JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 172
Uji Kapasitas Antioksidan Pada Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia
Sappan L.) dengan Metode DPPH, FRAP
Muhammad Zain Alwi Asyraf
1
, David Limanan
2*
, Eny Yulianti
3
,
Frans Ferdinal
4
Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia
Email: muhammad.40521[email protected], [email protected]
ABSTRAK
Kata Kunci: Caesalpinia
sappan, Antioksidan,
FRAP, DPPH
Antioksidan berperan sebagai pelindung dari kerusakan oksidatif,
termasuk antioksidan eksogen yang bisa didapatkan dari bahan-
bahan herbal. Salah satu contoh antioksidan eksogen alami yang
banyak ditemukan di Indonesia adalah kayu secang (Caesalpinia
sappan L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kapasitas
antioksidan dari ekstrak kayu secang menggunakan metode DPPH
(2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dan FRAP (ferric reducing antioxidant
power). Hasil uji kapasitas antioksidan dengan metode DPPH pada
ekstrak kayu secang menunjukkan nilai IC50 sebesar 99,996 µg/mL,
sementara dengan metode FRAP nilai IC50 yang diperoleh adalah
24,853 µg/mL. Berdasarkan nilai ini, kayu secang memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat menurut metode FRAP (nilai IC50
50 µg/mL) dan aktivitas antioksidan kuat menurut metode DPPH
(nilai IC50 antara 50 100 µg/mL). Dengan demikian, kayu secang
(Caesalpinia sappan L.) berpotensi dimanfaatkan sebagai
antioksidan.
ABSTRACT
Antioxidants play a protective role against oxidative damage,
including exogenous antioxidants that can be obtained from
herbal ingredients. One example of natural exogenous
antioxidants found in Indonesia is secang wood (Caesalpinia
sappan L.). This study aims to measure the antioxidant
capacity of secang wood extract using DPPH (2,2-diphenyl-1-
picrylhydrazyl) and FRAP (ferric reducing antioxidant power)
methods. The results of the antioxidant capacity test using the
DPPH method on secang wood extract showed an IC50 value
of 99.996 µg/mL, while with the FRAP method the IC50 value
obtained was 24.853 µg/mL. Based on these values, secang
wood has very strong antioxidant activity according to the
FRAP method (IC50 value 50 µg/mL) and strong antioxidant
activity according to the DPPH method (IC50 value between
50 - 100 µg/mL). Thus, secang wood (Caesalpinia sappan L.)
has the potential to be utilised as an antioxidant.
Keywords:
Caesalpinia sappan,
Antioxidants, FRAP,
DPPH
Coresponden Author: David Limanan
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 173
Pendahuluan
Oksigen (O₂) adalah elemen vital bagi kehidupan, berperan penting dalam sistem
pernapasan serta sebagai penerima akhir elektron dalam proses respirasi seluler di
mitokondria yang menghasilkan energi. Di mitokondria sel eukariotik, manusia
mengubah oksigen menjadi energi dalam bentuk Adenosin Triphosphate (ATP) melalui
fosforilasi oksidatif, komponen utama dalam metabolisme aerob yang menghasilkan
energi. Meskipun oksigen penting untuk proses metabolisme ini, ia juga dapat
membentuk Reactive Oxygen Species (ROS), yang berpotensi bersifat toksik. Untungnya,
tubuh manusia memiliki sistem pertahanan alami berupa antioksidan untuk menetralkan
efek berbahaya dari ROS tersebut
(Yosafat & Ferdinal, 2023).
ROS meskipun sering terbentuk sebagai produk sampingan dari metabolisme
oksigen, juga memiliki fungsi fisiologis penting, seperti berperan dalam sinyal seluler.
Namun, paparan stres lingkungan seperti sinar UV, radiasi, polutan, dan logam berat
meningkatkan produksi ROS secara signifikan, yang berujung pada ketidakseimbangan
dan kerusakan sel serta jaringan (Arini, 2023; Hertika & Putra, 2019; Pizzino dkk., 2017).
Peningkatan ROS ini terkait erat dengan proses penuaan alami dan menjadi faktor utama
dalam perkembangan berbagai penyakit kronis, seperti kanker, aterosklerosis, penyakit
kardiovaskular, diabetes, penyakit Parkinson dan Alzheimer, cedera hati, serta gangguan
sistem imun (Brahmanta, 2021; Isfandiary dkk., 2021; Shankar & Mehendale, 2014).
Manusia telah mengembangkan serangkaian pertahanan antioksidan untuk
melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh spesies terkait. Selain itu, sejumlah
komponen yang berasal dari sumber makanan seperti tumbuhan memiliki aktivitas
antioksidan. Istilah antioksidan dapat didefinisikan secara harfiah sebagai zat apapun
yang dapat mencegah, mengurangi, atau memperbaiki kerusakan biomolekul target yang
disebabkan oleh ROS (Li & Trush, 2016). Tumbuhan yang mengandung sifat antioksidan
salah satunya adalah kayu secang. Kayu secang yang mempunyai nama Latin Caesalpinia
Sappan merupakan tanaman yang tumbuh subur di Asia Tenggara, Tiongkok bagian
selatan dan benua India, baik di alam liar maupun sebagai pohon budidaya. Kayu secang
merupakan pohon berbunga asli Asia tropis yang memiliki sifat antioksidan dan
antiinflamasi. Senyawa fitokimia dalam kayu secang ini, terutama homoisoflavonoid
brazilin, sappanone A, protosappanin, hematoxylin, berpotensi digunakan untuk
melindungi organ kardiovaskular (Syamsunarno dkk., 2021). Selain kontribusi terhadap
kesehatan kayu secang juga memberikan manfaat yang baik bagi industri makanan.
brazilin yang diekstraksi dari bagian inti kayu secang telah digunakan sebagai pengawet
makanan dan sebagai bahan makanan fungsional (Warinhomhaun dkk., 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Prabawa dkk. (2018) menunjukkan bahwa ekstrak
kayu secang memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 55,018 µg/mL
menggunakan metode DPPH. Sementara itu, penelitian Setiawan dkk. (2018) yang
menggunakan metode FRAP melaporkan nilai IC50 sebesar 11,34 µg/mL, yang
menunjukkan aktivitas antioksidan kuat karena berada di bawah 50 µg/mL. Mengingat
masih terbatasnya informasi tentang kandungan antioksidan dalam kayu secang,
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 174
penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman tentang potensi antioksidan
yang dimiliki ekstrak kayu secang.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kapasitas antioksidan ekstrak kayu secang
dengan metode DPPH dan FRAP, yang akan memberikan gambaran kuantitatif mengenai
kemampuan ekstrak ini dalam melawan ROS. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan
dapat diperoleh data ilmiah yang mendukung pemanfaatan kayu secang sebagai sumber
antioksidan alami di Indonesia, sekaligus menambah pilihan sumber antioksidan yang
dapat diandalkan dalam pencegahan berbagai penyakit terkait stres oksidatif.
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental berbasis in vitro yang berfokus pada uji
kapasitas antioksidan. Pengujian kapasitas antioksidan dilakukan menggunakan metode
FRAP dan DPPH, dengan sampel berupa kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Setelah
pengumpulan data, analisis akan dilakukan menggunakan perangkat lunak GraphPad
Prism v.7.0 (La Jolla, California, USA). Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium
Biokimia dan Biologi Molekuler, Gedung J Lantai 1, Fakultas Kedokteran, Universitas
Tarumanagara, yang berlokasi di Jl. S. Parman No. 1, Grogol, Jakarta Barat.
Pembuatan Ekstrak Kayu Secang
Sampel penelitian ini adalah kayu secang, yang terlebih dahulu ditimbang dan
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan secara merata dalam wadah terbuka tanpa
paparan sinar matahari selama dua hari hingga teksturnya mengering. Setelah kering,
kayu secang dihaluskan menjadi simplisia, kemudian ditimbang dan dicatat. Simplisia ini
selanjutnya diekstrak menggunakan metode perkolasi dengan pelarut metanol. Proses
dimulai dengan mencampur simplisia dengan metanol dan mengaduknya hingga merata.
Simplisia yang telah dicampur didiamkan selama satu jam tanpa paparan sinar matahari,
sebelum lanjut ke tahap perkolasi. Proses perkolasi dimulai dengan menempelkan kapas
yang dibasahi sedikit metanol pada dinding perkolator. Setelah itu, simplisia dimasukkan
dan ditutup dengan kertas saring di bagian atasnya. Pelarut kemudian dituangkan hingga
tingginya mencapai 1-2 cm di atas kertas saring. Simplisia dibiarkan selama 24 jam,
kemudian cairan perkolat dibiarkan menetes perlahan dengan kecepatan 12 mL/menit,
sambil terus ditambahkan pelarut agar mengalir melalui simplisia. Ekstrak perkolat
ditampung dalam gelas ukur dan volumenya diukur. Sebagian perkolat diuapkan dengan
rotary evaporator hingga mengental, dan hasilnya ditimbang serta dicatat. Sisa perkolat
digunakan untuk uji fitokimia tanpa melalui proses evaporasi.
Pembuatan Trolox
Larutan Trolox dibuat sebagai standar pembanding antioksidan dengan
mencampurkan 0,01 gram Trolox dalam 100 mL metanol, menghasilkan konsentrasi
akhir sebesar 100 µg/mL.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 175
Pembuatan Larutan DPPH
Larutan DPPH dibuat dengan melarutkan 0,1 gram bubuk DPPH dalam 500 mL
metanol di dalam tabung volumetrik, kemudian dihomogenkan. Untuk mencegah
oksidasi dari udara, larutan ini ditutup rapat dan dilapisi aluminium foil agar terlindung
dari cahaya.
Pembuatan Larutan FRAP
Beberapa bahan utama ditimbang, yaitu 187 mg natrium asetat trihidrat, 150 mg
TPTZ, dan 270 mg FeCl3.6H2O. Dalam labu ukur 250 mL, natrium asetat trihidrat
dicampur dengan 16 mL asam asetat, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga tanda
250 mL. Di labu ukur 50 mL, TPTZ dilarutkan dalam HCl 40 mM hingga mencapai garis.
Di labu ukur 100 mL, FeCl3.6H2O dilarutkan dengan aquadest hingga tanda 100 mL.
Ketiga larutan ini kemudian dicampur dalam labu ukur 100 mL dengan perbandingan: 25
mL natrium asetat trihidrat, 2,5 mL TPTZ, dan 2,5 mL FeCl3.6H2O. Campuran
diencerkan dengan aquadest hingga mencapai tanda 100 mL.
Pengukuran Kapasitas Antioksidan dengan metode DPPH
Ekstrak kayu secang pertama-tama ditimbang dan dilarutkan dalam 10 mL metanol,
kemudian diaduk hingga tercampur sempurna. Larutan sampel ini diencerkan hingga
mencapai konsentrasi 50 µg/mL, 100 µg/mL, 150 µg/mL, 200 µg/mL, dan 250 µg/mL
pada masing-masing tabung reaksi. Sebagai pembanding, larutan trolox disiapkan dengan
melarutkan 0,01 gram trolox dalam 100 mL metanol, kemudian diencerkan dalam 10 mL
pada lima tabung reaksi dengan volume 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, dan 5 mL masing-
masing. Sebanyak 100 µL larutan stok sampel ditambahkan ke dalam microplate
polistirena jernih 96-wells, diikuti oleh penambahan larutan trolox sesuai konsentrasi dan
400 µL larutan DPPH. Campuran ini dihomogenkan dan diinkubasi selama 30 menit
dalam kondisi gelap. Pembacaan absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 520 nm
menggunakan spektrofotometer Genesys 30-Vis, dan prosedur ini diulang tiga kali
(triplo).
Tabel 1. Kapasitas Antioksidan Kayu Secang dengan Metode DPPH
Konsentrasi (µg/mL)
Rata rata Absorbansi (µg/mL)
%Inhibisi
IC
50
(µg/mL)
50
0,387
29,121
99,996
100
0,327
40,110
150
0,254
53,480
200
0,119
78,205
250
0,062
84,615
Pengukuran Kapasitas Antioksidan dengan metode FRAP
Sebanyak 0,02 gram ekstrak kayu secang dilarutkan dalam 10 mL etanol dan diaduk
hingga homogen. Larutan sampel ini kemudian diencerkan untuk memperoleh
konsentrasi 5 µg/mL, 10 µg/mL, 15 µg/mL, 20 µg/mL, 25 µg/mL, dan 30 µg/mL. Standar
Trolox disiapkan dengan konsentrasi 10 µg/mL, 15 µg/mL, 20 µg/mL, 25 µg/mL, dan 30
µg/mL sebagai pembanding. Sebanyak 100 µL larutan sampel serta larutan Trolox dalam
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 176
konsentrasi yang telah ditentukan ditambahkan ke dalam 96-well clear polystyrene
microplate yang telah berisi 300 µL larutan FRAP. Prosedur ini diulang tiga kali (triplo)
untuk setiap larutan, kemudian campuran dibiarkan selama 10 menit pada suhu 37°C.
Setelah inkubasi, absorbansi diukur menggunakan microplate reader pada panjang
gelombang 594 nm.
Tabel 2. Kapasitas Antioksidan Kayu Secang dengan Metode FRAP
Konsentrasi (µg/mL)
Rata rata Absorbansi (µg/mL)
%Inhibisi
5
0,116
22,414
10
0,128
29,688
15
0,137
34,307
20
0,175
48,571
25
0,185
51,351
Hasil Dan Pembahasan
Uji Kapasitas Antioksidan Ekstrak Kayu Secang dengan metode DPPH
Gambar 1. Kurva Persentase Inhibisi DPPH dengan Ekstrak Kayu Secang
Gambar 2. Kurva Persentase Inhibisi Standar Trolox dengan metode DPPH
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 177
IC50 merupakan konsentrasi antioksidan yang mampu menghilangkan sifat radikal
50%. Penelitian dari Prabawa dkk. (2023) menunjukan ekstrak kayu secang mengandung
antioksidan yang tergolong kuat dengan nilai IC50 sebesar 55,018 µg/mL, dikarenakan
menurut Molyneux dkk. (2018)
sampel dengan nilai IC50 di bawah 50 mg/L tergolong
antioksidan sangat kuat, sedangkan sampel dengan nilai IC50 antara 50 100 µg/mL
tergolong antioksidan kuat, dan yang mempunyai nilai IC50 sebesar 100 150 µg/mL
tergolong dalam antioksidan sedang. Penelitian lain dari Setiawan dkk. (2018) didapatkan
nilai IC50 yaitu 101,80 µg/mL dibandingkan dengan trolox yang memiliki nilai IC50
76,19 µg/mL. Dalam pengujian ini, ekstrak kayu secang menunjukkan aktivitas
antioksidan yang signifikan dengan nilai IC50 yang hampir setara dengan trolox sebagai
standar pembanding.
Uji Kapasitas Antioksidan Ekstrak Kayu Secang dengan metode FRAP
Gambar 3. Kurva Persentase Inhibisi FRAP dengan Ekstrak Kayu Secang
Gambar 4. Kurva Persentase Inhibisi Standar Trolox dengan Metode FRAP
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 178
Penelitian dari Setiawan dkk. (2018) menunjukan hasil yang mendukung penelitian
ini dengan metode FRAP didapatkan nilai IC50 sebesar 11,34 µg/mL dan IC50 trolox
sebesar 11,04 µg/mL. Hal ini menjelaskan bahwa ekstrak kayu secang mempunyai
aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 mendekati trolox yaitu kurang dari 50
µg/mL. Penelitian lain dari Febryan dkk. (2021)
menyatakan bahwa IC50 pada ekstrak
kayu secang berada pada angka 13,99 µg/mL.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan. Pertama,
penelitian hanya dilakukan dengan metode uji in vitro sehingga hasilnya belum dapat
langsung diaplikasikan pada kondisi biologis in vivo. Untuk memahami efektivitas
antioksidan kayu secang pada organisme hidup, diperlukan uji lebih lanjut, seperti uji in
vivo atau uji klinis. Kedua, ekstraksi menggunakan metode perkolasi dengan metanol
mungkin hanya mengekstrak senyawa tertentu, sehingga tidak semua komponen aktif
potensial dapat diisolasi. Pemilihan pelarut dan metode ekstraksi lain seperti sokletasi
atau ekstraksi superkritikal dapat memberikan hasil yang lebih menyeluruh. Ketiga,
penelitian ini terbatas pada pengujian dengan metode DPPH dan FRAP. Penggunaan
metode lain, seperti ABTS atau ORAC, akan membantu memperoleh pemahaman lebih
lengkap mengenai kapasitas antioksidan ekstrak kayu secang.
Dengan mempertimbangkan keterbatasan ini, penelitian selanjutnya disarankan untuk
melakukan uji lanjutan menggunakan metode pengujian lain dan memvalidasi temuan ini
melalui uji in vivo agar hasil penelitian lebih aplikatif untuk pengembangan produk
kesehatan berbasis antioksidan dari kayu secang.
Kesimpulan
Setelah melakukan berbagai penelitian dengan metode yang berbeda, maka dapat
disimpulkan bahwa penelitian dengan judul “Skrining Fitokimia dan Uji Kapasitas Total
Antioksidan (Metode DPPH, FRAP, dan ABTS) pada Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia
Sappan L.)” sebagai berikut: Hasil uji DPPH pada Ekstrak kayu secang (Caesalpinia
sappan L.) didapatkan kapasitas antioksidan dalam IC
50
sebesar 99,996 µg/mL termasuk
antioksidan kuat. Hasil uji FRAP pada Ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.)
didapatkan kapasitas antioksidan dalam IC
50
sebesar 24,853 µg/mL termasuk antioksidan
sangat kuat.
Temuan ini mendukung penggunaan kayu secang sebagai bahan alami yang dapat
membantu melawan stres oksidatif, yang merupakan faktor penyebab berbagai penyakit
kronis seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, dan kanker. Implikasi praktis dari
penelitian ini adalah bahwa kayu secang memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai
suplemen atau bahan pengawet alami dalam industri kesehatan dan pangan. Namun,
diperlukan penelitian lanjutan, termasuk uji in vivo, untuk memastikan keamanan dan
efektivitasnya dalam aplikasi sehari-hari. Hasil ini memperkuat potensi kayu secang
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 179
sebagai sumber antioksidan alami yang dapat mendukung kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.
Daftar Pustaka
Arini, P. S. (2023). Potensi Ekstrak N-Heksan Kopi Robusta (Coffea Canephora)
Lampung Sebagai Antioksidan dan Antibakteri Terhadap Bakteri (Staphylococcus
Aureus) dan (Pseudomonas aeruginosa).
Brahmanta, A. (2021). Potensi Terapi Hiperbarik Oksigen Dalam Ortodonti: Percepatan
Pergerakan Gigi. Airlangga University Press.
Febryan, D., Aryani, R., & Hidayat, A. F. (2021). Kajian Pustaka Metode Penentuan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) dan
Pemanfaatannya dalam Sediaan Lip Balm. Prosiding Farmasi, 821828.
Hadi, K., Setiami, C., Azizah, W., Hidayah, W., & Fatisa, Y. (2023). Kajian Aktivitas
Antioksidan Dari Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L.). Photon: Jurnal Sain dan
Kesehatan, 13(2), 4859. https://doi.org/10.37859/jp.v13i2.4552
Hertika, A. M. S., & Putra, R. B. D. S. (2019). Ekotoksikologi untuk Lingkungan
Perairan. Universitas Brawijaya Press.
Isfandiary, M. G., Suhartono, E., & Fakhrurrazy, F. (2021). Literature Review: Korelasi
Kadar Glukosa dengan Kadar Karbonil pada Lansia yang Memiliki Diabetes.
Homeostasis, 4(3), 685696.
Jami’ah, S. R., Ifaya, M., Pusmarani, J., & Nurhikma, E. (2018). Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Metanol Kulit Pisang Raja (Musa Paradisiaca sapientum)
Dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Jurnal Mandala Pharmacon
Indonesia, 4(1), 3338. https://doi.org/10.35311/jmpi.v4i1.22
Li, Y. R., & Trush, M. (2016). Defining ROS in Biology and Medicine. Reactive Oxygen
Species, 1(1). https://doi.org/10.20455/ros.2016.803
Pizzino, G., Irrera, N., Cucinotta, M., Pallio, G., Mannino, F., Arcoraci, V., Squadrito, F.,
Altavilla, D., & Bitto, A. (2017). Oxidative Stress: Harms and Benefits for Human
Health. Oxidative Medicine and Cellular Longevity, 2017(1).
https://doi.org/10.1155/2017/8416763
Setiawan, F., Yunita, O., & Kurniawan, A. (2018). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan) menggunakan metode DPPH, ABTS, dan
FRAP). Media Pharmaceutica Indonesiana, 2(2), 8289.
Shankar, K., & Mehendale, H. M. (2014). Oxidative Stress. Dalam Encyclopedia of
Toxicology (hlm. 735737). Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-386454-
3.00345-6
Syamsunarno, M. R. A., Safitri, R., & Kamisah, Y. (2021). Protective Effects of
Caesalpinia sappan Linn. and Its Bioactive Compounds on Cardiovascular Organs.
Frontiers in Pharmacology, 12. https://doi.org/10.3389/fphar.2021.725745
Warinhomhaun, S., Sritularak, B., & Charnvanich, D. (2018). A simple high-performance
liquid chromatographic method for quantitative analysis of brazilin in Caesalpinia
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 180
sappan L. extracts. The Thai Journal of Pharmaceutical Sciences, 42(4), 208213.
https://doi.org/10.56808/3027-7922.2369
Yosafat, F., & Ferdinal, F. (2023). Ekstrak Daun Sembung (Blumea Balsamifera) Profil
Sidik Jari Dengan Hptlc, Kapasitas Antioksidan, Uji Toksisitas dan Kadar Metabolit
Sekunder. Jurnal Kesehatan Tambusai, 4(3), 24942501.
https://doi.org/10.31004/jkt.v4i3.17106