menkominfo-ayo-perkuat-disiplin-bermasker-dan-segerakan-vaksinasi
Schwindt, D. A., Wilhem, K. P., Miller, D. L., & Maibach, H. I. (1998). Cumulative
Irritation in Older and Younger Skin: a Comparison. Acta Derm Venereol (Stockh),
78, 279283.
Son, C., Hegde, S., Smith, A., Wang, X., & Sasangohar, F. (2020). Effects of COVID-
19 on College Students’ Mental Health in the United States: Interview Survey
Study. Journal of Medical Internet Research, 22(9), e21279.
https://doi.org/10.2196/21279
Statescu, L., Branisteanu, D., Dobre, C., Solovastru, L. G., Vasilca, A., Petrescu, Z., &
Azoicai, D. (2011). Contact Dermatitis - Epidemiological Study. Maedica: Journal
of Clinical Medicine, 6(4), 277281.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3391944/
Su, M., & Chung, Y. (2019). Hand hygiene practices and its associated factors among
undergraduate students in China: A cross-sectional study. Am J Infect Control,
45(7), e67e71.
Wang, D., Shi, L., Xin, W., Xu, J., Xu, J., Li, Q., Xu, Z., Wang, J., Wang, G., Yao, W.,
He, B., Yang, Y., & Hu, M. (2017). Activation of PPARγ inhibits pro-inflammatory
cytokines production by upregulation of miR-124 in vitro and in vivo. Biochemical
and Biophysical Research Communications, 486(3), 726731.
https://doi.org/10.1016/j.bbrc.2017.03.106
WHO. (2009). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: First Global Patient
Safety Challenge Clean Care Is Safer Care.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK144008/
WHO. (2019). Guide to Local Production: WHO-recommended Handrub Formulations.
WHO: World Health Organization. https://www.who.int/publications-detail/guide-
to-local-production-who-recommended-handrub-formulations