JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 878
Uji Kapasitas Antiokisdan pada Ekstrak Daun Peppermint (Mentha
piperita L.) dengan Metode DPPH, FRAP, ABTS
Andrea Bianca Castafiore Kusuma
1
, David Limanan
2*
, Eny Yulianti
3
,
Frans Ferdinal
4
Universitas Tarumanagara, Jakarta, Indonesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
Paparan terhadap konsentrasi oksigen tinggi bisa merugikan organ
tubuh mulai dari sistem kardiovaskular, gastrointestinal, pernapasan
dan saraf. Melalui reaksinya dengan elektron, oksigen dapat berubah
menjadi reactive oxygen species (ROS). ROS merupakan by-product
yang berasal dari metabolisme sel terutama mitokondria. Ketika
ROS diproduksi melebihi kapasitas antioksidan sel, terjadilah stres
oksidatif dimana keadaan ini dapat merusak makromolekul seperti
lipid, protein dan DNA sebagai inisiasi perkembangan suatu
penyakit. Salah satu mekanisme pertahanan untuk melindungi tubuh
dari efek berbahaya ROS adalah dengan antioksidan, yaitu senyawa
yang mampu mencegah atau memperlambat proses oksidasi.
Tentunya antioksidan sudah terkandung dalam sel tubuh, tetapi
antioksidan juga bisa diperoleh dari luar, salah satunya daun
peppermint (Mentha piperita L.). Tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk menguji metabolit sekunder, aktivitas antioksidan, dan
toksisitas dari ekstrak daun mint. Desain penelitian ini merupakan
eksperimental yang bersifat in vitro. Daun peppermint diekstrak
dengan metode maserasi menggunakan metanol sebagai pelarut.
Ekstrak yang diperoleh dilakukan pengujian yang uji kapasitas total
antioksidan menggunakan tiga metode yakni, DPPH, FRAP dan
ABTS dengan pembanding trolox. Dari uji kapasitas total
antioksidan, didapatkan nilai IC50 terhadap DPPH 92,994, FRAP
23,899, dan ABTS 27,180. Dapat dikatakan ekstrak daun mint
tergolong kategori antioksidan kuat hingga sangat kuat dengan
kapasitas antioksidan lebih kecil dibandingkan trolox. Hal ini
membuktikan ekstrak daun mint memiliki potensi sebagai
antioksidan.
ABSTRACT
Exposure to high oxygen concentrations can harm body
organs ranging from the cardiovascular, gastrointestinal,
respiratory and nervous systems. Through its reaction with
electrons, oxygen can turn into reactive oxygen species (ROS).
ROS is a by-product originating from cell metabolism,
especially in the mitochondria. When an excessive amount of
ROS is produced more than the cell's antioxidant capacity,
oxidative stress occurs, which can damage macromolecules
such as lipids, proteins and DNA, initiating the development
of a disease. One defense mechanism to protect the body from
the harmful effects of ROS is with antioxidants, which are
compounds that can prevent or slow down the oxidation
process. Antioxidants are contained in body cells, but
antioxidants can also be obtained externally, one of which is
peppermint leaves (Mentha piperita L.). The aim of this
Mentha piperita L.,
antioksidan; DPPH; FRAP;
BSLT; Fenolik; Skrining
Fitokimia
Keywords:
Mentha piperita L.,
antioksidan; DPPH; FRAP;
BSLT; phenolic;
phytochemical screening
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 879
research was to investigate antioxidant capacity of mint leaf
extract. This research is conducted with an in vitro
experimental study design. Peppermint leaves are extracted
using the maceration method using methanol as a solvent. The
extract obtained was analyzed for a total antioxidant capacity
test using the following methods: DPPH, FRAP, and ABTS,
with Trolox as a comparison. From the total antioxidant
capacity test, the IC
50
value for DPPH was 92.994, FRAP
23.899, and ABTS 27.180. It can be concluded that mint leaf
extract has strong to powerful antioxidant capacity with less
antioxidant capacity than trolox. This proves that mint leaf
extract has potential as an antioxidant
Coresponden Author: David Limanan
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Oksigen ditemukan oleh seorang ilmuwan bernama Carl Wilhelm Scheele yang berasal dari
Swedia. Penemuan mengenai oksigen dituliskan di tahun 1777 pada tesis yang berjudul Luft und
dem Feueryang artinya udara dan api. Awalnya oksigen dianggap sebagai molekul baik yang
tidak merugikan. Setelah dipelajari lebih lanjut, paparan konsentrasi oksigen tinggi dapat menjadi
racun yang menyebabkan kerusakan pada organ tubuh seperti sistem pernapasan, kardiovaskular,
saraf, dan gastrointestinal (Halliwell & Poulsen, 2007; Phillips dkk., 2003). Setelah bereaksi
dengan elektron, oksigen dapat berubah menjadi salah satu dari radikal bebas yaitu reactive
oxygen species (ROS) (Brieger dkk., 2012; Elsayed Azab dkk., 2019). ROS merupakan by-
product dari metabolisme sel terutama di mitokondria. Stres oksidatif terjadi ketika ROS
diproduksi melebihi kapasitas antioksidan sel. Hal ini menyebabkan kerusakan pada
makromolekul seperti lipid, protein, dan DNA. Untuk melindungi tubuh dari efek berbahaya
ROS, konsentrasi ROS harus dikendalikan oleh beberapa mekanissme pertahanan, salah satunya
dengan antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa yang memiliki kemampuan mencegah atau
memperlambat proses oksidasi makromolekul. Selain dari sel tubuh, antioksidan juga bisa
diperoleh dari tanaman
(Irianti dkk., 2022; Kasote dkk., 2015). Salah satu tanaman yang memiliki
mekanisme pertahanan dengan antioksidan adalah tanaman mint
(Trevisan dkk., 2017).
Daun peppermint atau mint, dalam bahasa latin dikenal dengan Mentha piperita L.
Merupakan tanaman hibrida antara spearmint (Mentha spicata L.) dan mint air (Mentha aquatica
L.) Tanaman ini banyak digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk gangguan pencernaan,
sistem saraf, mengurangi kram, mual, diare, dan sebagainya. Sebagai tambahan, daun mint
termasuk sumber tanaman yang kaya akan senyawa polifenol sehingga memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat
(Aparna L dkk., 2017). Sifat antioksidan yang dikandung dalam minyak
atsiri daun mint telah banyak dimanfaatkan untuk makanan, kosmetik, dan industri farmasi karena
berpotensi sebagai pengganti bahan tambahan sintetik
(Singh dkk., 2015). Meskipun begitu,
beberapa penelitian mengatakan bahwa sifat antioksidan daun mint perlu diinvestigasi lebih lanjut
untuk memastikan keamanannya untuk konsumsi manusia (AN, 2022; Pramila, 2012).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 880
Berdasarkan data tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian untuk menguji kapasitas
antioksidan dari ekstrak daun mint.
Metode Penelitian
Desain penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bersifat in vitro. Uji
in vitro yang dilakukan adalah uji kapasitas antioksidan pada ekstrak daun mint (Mentha
piperita L.) dengan tiga metode meliputi 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH),
2,2’azinobis (3-ethylbenzthiazoline-6-sulfonic acid) (ABTS), dan Ferric Reducing /
Antioxidant Power (FRAP). Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan aplikasi
GraphPad prism v.9.0 La Jolla, CA, USA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara, Jakarta Barat.
Pembuatan Ekstrak Daun Mint
Sejumlah daun mint ditimbang lalu dikeringkan dengan disebarkan secara merata pada
wadah terbuka lalu diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari selama 2 hari hingga tekstur
daun menjadi kering. Setelah menjadi kering, daun mint dihaluskan dengan blender sampai
terbentuk simplisia. Simplisia yang terbentuk ditimbang kembali lalu dicatat. Simplisia akan
diekstrak dengan metode perkolasi menggunakan metanol. Proses ekstrak diawali dengan proses
maserasi dengan cara mencampurkan sampel dan pelarut metanol. Simplisia didiamkan selama 1
jam tidak terkena sinar matahari sebelum dilanjutkan perkolasi. Perkolasi dimulai dengan
melapisi dasar bagian dalam perkolator dengan kapas yang diberi sedikit metanol agar kapas
menempel pada dinding perkolator. Simplisia dimasukkan dan bagian atas simplisia ditutup
dengan kertas saring dilanjutkan dengan menuang pelarut ke dalam perkolator hingga tinggi
pelarut sekitar 1-2 cm di atas kertas saring. Simplisia direndam selama 24 jam. Setelah itu,
simplisia terendam diekstrak dengan dibiarkan menetes dari perkolator dengan kecepatan 1-2
mL/menit hingga diperoleh perkolat yang ditambung pada gelas ukur. Sebagian perkolat akan
dievaporasi menggunakan mesin rotary evaporator hingga konsistensi kental.
Pembuatan Larutan DPPH, ABTS, FRAP
Larutan DPPH dibuat dengan melarutkan 1,97 mg bubuk DPPH yang kemudian dilarutkan
dengan pelarut metanol hingga mencapai 100 mL dalam tabung volume metrik lalu
dihomogenkan. Larutan ditutup untuk mencegah oksidasi dari udara sekaligus dilapisi alumunium
foil untuk mencegah terjadi oksidasi dari cahaya.
Larutan ABTS dibuat dengan menyiapkan serbuk ABTS 28,4 mg dan kalium persulfat 14
mg. Pada tempat berbeda, masing-masing dilarutkan dengan 20 mL pelarut etanol. Larutan
dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 12 jam dalam ruangan gelap. Setelah 12 jam, kedua larutan
dicampur kemudian ditambahkan etanol hingga volume larutan total mencapai garis 100 mL.
Pembuatan larutan FRAP diawali dengan menimbang natrium asetat trihidrat, TPTZ,
danFeCl
3
.6H
2
O ditimbang dengan berat berurutan sebanyak 187 mg, 150 mg, dan 270 mg. Pada
labu ukur 250 mL, natrium asetat trihidrat ditambahkan asam asetat 16 mL lalu dilarutkan dengan
aquadest hingga mencapai garis 250 mL. Pada labu ukur 50 mL, serbuk TPTZ dilarutkan dengan
HCl 40 mM hingga mencapai garis 50 mL. Pada labu ukur 100 mL, FeCl
3
.6H
2
O dilarutkan dengan
aquadest hingga mencapai garis 100 mL. Setelah itu, diambil labu ukur 100 mL untuk mencampur
ketiga larutan tersebut dengan kadar natrium asetat trihidrat 25 mL, larutan TPTZ 2,5 mL, dan
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 881
larutan FeCl
3
.6H
2
O 2,5 mL. Campuran tersebut ditambahkan aquadest hingga mencapai garis
100 mL.
Pembuatan Trolox
Dibuat larutan Trolox yang akan digunakan sebagai standar pembanding. Larutan Trolox
dibuat dengan mencampurkan 0,01 g trolox yang dilarutkan dengan pelarut metanol sebanyak
100 mL sehingga diperoleh konsentrasi 100 µg/mL sebagai kapasitas antioksidan pembanding.
Pengukuran Kapasitas Antioksidan metode DPPH
Pengukuran kapaistas antioksidan ekstrak daun mint dengan metode DPPH diawali
dengan mengambil ekstrak daun mint sebanyak 0,01 g dilarutkan dengan metanol
sebanyak 10 mL dalam gelas ukur lalu diaduk hingga merata. Hasil larutan sampel daun
mint dimasukkan ke dalam lima tabung berbeda dengan masing-masing larutan
diencerkan menjadi 50 µg/mL, 100 µg/mL, 150 µg/mL, 200 µg/mL, dan 250 µg/mL
(Tabel 1). Pada lima tabung reaksi baru, larutan sampel dan larutan DPPH dipipet dari
masing masing konsentrasi diambil 0,5 mL larutan sampel dan ditambahkan larutan
DPPH sebanyak 3,5 mL pada setiap tabung. Sediaan larutan trolox dibuat dengan
konsentrasi 10 µg/mL, 20 µg/mL, 30 µg/mL, 40 µg/mL dan 50 µg/mL. Trolox sebagai
standar pembanding mendapat perlakuan yang sama dengan larutan sampel, sehingga
masing masing konsentrasi trolox dicampur dengan DPPH. Proses ini diulang sebanyak
dua kali (duplo). Setelah itu, larutan dihomogenkan dan diinkubasi selama 30 menit
dalam ruangan gelap. Serapan larutan lalu dibaca dengan spektrofotometer genesys 30-
Vis pada panjang gelombang 517 nm.
Tabel 1 Kapasitas Antioksidan Daun Mint dengan Metode DPPH
Konsentrasi
(µg/mL)
Rata rata Absorbansi
(µg/mL)
%Inhibisi
IC
50
(µg/mL)
50
0,316
42,125
92,994
100
0,272
50,183
150
0,2
63,370
200
0,166
69,597
250
0,069
87,363
Pengukuran Kapasitas Antioksidan metode ABTS
Pengukuran kapasitas antioksidan dengan metode ABTS dilakukan dengan
mengambil ekstrak daun mint sebanyak 0,02 g dilarutkan dengan etanol sebanyak 10 mL
lalu diaduk hingga merata. Hasil larutan sampel daun mint diencerkan hingga konsentrasi
menjadi 10 µg/mL, 20 µg/mL, 30 µg/mL, 40 µg/mL, dan 50 µg/mL (Tabel 2). Disiapkan
larutan trolox sebagai standar pembanding dan konsentrasi dibuat 10 µg/mL, 20 µg/mL,
30 µg/mL, 40 µg/mL, dan 50 µg/mL. Larutan sampel dan larutan ABTS dicampurkan.
Perbandingan takaran antara kedua larutan adalah 1:1, sehingga diambil larutan sampel
sebanyak 1 mL dan larutan ABTS sebanyak 1 mL. Trolox sebagai kontrol positif diberi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 882
perlakuan yang sama seperti sampel. Proses ini dilakukan sebanyak tiga kali (triplo).
Setelah itu, larutan dibaca dengan spektrofotometer genesys 30-Vis pada panjang
gelombang 734 nm dan dibuat kurva standar.
Tabel 2 Kapasitas Antioksidan Daun Mint dengan Metode ABTS
Konsentrasi
(µg/mL)
Rata rata Absorbansi
(µg/mL)
%Inhibisi
10
0,052
31,579
20
0,043
43,421
30
0,036
52,632
40
0,027
64,474
50
0,021
72,368
Pengukuran Kapasitas Antioksidan metode FRAP
Pengukuran kapasitas antioksidan dengan metode FRAP dikerjakan dengan
menyiapkan ekstrak daun mint sebanyak 0,02 g dilarutkan dengan aquadest sebanyak 10
mL lalu diaduk hingga merata. Hasil larutan sampel daun mint diencerkan hingga
konsentrasi menjadi 5 µg/mL, 10 µg/mL, 15 µg/mL, 20 µg/mL, dan 25 µg/mL (Tabel 3).
Larutan sampel dicampurkan dengan larutan FRAP dengan perbandingan takaran 1:3,
maka sebanyak 1 mL larutan sampel dan 3 mL larutan FRAP dari masing-masing
konsentrasi dipipet ke lima tabung baru. Larutan trolox yang akan digunakan sebagai
standar pembanding dipersiapkan dengan masing-masing konsentrasi 10 µg/mL, 15
µg/mL, 20 µg/mL, 25 µg/mL, dan 30 µg/mL. Trolox mendapat perlakuan yang sama
dengan sampel. Proses ini dilakukan sebanyak tiga kali (triplo). Larutan dihomogenkan,
lalu didiamkan selama 10 menit pada suhu 37
o
C. Setelah 10 menit, larutan dibaca pada
spektrofotometer genesys 30-Vis dengan panjang gelombang 594 nm lalu dibuat kurva
standar.
Tabel 3 Hasil Uji Kapasitas Antioksidan Ekstrak Daun Mint dengan Metode FRAP
Konsentrasi
(µg/mL)
Rata rata Absorbansi
(µg/mL)
%Inhibisi
IC
50
(µg/mL)
5
0,119
24,37
23,899
10
0,129
30,23
15
0,152
40,78
20
0,169
46,74
25
0,177
49,15
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 883
Hasil Dan Pembahasan
Uji Kapasitas Antioksidan Ekstrak Daun Mint dengan Metode DPPH
Gambar 1 Kurva Persentase Inhibisi DPPH Ekstrak Daun Mint
Gambar 2 Kurva Persentase Inhibisi Standar Trolox dengan Metode DPPH
Nilai IC
50
pada ekstrak daun mint diperoleh sebesar 92,994 µg/mL (Gambar 1) dan
trolox sebesar 27,86 µg/mL (Gambar 2). Menurut penelitian Rosmalena dkk. (2022),
nilai IC
50
ekstrak daun mint adalah 126,695 µg/mL yang tergolong memiliki aktivitas
antioksidan sedang. Berbedanya nilai IC50 dikarenakan penelitian Rosmalena dkk.
(2022) menggunakan pelarut etanol sedangkan penelitian ini menggunakan pelarut
metanol dimana jenis pelarut yang digunakan berpengaruh terhadap kapasitas anitoksidan
(IC
50
). Menurut Lung dan Destiani (2017), antioksidan sedang apabila nilai IC
50
100
250 µg/mL sedangkan antioksidan kuat apabila nilai IC50 50 100 µg/mL. Dapat
dikatakan ekstrak daun mint pada penelitian ini tergolong kuat. Jika dibandingkan trolox,
nilai IC50 ekstrak daun mint lebih rendah dikarenakan trolox merupakan senyawa
antioksidan murni turunan vitamin E. Maka aktivitas antioksidan pada trolox lebih efektif
untuk menghambat radikal bebas. Meskipun begitu, peran biologis daun mint tidak hanya
sebagai antioksidan, tetapi juga sebagai antibakteri, antiinflamasi, antialergenik,
antimikroba, antifungal, dan antivirus.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 884
Uji Kapasitas Antioksidan Ekstrak Daun Mint dengan Metode ABTS
Gambar 3 Kurva Persentase Inhibisi ABTS Ekstrak Daun Mint
Gambar 4 Kurva Persentase Inhibisi Standar Trolox dengan Metode ABTS
Kapasitas antioksidan ekstrak daun mint dengan metode ABTS diperoleh nilai IC
50
27,180 µg/mL (Gambar 3) dan trolox sebesar 16,461 µg/mL (Gambar 4). Aktivitas
antioksidan pada penelitian ini didukung penelitian sebelumnya oleh Mapeka dkk.
(2022)yang menunjukkan nilai IC
50
= 17,67 µg/mL yang tergolong antioksidan sangat
kuat. Penelitian sebelumnya oleh Luță dkk. (2022) juga menunjukkan ekstrak daun mint
tergolong antioksidan sangat kuat dengan nilai IC
50
= 37 µg/mL pada penelitiannya. Maka
ekstrak daun mint pada penelitian ini dapat dikatakan memiliki kapasitas antioksidan
yang tergolong sangat kuat. Apabila dibandingkan dengan trolox, nilai IC
50
pada ekstrak
daun mint tidak menunjukkan perbedaan cukup jauh dan sama sama memiliki nilai IC
50
kurang dari 50 µg/mL. Dari pengujian kapasitas antioksidan dengan metode ABTS pada
penelitian ini, keduanya termasuk antioksidan sangat kuat dan efektif dalam menangkal
radikal bebas.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 885
Uji Kapasitas Antioksidan Ekstrak Daun Mint dengan Metode FRAP
Gambar 5 Kurva Persentase Inhibisi FRAP Ekstrak Daun Mint
Gambar 6 Kurva Persentase Inhibisi Standar Trolox dengan Metode FRAP
Nilai IC
50
diperoleh dari ekstrak daun mint dengan metode FRAP sebesar 23,899
µg/mL (Gambar 5) dan trolox 14,17 µg/mL (Gambar 6). Menurut Mapeka dkk. (2022),
nilai IC
50
pada ekstrak daun mint adalah 53,4 µg/mL yang tergolong antioksidan kuat.
Bila dibandingkan dengan penelitian ini, nilai IC
50
dari penelitian oleh Mapeka dkk.tidak
menunjukkan perbedaan cukup jauh, hanya saja pada penelitian ini ekstrak daun mint
tergolong antioksidan sangat kuat. Perbandingan ekstrak daun mint dan trolox tidak jauh
berbeda dan keduanya menunjukkan nilai IC
50
kurang dari 50 µg/mL. Hal ini dapat
diartikan baik ekstrak daun mint dan trolox terbilang memiliki aktivitas antioksidan yang
sangat kuat.
Kesimpulan
Ekstrak daun mint (Mentha piperita L.) dengan metode DPPH didapatkan kapasitas
antioksidan dalam IC
50
sebesar 92,994 µg/mL tergolong antioksidan kuat. 1) Ekstrak daun mint
(Mentha piperita L.) dengan metode ABTS didapatkan kapasitas antioksidan dalam IC
50
sebesar
27,180 µg/mL tergolong antioksidan sangat kuat. 2) Ekstrak daun mint (Mentha piperita L.)
dengan metode FRAP didapatkan kapasitas antioksidan dalam IC
50
sebesar 23,899 µg/mL
tergolong antioksidan sangat kuat.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 886
Daftar Pustaka
AN, M. T. (2022). Buku Ajar Obat Tradisional. CV Mitra Edukasi Negeri.
Aparna L, M., S, A., I, S., & D, R. (2017). Assessment of Sputum Quality and Its Importance in
the Rapid Diagnosis of Pulmonary Tuberculosis. Archives of Clinical Microbiology, 08(04).
https://doi.org/10.4172/1989-8436.100053
Brieger, K., Schiavone, S., Miller, Jr., & Krause, K. (2012). Reactive oxygen species: from health
to disease. Swiss Medical Weekly. https://doi.org/10.4414/smw.2012.13659
Elsayed Azab, A., A Adwas, A., Ibrahim Elsayed, A. S., A Adwas, A., Ibrahim Elsayed, A. S., &
Quwaydir, F. A. (2019). Oxidative stress and antioxidant mechanisms in human body.
Journal of Applied Biotechnology & Bioengineering, 6(1), 4347.
https://doi.org/10.15406/jabb.2019.06.00173
Halliwell, B. B., & Poulsen, H. E. (2007). Cigarette Smoke and Oxidative Stress. Springer Berlin
Heidelberg. https://doi.org/10.1007/3-540-32232-9
Irianti, T. T., Pramono, S., & Sugiyanto, S. (2022). Penuaan Dan Pencegahannya: Proses Faali
Biokimiawi dan Molekuler. Gadjah Mada University Press.
Kasote, D. M., Katyare, S. S., Hegde, M. V., & Bae, H. (2015). Significance of Antioxidant
Potential of Plants and its Relevance to Therapeutic Applications. International Journal of
Biological Sciences, 11(8), 982991. https://doi.org/10.7150/ijbs.12096
Lung, J. K. S., & Destiani, D. P. (2017). Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin A, C, E dengan
metode DPPH. Farmaka, 15(1), 5362.
Luță, E. A., Biță, A., Moroșan, A., Mihaiescu, D. E., Ghica, M., Mihai, D. P., Olaru, O. T.,
Deculescu-Ioniță, T., Duțu, L. E., Popescu, M. L., Costea, L., Nitulescu, G. M., Lupuliasa,
D., Boscencu, R., & Gîrd, C. E. (2022). The Influence of Phytosociological Cultivation and
Fertilization on Polyphenolic Content of Menthae and Melissae folium and Evaluation of
Antioxidant Properties through In Vitro and In Silico Methods. Plants, 11(18), 2398.
https://doi.org/10.3390/plants11182398
Mapeka, T. M., Sandasi, M., Viljoen, A. M., & van Vuuren, S. F. (2022). Optimization of
Antioxidant Synergy in a Polyherbal Combination by Experimental Design. Molecules,
27(13), 4196. https://doi.org/10.3390/molecules27134196
Phillips, M., Cataneo, R. N., Greenberg, J., Grodman, R., Gunawardena, R., & Naidu, A. (2003).
Effect of oxygen on breath markers of oxidative stress. European Respiratory Journal,
21(1), 4851. https://doi.org/10.1183/09031936.02.00053402
Pramila, D. M. (2012). Phytochemical analysis and antimicrobial potential of methanolic leaf
extract of peppermint (Mentha piperita: Lamiaceae). Journal of Medicinal Plants Research,
6(3). https://doi.org/10.5897/JMPR11.1232
Rosmalena, R., Putri, N., Yazid, F., Ambarwati, N. S., Omar, H., & Ahmad, I. (2022).
Phytochemical, in vitro radical scavenging and in vivo oxidative stress analysis of
peppermint (Mentha piperita L.) leaves extract. Journal of Advanced Pharmaceutical
Technology & Research, 13(2), 133137. https://doi.org/10.4103/japtr.japtr_16_22
Singh, R., Shushni, M. A. M., & Belkheir, A. (2015). Antibacterial and antioxidant activities of
Mentha piperita L. Arabian Journal of Chemistry, 8(3), 322328.
https://doi.org/10.1016/j.arabjc.2011.01.019
Trevisan, S. C. C., Menezes, A. P. P., Barbalho, S. M., & Guiguer, É. L. (2017). Properties of
Mentha Piperita: A Brief Review. World Journal of Pharmaceutical and Medical Research,
3(1), 309313.