JUSINDO, Vol. 7 No. 1, Januari 2025
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 86
Uji Toksisitas dan Kapasitas Antioksidan ABTS pada Apium
Graveolens
Karennina Larissa Maharani
1*
, Eny Yulianti
2
, Frans Ferdinal
3
Universitas Tarumanagara, Indonesia
Email: karennina.40521017[email protected].id, frafrdl@fk.untar.ac.id
ABSTRAK
Kata Kunci:
Apium graveolens; ABTS;
BSLT
Seledri (Apium graveolens) merupakan tumbuhan yang mudah
ditemukan, dapat dikonsumsi dan umumnya dapat digunakan
sebagai pengobatan karena memiliki banyak manfaat terutama
dalam bidang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
dan mengetahui kandungan kapasitas antioksidan dan toksisitas pada
Apium graveolens. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
eksperimental in vitro. Analisis yang digunakan meliputi uji
kapasitas antioksidan 2,2’-azino-bis-(3-ethylbenzothiazoline-6-
sulfonic)acid (ABTS) dan uji toksisitas Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT). Pada uji kapasitas antioksidan menunjukan nilai IC
50
11,446
µg/mL, termasuk ke dalam kategori antioksidan yang sangat kuat.
Penelitian ini menunjukan bahwa Apium graveolens merupakan
antioksidan yang cukup efektif. Tingkat toksisitas Apium graveolens
yang ditunjukan dengan nilai LC
50
didapatkan sebesar 269,153
µg/mL, termasuk ke dalam kategori toksisitas toksik sedang
sehingga memiliki potensi sebagai antimitosis. Berdasarkan hasil ini,
disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi
klinis ekstrak seledri, terutama dalam pengembangan suplemen
antioksidan untuk pencegahan penyakit degeneratif.
ABSTRACT
Celery (Apium graveolens) is a plant that is easy to find, can
be consumed, and can generally be used as medicine because
it has many benefits, especially in the health sector. This
research aims to measure and determine the antioxidant
capacity and toxicity content of Apium graveolens. This
research uses an in vitro experimental research design. The
analysis used includes the 2,2'-azino-bis-(3-
ethylbenzothiazoline-6-sulfonic) acid (ABTS) antioxidant
capacity test and the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
toxicity test. The antioxidant capacity test showed an IC50
value of 11.446 µg/mL, included in the very strong antioxidant
category. This research shows that Apium graveolens is a
quite effective antioxidant. The toxicity level of Apium
graveolens, as indicated by the LC50 value, was 269.153
µg/mL, which is included in the moderately toxic category, so
it has potential as an antimitotic agent. Based on these results,
it is recommended that further research be conducted on the
clinical application of celery extract, especially in the
development of antioxidant supplements for the prevention of
degenerative diseases.
Keywords:
Apium graveolens;
ABTS; BSLT
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 87
Coresponden Author: Karennina Larissa Maharani
Email: karennina.4052101[email protected].id
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Stres oksidatif merupakan kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan jumlah
radikal bebas dengan jumlah antioksidan dan memiliki peranan penting dalam proses
menua yang dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif (Mar’atirrosyidah &
Estiasih, 2015; Werdhasari, 2014). Radikal bebas memiliki fungsi yang penting dalam
pensinyalan sel, transportasi ion, apoptosis dan ekspresi gen. Kerusakan sel yang
signifikan dapat terjadi di dalam tubuh ketika adanya tekanan lingkungan dan kerusakan
sel maka, akan terjadi peningkatan kadar Reactive Oxygen Species (ROS). Hal ini
menyebabkan stres oksidatif berkontribusi dalam patogenesis berbagai penyakit seperti
kanker, diabetes melitus, penyakit inflamasi, dan proses penuaan (Asao & Asaduzzaman,
2018; Jahazi dkk., 2020). Antioksidan berperan penting dan dibutuhkan dalam mengatasi
serta mencegah stress oksidatif tersebut.
Kemudian, antioksidan juga mampu dalam
melawan radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh (Kusmardika, 2020; Syahara &
Vera, 2020; Werdhasari, 2014).
Apium graveolens merupakan tanaman herbal yang
sering digunakan sebagai bumbu dan pengobatan tradisional. Tanaman ini memiliki
berbagai komponen bioaktif serta kualitas biologis dan farmakologis (Stephen dkk.,
2020). Apium graveolens berpotensi dalam mencegah beberapa penyakit seperti
gangguan rematik, penyakit kardiovaskular, pernyakit hati dan paru-paru, serta asam urat
(Kooti & Daraei, 2017; Rusdiana, 2018).
Kebaruan dari penelitian ini terletak pada penggunaan kombinasi tiga metode uji
antioksidan, yaitu ABTS, DPPH, dan FRAP, serta uji toksisitas dengan metode BSLT,
yang belum banyak dilakukan secara bersamaan pada ekstrak seledri di Indonesia. Selain
itu, penelitian ini juga berfokus pada analisis fenolik total dan fitokimia, yang
memberikan wawasan lebih mendalam mengenai komponen bioaktif dalam seledri.
Gap penelitian yang diidentifikasi adalah kurangnya data empiris yang
komprehensif terkait kapasitas antioksidan dan toksisitas seledri dalam konteks aplikasi
medis. Penelitian sebelumnya cenderung hanya menyoroti satu aspek antioksidan atau
toksisitas tanpa mengeksplorasi hubungan keduanya secara menyeluruh. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengisi kekosongan tersebut dengan melakukan pengujian
yang lebih mendalam dan memberikan landasan ilmiah yang lebih kuat bagi
pengembangan produk suplemen herbal dari seledri.
Dengan demikan, berdasarkan informasi tersebut penulis bermaksud melakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kapasitas antioksidan dan toksisitas dari
Apium graveolensm.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 88
Gambar 1. Stres Oksidatif, Epigenetik dan Penuaan. ROS, Spesies Oksigen Reaktif
(Cencioni dkk., 2013)
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode eksperimental yang bersifat in
vitro dan bioassay. Penelitian ini menggunakan tanaman seledri (Apium graveolens)
bagian daun dan batangnya sebagai sampel penelitian. Variabel yang diteliti terdiri atas
uji kapasitas antioksidan dengan menggunakan metode ABTS dan uji toksistas dengan
menggunakan metode BSLT. Data dianalisis menggunakan aplikasi Graphpad, prismv.9.0
La Jolla, California, USA dan data akan ditampilkan dalam bentuk grafik. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler, Gedung J Lantai 1,
Fakultas Kedokteran, Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat.
Hasil Dan Pembahasan
Uji Kapasitas Antioksidan dengan Menggunakan Metode ABTS
Uji kapasitas antioksidan Apium graveolens menggunakan metode 2,2’-azino-bis-
(3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonic) acid (ABTS). Pada penelitian ini digunakan 6-
hydroxy-2,5,7,8-tetramethylchroman-2-carboxylic acid (trolox) sebagai standar
pembanding. Dari hasil penelitian sebelumnya didapatkan hasil IC
50
untuk Apium
graveolens dan larutan Trolox adalah 11,446 µg/mL dan 16,461 µg/mL.
Tabel 1. Hasil Uji Kapasitas Antioksidan Apiun graveolens dengan Metode ABTS
Konsentrasi (µg/mL)
Absorbansi Rata-
Rata (µg/mL)
% Inhibisi
IC
50
10
0,039
48,684
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 89
20
0,033
56,579
30
0,021
72,368
11,446
40
0,012
84,211
50
0,008
89,474
Gambar 2 Kurva Hasil Uji ABTS Apium graveolens
Gambar 3 Kurva Hasil Uji Standar Pembanding ABTS Apium graveolens
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Al Aboody (2021) dimana memperoleh nilai
IC
50
pada Apium graveolens sebesar 35,69 µg/mL. Penelitian tersebut juga menggunakan
metode ABTS. Perbedaan IC
50
antara keduanya disebabkan oleh jenis pelarut dan bagian
dari tanaman yang diteliti. Dimana, pada penelitian Al Aboody (2021), DMSO digunakan
sebagai pelarut dan menggunakan seluruh bagian Apium graveolens sebagai bahan
penelitian. Selain itu, menurut penelitian Nurmiati dkk. (2020), kapasitas antioksidan
Apium graveolens termasuk ke dalam kategori senyawa dengan tingkat antioksidan yang
sangat kuat (IC
50
< 50ppm).
0 20 40 60
0
20
40
60
80
100
Konsentrasi (µg/mL)
% Inhibisi
Y = 1.092X + 37.50
R
2
= 0,9769
0 20 40 60
0
20
40
60
80
100
Konsentrasi (µg/mL)
% Inhibisi
Y = 0.8553X + 35.92
R
2
= 0,9900
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 90
Uji Toksisitas dengan Menggunakan Metode BSLT
Metode yang digunakan untuk menguji tingkat toksisitas dari suatu tanaman merupakan
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Metode ini menggunakan udang Artemia salina.
Dalam penelitian ini apabila didapatkan konsentrasi Apium graveolens yang semakin
tinggi pada saat diujikan kepada larva Artemia salina, maka semakin tinggi juga
mortalitas larva Artemia salina.
Tabel 2. Hasil Uji Toksisitas Apium graveolens denga Metode BSLT
Konsentrasi
(µg/mL)
Log Konsentrasi
(µg/mL)
% Mortalitas
LC
50
200
2,30
20,000
300
2,48
61,538
269,153
400
2,60
89,130
500
2,70
96,721
Gambar 4. Kurva Hasil Uji Toksisitas BSLT Apium graveolens
Nilai LC
50
yang diperoleh pada Apium graveolens sebesar 269,153 µg/mL. Hasil uji
toksisitas Apium graveolens pada penelitian ini cukup memiliki perbedaan dengan
penelitian Octaviani dkk.. Pada penelitian Octaviani dkk. (2013)
diperoleh nilai LC
50
sebesar 160 µg/mL, dimana terdapat perbedaan sebesar 109,153 µg/mL. Perbedaan ini
disebabkan oleh bagian dari tanaman yang digunakan, sebab jika ditinjau dari metode
yang digunakan pada penelitian uji toksisitas Apium graveolens penulis dan Octaviani
dkk. (2013) keduanya sama-sama memakai metode BSLT yang dikutip dari Meyer.
Berdasarkan penelitian Ismail (2014), LC
50
pada Apium graveolens termasuk ke dalam
kategori toksik sedang (moderately toxic) karena berada pada rentang 100-1000 ppm.
Maka, dapat disimpulkan bahwa Apium graveolens memiliki sifat sitotoksik dengan
kategori toksik sedang, sehingga dapat berpotensi sebagai antimitosis.
Keterbatasan Penelitian: Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang perlu
diperhatikan. Pertama, hanya bagian daun dan batang dari Apium graveolens yang
digunakan dalam pengujian, sehingga hasil penelitian ini tidak mencakup potensi dari
bagian tanaman lain seperti akar atau biji. Kedua, penelitian ini dilakukan secara in vitro,
1 2 3
-600
-400
-200
0
200
% Mortalitas
Log Konsentrasi (µg/mL)
Y = 199.1X - 434.8
R
2
= 0,9745
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 91
yang meskipun memberikan hasil yang signifikan, tidak dapat sepenuhnya
menggambarkan efek dalam kondisi in vivo pada manusia atau hewan. Oleh karena itu,
diperlukan penelitian lanjutan yang melibatkan uji in vivo untuk memahami potensi
terapeutik yang lebih mendalam dari Apium graveolens. Selain itu, variabel-variabel lain
yang mungkin memengaruhi hasil, seperti pengaruh lingkungan dan variasi genetik
tanaman, juga belum dieksplorasi dalam penelitian ini.
Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai kapasitas antioksidan dengan menggunakan
metode 2,2’-azino-bis-(3-ethylbenzothiazoline-6-sulfonic)acid (ABTS) pada Apium graveolens
dalam IC
50
sebesar 11,446 µg/mL, dimana termasuk ke dalam kategori antioksidan yang sangat
kuat. Uji tingkat toksisitas Apium graveolens pada penelitian ini didapatkan dalam LC
50
sebesar
269,153 µg/mL, dimana termasuk ke dalam kategori toksisitas dengan toksik sedang sehingga
memiliki potensi sebagai antimitosis. Penelitian ini perlu dilakukan uji kapasitas antioksidan,
skrining uji fitokimia, dan toksisitas dari Apium graveolens dengan menggunakan bagian lain dari
tanaman seperti, akar dan bijinya. Kemudian, diperlukan penelitian yang lebih lanjut dengan cara
in vivo pada hewan uji coba untuk mengetahui lebih lanjut mengenai potensi antioksidan pada
Apium graveolens.
Daftar Pustaka
Al Aboody, M. S. (2021). Cytotoxic, antioxidant, and antimicrobial activities of Celery (Apium
graveolens L.). Bioinformation, 17(1), 147156. https://doi.org/10.6026/97320630017147
Asao, T., & Asaduzzaman, M. (2018). Phytochemicals - Source of Antioxidants and Role in
Disease Prevention (T. Asao & M. Asaduzzaman, Ed.). InTech.
https://doi.org/10.5772/intechopen.72985
Cencioni, C., Spallotta, F., Martelli, F., Valente, S., Mai, A., Zeiher, A., & Gaetano, C. (2013).
Oxidative Stress and Epigenetic Regulation in Ageing and Age-Related Diseases.
International Journal of Molecular Sciences, 14(9), 1764317663.
https://doi.org/10.3390/ijms140917643
Ismail, A. R. (2014). The application of biodiesel as an environmental friendly drilling fluid to
drill oil and gas well. Sriwijaya International Seminar on Energy-Environmental Science
and Technology, 1(1), 1620.
Jahazi, M. A., Hoseinifar, S. H., Jafari, V., Hajimoradloo, A., Van Doan, H., & Paolucci, M.
(2020). Dietary supplementation of polyphenols positively affects the innate immune
response, oxidative status, and growth performance of common carp, Cyprinus carpio L.
Aquaculture, 517, 734709. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2019.734709
Kooti, W., & Daraei, N. (2017). A Review of the Antioxidant Activity of Celery ( Apium
graveolens L). Journal of Evidence-Based Complementary & Alternative Medicine, 22(4),
10291034. https://doi.org/10.1177/2156587217717415
Kusmardika, D. A. (2020). Potensi aktivitas antioksidan daun kelor (Moringa oleifera) dalam
mencegahan kanker. Journal of Health Science and Physiotherapy, 2(1), 4650.
Mar’atirrosyidah, R., & Estiasih, T. (2015). Aktivitas antioksidan senyawa bioaktif umbi-umbian
lokal inferior: kajian pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2), 594601.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 7, No. 1, Januari 2025 | 92
Nurmiati, N., Nuryanti, S., & Tahril, T. (2020). Antioxidant Activity Test of Ethanol and Water
Extracts of Celery (Apium graveolens L.). Jurnal Akademika Kimia, 9(2), 93101.
https://doi.org/10.22487/j24775185.2020.v9.i2.pp93-101
Octaviani, C. D., Lusiana, M., Zuhrotun, A., Subarnas, A., & Abdulah, R. (2013). Anticancer
properties of daily-consumed vegetables Amaranthus spinosus, Ipomoea aquatica, Apium
graveolens, and Manihot utilisima to LNCaP prostate cancer cell lines. Journal of Natural
Pharmaceutica, 4(1), 6770.
Rusdiana, T. (2018). Telaah Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) sebagai sumber bahan alam
berpotensi tinggi dalam upaya promotif kesehatan. Indonesia Natural Research
Pharmaceutical Journal, 3(1), 18.
Stephen, M. S., Adelakun, E. A., Kanus, J. H., & Gideon, M. M. (2020). Antioxidant Activities
of Extracts from Celery Leaves (Apium Graveolens L) Grown in Jos, Nigeria. International
Research Journal of Pure and Applied Chemistry, 15.
https://doi.org/10.9734/irjpac/2020/v21i430160
Syahara, S., & Vera, Y. (2020). Penyuluhan pemanfaatan buah tomat sebagai produk kosmetik
antioksidan alami di desa Manunggang Julu. Jurnal Education and Development, 8(1), 21.
Werdhasari, A. (2014). Peran antioksidan bagi kesehatan. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia,
3(2), 5968.