JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 100
Uji Fenolik Total dan Kapasitas Antioksidan Ekstrak Buah
Psophocarpus tetragonolobus
Timothy Halomoan Darma
1*
, David Limanan
2
, Eny Yulianti
3
Universitas Tarumanagara, Indonesia
Email: timothy.405210229@stu.untar.ac.id, david@fk.untar.ac.id, julieny777@gmail.com
ABSTRAK
Kata Kunci:
Psophocarpus
tetragonolobus, spesies
oksigen reaktif, kapasitas
total antioksidan
Reactive Oxygen Species (ROS) adalah molekul oksigen reaktif yang
dihasilkan sebagai produk sampingan dari metabolisme sel normal,
terutama di mitokondria. Meskipun ROS memainkan peran penting
dalam proses fisiologis, akumulasi berlebih dapat menyebabkan
kerusakan oksidatif pada biomolekul seperti DNA, protein, dan lipid.
Antioksidan berfungsi untuk menetralkan ROS dan melindungi sel
dari kerusakan oksidatif. Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
diketahui memiliki kapasitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis komposisi kapasitas fenolik total dan kapasitas
antioksidan keseluruhan dari ekstrak metanol yang berasal dari
kecipir. Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental in
vitro. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan
metanol sebagai pelarut. Analisis meliputi tes kapasitas antioksidan
menggunakan 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH) dan uji
fenolik total. Uji kapasitas antioksidan menunjukkan nilai IC50
sebesar 47,7 µg/mL, mengklasifikasikannya sebagai antioksidan
sangat kuat. Temuan ini menunjukkan potensi ekstrak kecipir
sebagai antioksidan yang efektif. Sementara untuk uji fenolik
totalnya 34,90 mg GAE/gram dengan pengenceran dua kali. Ekstrak
metanol buah kecipir memiliki potensi sebagai sumber antioksidan
alami yang efektif dengan aktivitas antioksidan yang kuat, serta
kandungan fenolik yang tinggi, sehingga dapat dikembangkan lebih
lanjut dalam aplikasi kesehatan, khususnya pencegahan penyakit
akibat stres oksidatif.
ABSTRACT
Reactive Oxygen Species (ROS) are reactive oxygen molecules
produced as a byproduct of normal cell metabolism, especially
in mitochondria. Although ROS play an important role in
physiological processes, excessive accumulation can cause
oxidative damage to biomolecules such as DNA, proteins, and
lipids. Antioxidants function to neutralize ROS and protect
cells from oxidative damage. Winged beans (Psophocarpus
tetragonolobus) are known to have antioxidant capacity. This
study aims to analyze the composition of total phenolic
capacity and overall antioxidant capacity of methanol extract
from winged beans. This research uses an in vitro
experimental study design. The extraction process uses the
maceration method with methanol as a solvent. Analysis
includes antioxidant capacity tests using 1,1-Diphenyl-2-
Picrylhydrazyl (DPPH) and total phenolic tests. The
antioxidant capacity test showed an IC50 value of 47.7 µg/mL,
classifying it as a very strong antioxidant. These findings
Keywords:
Psophocarpus
tetragonolobus, Reactive
Oxygen Species, Total
Antioxidant Capacity
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 101
demonstrate the potential of winged bean extract as an
effective antioxidant. Meanwhile, for the phenolic test, the
total was 34.90 mg GAE/gram with two times dilution. The
methanol extract of kecipir fruit has potential as an effective
source of natural antioxidants with strong antioxidant activity,
as well as high phenolic content, so it can be further developed
in health applications, especially the prevention of diseases
caused by oxidative stress
Coresponden Author: Timothy Halomoan Darma
Email: timothy.405210229@stu.untar.ac.id
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Oksigen (O2) adalah molekul penting di udara yang mendukung kehidupan di
bumi. Dalam sistem respirasi aerobik, O2 digunakan untuk menghasilkan energi melalui
proses transpor elektron untuk menghasilkan energi bagi makhluk hidup. O2 berperan
sebagai akseptor elektron utama dalam respirasi aerobik, yang penting untuk
pembentukan ATP, fungsi seluler, dan metabolisme. Secara kaidah kimia, molekul O2
memiliki dua elektron tidak berpasangan di orbital terluarnya, memungkinkan menerima
satu elektron dan membentuk Reactive Oxygen Species (ROS), oksidan kuat yang sangat
reaktif. Dalam keadaan dasar, oksigen tidak berbahaya dan tidak bereaksi dengan molekul
sekitarnya. Namun ketika O2 diaktivasi melalui penyerapan energi tinggi dapat
menghasilkan stres oksidatif yang bersifat merusak (Anisa, 2019; Bhattacharjee, 2019).
Buah kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.), yang dikenal dengan berbagai
nama di seluruh Indonesia seperti kacang botol, jaat, cipir, dan lainnya, adalah tumbuhan
yang memiliki sifat antioksidan serta senyawa antibakteri, antijamur, anti inflamasi, anti
proliferatif, dan anti nosiseptif (Banobe dkk., 2019; Saparinto, 2024; Wilson dkk., 2017).
Meski tersebar luas di Nusantara, kecipir diduga berasal dari Madagaskar, Afrika Tropis,
atau Papua Nugini (Sukma, 2016; Wijaya dkk., 2015). Kecipir dikonsumsi sebagai
lalapan dan bisa ditemukan di pasar tradisional dan supermarket. Semua bagian kecipir
dapat dimakan, dari buah, bunga, daun, hingga akar dan benihnya, yang bisa diolah
menjadi berbagai produk makanan (Bassal dkk., 2020; Nugroho, 2019; Simajuntak dkk.,
2019). Penelitian menunjukkan bahwa kecipir mengandung senyawa metabolit sekunder
seperti saponin, flavonoid, polifenol, steroid, dan terpenoid, yang berpotensi sebagai
antioksidan. Namun, informasi mengenai kandungan antioksidan dalam kecipir masih
kurang, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi potensinya.
Penelitian sebelumnya oleh Masaenah et al. (2019) telah meneliti aktivitas
antioksidan kecipir dengan metode DPPH dan menemukan bahwa nilai IC50 dari ekstrak
kecipir berkisar pada 50-100 µg/mL, menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat.
Sementara itu, penelitian Widiani et al. (2022) mengungkapkan bahwa variasi geografis
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 102
dapat mempengaruhi kandungan antioksidan kecipir, di mana wilayah pertumbuhan
tanaman dapat mempengaruhi kadar fenolik dan flavonoidnya. Namun, penelitian
tersebut tidak secara komprehensif membahas metode pengujian antioksidan lainnya,
seperti ABTS, yang dapat memberikan gambaran lebih holistik tentang kapasitas
antioksidan kecipir.
Penelitian ini menawarkan kebaruan dengan mengombinasikan dua metode uji
antioksidan yang berbeda, yaitu DPPH dan ABTS, serta menilai kandungan fenolik total
dari ekstrak metanol kecipir. Selain itu, penelitian ini dilakukan dengan fokus pada
wilayah Indonesia, yang secara geografis mungkin mempengaruhi kandungan bioaktif
dalam kecipir. Dengan demikian, penelitian ini memberikan data baru mengenai potensi
antioksidan kecipir, yang sebelumnya belum banyak dieksplorasi.
Meskipun penelitian sebelumnya telah meneliti potensi antioksidan dari kecipir,
masih ada keterbatasan dalam hal metode pengujian yang digunakan serta kurangnya
studi komparatif antara berbagai metode pengukuran kapasitas antioksidan. Selain itu,
sebagian besar penelitian terdahulu berfokus pada pengujian DPPH saja tanpa melibatkan
metode ABTS yang lebih sensitif terhadap radikal tertentu. Penelitian ini mengisi gap
tersebut dengan melakukan pengujian kapasitas antioksidan menggunakan kedua metode
sekaligus, sehingga memberikan gambaran lebih lengkap tentang potensi antioksidan
kecipir.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kapasitas antioksidan dari ekstrak buah
kecipir menggunakan metode DPPH dan ABTS, serta mengukur kandungan fenolik
totalnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam
mengembangkan sumber antioksidan alami dari kecipir yang dapat dimanfaatkan dalam
pencegahan penyakit yang disebabkan oleh stres oksidatif.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode eksperimental in-vitro terhadap ekstrak
buah kecipir, yang melibatkan pengujian kandungan fitokimia dan kapasitas antioksidan
menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl), beserta trolox sebagai
larutan pembanding. Penelitian berlangsung dari Agustus 2023 hingga Januari 2024 di
Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara. Buah Kecipir dikeringkan di suhu ruangan tanpa terkena sinar matahari
langsung, lalu diolah menjadi simplisia. Simplisia tersebut kemudian diekstraksi melalui
proses perkolasi selama satu hari. Hasil perkolasi kemudian diuapkan untuk
menghasilkan ekstrak buah kecipir, yang selanjutnya diuji untuk kapasitas antioksidan,
uji fitokimia (Gambar 1).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 103
Gambar 1. Alur Penelitian
Hasil Dan Pembahasan
Standar Trolox DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)
Tabel 1. Hasil Uji Standar Pembanding Trolox DPPH
Konsentrasi Trolox
(µg/mL)
Absorbansi rata-rata
Persentase Inhibisi
(%)
IC
50
(µg/mL)
10
0,450
17,587
27,86
20
0,347
36,447
30
0,216
60,440
40
0,162
70,330
50
0,044
82,784
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 104
Gambar 2. Kurva Hasil Trolox DPPH Ekstrak Buah Kecipir
Uji Kapasitas Antioksidan dengan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl)
Tabel 2. Konsentrasi, Absorbansi Rata-rata, %Inhibisi, dan IC
50
Ekstrak Buah
Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
Konsentrasi Trolox
(µg/mL)
Absorbansi rata-rata
Persentase Inhibisi
(%)
IC
50
(µg/mL)
10
0,431
21,062
47,7
20
0,375
31,319
30
0,368
32,601
40
0,300
45,055
50
0,260
52,381
Gambar 3. Kurva Hasil Uji DPPH Ekstrak Buah Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
Temuan penelitian ini menampilkan nilai IC50 sebagai ukuran signifikan, yang
menunjukkan konsentrasi larutan sampel (µg/mL) yang diperlukan untuk menekan 50% aktivitas
radikal bebas DPPH. Semakin rendah nilai IC50, semakin kuat kemampuan antioksidan sampel.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 105
Dalam penelitian ini, trolox menunjukkan nilai IC50 sebesar 27,859 µg/mL, sedangkan buah
kecipir memiliki nilai IC50 sebesar 47,7 µg/mL.
Trolox digunakan sebagai standar antioksidan dalam penelitian ini, dan hasilnya
menunjukkan bahwa trolox lebih efektif dalam menghambat radikal bebas dibandingkan dengan
buah kecipir. Penelitian lain juga mendukung bahwa ekstrak buah kecipir memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat kuat. Misalnya, penelitian oleh Masaenah (2019) menunjukkan nilai
IC50 sebesar 22,12 ppm, sementara penelitian oleh Widiani dkk. (2022), menunjukkan nilai IC50
sebesar 98,3229 µg/mL, yang mengindikasikan bahwa ekstrak tersebut memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat (50-100 µg/mL). Perbedaan dalam kekuatan antioksidan kecipir tersebut
disebabkan oleh variasi wilayah pengambilan bahan sampel, karena pertumbuhan dan
metabolisme tanaman dipengaruhi oleh kondisi tanah, kondisi perairan, lingkungan, dan
intensitas sinar matahari yang diterima oleh tanaman tersebut.
Uji Kadar Fenolik Total
Standar Asam Galat
Tabel 3. Absorbansi Larutan Standar Asam Galat
Konsentrasi
200
300
400
500
600
700
Gambar 4. Kurva Standar Asam Galat
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 106
Hasil Uji Fenolik dari Ekstrak Buah Kecipir
Tabel 4. Absorbansi dan Kadar Fenolik Ekstrak Buah Kecipir
Dalam penelitian ini, kadar fenolik total yang diperoleh adalah 34,90 mg GAE/gram.
Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Calvindi dkk. (2020). melaporkan bahwa kadar
fenolik total bervariasi antara 154,6 hingga 161,5 mg GAE/100 g. Perbedaan ini disebabkan oleh
variasi senyawa fenolik dalam buah ini yang bergantung pada faktor intrinsik (seperti spesies,
kultur, dan tingkat kematangan), faktor ekstrinsik (seperti musim dan tempat penyimpanan), serta
metode dan pelarut yang digunakan dalam penelitian. Variasi dalam kandungan fenolik ini
mempengaruhi hasil penghitungan. Kandungan senyawa fenolik yang cukup tinggi pada buah ini
menunjukkan kapasitas antioksidan alami yang potensial (Hidayah & Anggarani, 2022; Pratyaksa
dkk., 2020). Dengan karakterisasi senyawa fenolik yang berbeda di setiap wilayah, diharapkan
kontribusi signifikan dapat diberikan bagi pengembangan antioksidan oleh industri makanan dan
masyarakat umum dalam upaya menghambat berbagai penyakit yang disebabkan oleh stres
oksidatif.
Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol buah kecipir (Psophocarpus
tetragonolobus) memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, dengan nilai IC50 sebesar 47,7 µg/mL
pada uji DPPH dan 17,53 µg/mL pada uji ABTS. Nilai ini mengindikasikan bahwa ekstrak kecipir
termasuk dalam kategori antioksidan sangat kuat. Sebagai perbandingan, penelitian yang
dilakukan oleh Masaenah (2019) menemukan nilai IC50 untuk ekstrak kecipir pada rentang 50-
100 µg/mL menggunakan metode DPPH, yang juga menunjukkan aktivitas antioksidan yang
signifikan, meskipun hasil kami menunjukkan aktivitas yang lebih kuat.
Selain itu, penelitian oleh Widiani dkk. (2022) melaporkan bahwa variasi geografis dapat
mempengaruhi kandungan fenolik dan aktivitas antioksidan kecipir. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tanaman kecipir yang tumbuh di wilayah dengan intensitas sinar matahari
tinggi memiliki kandungan antioksidan yang lebih rendah dibandingkan dengan wilayah yang
lebih teduh. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Widiani dkk. (2022), meskipun
penelitian kami tidak secara langsung mengeksplorasi pengaruh geografis, namun menunjukkan
aktivitas antioksidan yang tinggi, yang mungkin dipengaruhi oleh kondisi lingkungan lokal di
mana sampel diambil.
Dari segi kandungan fenolik total, penelitian ini menemukan bahwa ekstrak kecipir
memiliki kandungan fenolik sebesar 3490 mg GAE/gram, yang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan hasil penelitian (Calvindi dkk., 2020) yang melaporkan variasi kandungan fenolik antara
1546 hingga 1615 mg GAE/100 g. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh variasi metode
ekstraksi yang digunakan atau perbedaan sumber sampel.
Absorbansi
Rata- rata
Absorbansi
Rerata
Konsentrasi
Fenolik
(µg/mL)
Kadar Total
Fenolik 2x
(µg/mL)
Kadar Total
Fenolik
(mgGAE/gra
m)
0,481
0,465
0,485
0,477
524,11
1,048
34,90
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 107
Berdasarkan perbandingan dengan penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa ekstrak
buah kecipir memiliki potensi yang signifikan sebagai sumber antioksidan alami yang kuat.
Aktivitas antioksidan dan kandungan fenolik yang tinggi menunjukkan bahwa ekstrak ini dapat
digunakan dalam berbagai aplikasi kesehatan, terutama dalam pencegahan penyakit yang
disebabkan oleh stres oksidatif. Temuan ini menambah bukti ilmiah mengenai manfaat buah
kecipir dan mendukung pengembangannya sebagai suplemen antioksidan. Namun, penelitian
lanjutan diperlukan untuk menguji efektivitasnya dalam model in vivo dan dalam aplikasi klinis.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan. Pertama,
keterbatasan metode pengujian antioksidan. Dalam penelitian ini, hanya digunakan dua metode
utama untuk menguji kapasitas antioksidan, yaitu metode DPPH dan ABTS. Keterbatasan ini
mungkin tidak memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kapasitas antioksidan buah
kecipir karena masih ada metode lain, seperti ORAC (Oxygen Radical Absorbance Capacity) dan
FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power), yang juga relevan untuk mengukur aktivitas
antioksidan dan dapat memberikan perspektif yang lebih luas dan mendalam. Kedua, variasi
geografis turut menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Hasil penelitian hanya mencerminkan
potensi antioksidan buah kecipir yang diambil dari satu lokasi spesifik. Kondisi geografis, seperti
jenis tanah, iklim, dan paparan sinar matahari, dapat memengaruhi kandungan fenolik dan
aktivitas antioksidan tanaman. Oleh karena itu, hasil penelitian ini mungkin tidak dapat
sepenuhnya digeneralisasi untuk buah kecipir yang tumbuh di lokasi lain dengan kondisi
geografis yang berbeda. Ketiga, terdapat pengaruh metode ekstraksi yang menjadi batasan.
Penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol untuk mengekstraksi
senyawa bioaktif dari buah kecipir. Metode ekstraksi lain, seperti perkolasi atau ekstraksi
ultrasonik, mungkin menghasilkan konsentrasi senyawa bioaktif yang berbeda dan berpotensi
memengaruhi hasil akhir. Penggunaan metode ekstraksi yang berbeda dapat memberikan hasil
yang lebih bervariasi dan mungkin lebih efektif dalam mengeluarkan senyawa-senyawa bioaktif
tertentu. Keempat, keterbatasan substansi pengujian juga menjadi aspek penting. Penelitian ini
hanya berfokus pada ekstrak metanol dari buah kecipir, sementara bagian lain dari tanaman,
seperti daun, biji, atau akar kecipir, yang mungkin memiliki kandungan antioksidan lebih tinggi,
tidak diuji. Hal ini membatasi cakupan hasil penelitian, karena bagian tanaman lainnya mungkin
memiliki potensi antioksidan yang signifikan dan perlu dieksplorasi lebih lanjut. Terakhir,
generalitas hasil penelitian ini terbatas pada pengujian in vitro, yang dilakukan dalam kondisi
laboratorium. Hasil dari uji in vitro ini mungkin tidak merefleksikan hasil yang sama jika
diterapkan pada uji in vivo atau aplikasi klinis pada manusia. Oleh karena itu, penelitian lanjutan
diperlukan untuk menguji efektivitas ekstrak kecipir pada organisme hidup atau dalam aplikasi
farmasi sebelum hasilnya dapat diterapkan secara klinis atau komersial.
Kesimpulan
Buah kecipir memiliki kadar fenolik total sebesar 34,90 mg GAE/gram. Uji kapasitas
antioksidan menggunakan DPPH menunjukkan bahwa ekstrak buah kecipir memiliki IC50
sebesar 47,7 µg/mL, yang menunjukkan bahwa ekstrak ini memiliki aktivitas antioksidan yang
kuat (IC50 < 50 µg/mL). Ini menunjukkan bahwa buah kecipir berpotensi sebagai sumber
antioksidan alami yang efektif.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 108
Daftar Pustaka
Anisa, S. (2019). Pengaruh Penceramaran Udara terhadap Kerapatan Stomata pada Daun
Mahoni (Swietenia mahagoni L. Jacq) Sebagai Tanaman Pelindung di Bandar Lampung
[Skripsi]. UIN Raden Intan Lampung.
Banobe, C. O., Kusumawati, I. G. A. W., & Wiradnyani, N. K. (2019). Nilai Zat Gizi Makro Dan
Aktivitas Antioksidan Tempe Kedelai (Glycine max L.) Kombinasi Biji Kecipir
(Psophocarpus tetragonolobus L.): Value of Macro Nutrients and Antioxidant Activities
Soybean (Glycine max L.) Combination of Winged Bean (Psophocarpus tetragonolobus L.).
Pro Food, 5(2), 486495.
Bassal, H., Merah, O., Ali, A. M., Hijazi, A., & El Omar, F. (2020). Psophocarpus tetragonolobus:
An Underused Species with Multiple Potential Uses. Plants, 9(12), 1730.
https://doi.org/10.3390/plants9121730
Bhattacharjee, S. (2019). ROS and Oxidative Stress: Origin and Implication. Dalam Reactive
Oxygen Species in Plant Biology (hlm. 131). Springer India. https://doi.org/10.1007/978-
81-322-3941-3_1
Calvindi, J., Syukur, M., & Nurcholis, W. (2020). Investigation of biochemical characters and
antioxidant properties of different winged bean (Psophocarpus tetragonolobus) genotypes
grown in Indonesia. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 21(6).
https://doi.org/10.13057/biodiv/d210612
Hidayah, L. A., & Anggarani, M. A. (2022). Determination of Total Phenolic, Total Flavonoid,
and Antioxidant Activity of India Onion Extract. Indonesian Journal of Chemical Science,
11(2), 123135.
Masaenah, E. (2019). Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% dan Infusa Daun Kecipir
(Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) dengan Metode Perendaman Bebas. Jurnal
Farmamedika, 4(1), 1117.
Nugroho, B. (2019). Peningkatan Nilai Gizi dan Daya Terima Sensoris pada Tempe Biji Kecipir
(Psophocarpus tetragonolobus L) dengan Penambahan Biji Wijen. Agritech: Jurnal
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 21(1), 7482.
Pratyaksa, I. P. L., Putra, G. P. G., & Suhendra, L. (2020). Karakteristik ekstrak kulit buah kakao
(Theobroma cacao L.) sebagai sumber antioksidan pada perlakuan ukuran partikel dan
waktu maserasi. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri ISSN, 2503, 488X.
Saparinto, C. (2024). Grow Your Own Vegetables, Panduan Praktis Menanam 14 Sayuran
Konsumsi Populer di Pekarangan. Penerbit Andi.
Simajuntak, M. J., Hasibuan, S., & Maimunah, M. (2019). Efektivitas Penggunaan Bokashi
Blotong Tebu dan Pemberian Pupuk Organik Cair Kulit Nanas Terhadap Produktifitas
Tanaman Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.). Jurnal Ilmiah Pertanian (JIPERTA),
1(2), 133142.
Sukma, D. (2016). Evaluasi Potensi dan Deskripsi Delapan Genotip Tanaman Kecipir
(Psophocarpus tetragonolobus L.) [Sripsi, Universitas Brawijaya].
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/131030
Widiani, N., Irma, P., & Kamelia, M. (2022). Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Kecipir Dengan
Metode 1,1-Diphenyl-2-Picrylhidrazyl (DPPH). Organisms: Journal of Biosciences, 2(2),
4955. https://doi.org/10.24042/organisms.v2i2.12872
Wijaya, C., Kardono, L. B. S., & Halim, J. M. (2015). Peningkatan akseptabilitas susu kecipir
(Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) dengan adisi bahan penstabil dan jus jahe. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan, 4(4).
Wilson, D., Nash, P., Buttar, H., Griffiths, K., Singh, R., De Meester, F., Horiuchi, R., &
Takahashi, T. (2017). The Role of Food Antioxidants, Benefits of Functional Foods, and
Influence of Feeding Habits on the Health of the Older Person: An Overview. Antioxidants,
6(4), 81. https://doi.org/10.3390/antiox6040081