Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 841
keamanan dan kegunaan dari sebuah produk medis, baik obat maupun intervensi. Obat-obatan
pada sistem saraf termasuk dalam obat-obatan dengan frekuensi paparan berkepanjangan
sehingga uji coba klinis pada obat tersebut perlu dilakukan dengan desain uji coba yang dapat
menggambarkan keamanan dan khasiat pada aplikasi penggunaannya di masa depan. Data
yang tersedia pada Clinicaltrials.gov tidak cukup untuk membuktikan karakterisasi rinci dari
durasi penelitian pada tahap intervensi dan tahap lanjutan (observasi) walaupun jumlah
penelitian terdaftar pada setiap fase tercatat (Yuan dkk., 2021).
Sesuai dengan fungsinya, maka uji klinis digunakan sebagai penemuan obat baru yang
dapat digunakan pada suatu penyakit (New Chemical Entity), kemajuran kombinasi obat, agen
obat lama untuk kondisi medis yang belum pernah ditangani dengan agen obat tersebut, dan
percobaan pada agen obat lama di negara lain (Kandi & Vadakedath, 2023). Saat ini uji klinis
terapi MG yang berjalan mencakup berbagai fungsi tersebut.
Sebagai perbandingan, penelitian serupa milik Li dkk. (2024) yang menggunakan data
2007 – 2023 dari Clinicaltrials.gov, uji coba juga didominasi dengan sponsor industrial dan
uji klinis fase 3. Perbedaan terdapat pada mekanisme kerja, di mana pada penelitian tersebut
didominasi oleh inhibitor FcRn sedangkan studi ini menemukan lebih banyak inhibitor sel B
langsung.
Kesimpulan
Sebanyak 36 uji klinis aktif pada partisipan dewasa dilaksanakan untuk terapi
medikamentosa MG. Uji didominasi pada Fase 3, didanai secara industrial, dan menargetkan
inhibisi sel B secara langsung. Keragaman dalam fungsi uji klinis yang dilaksanakan dan
mekanisme aksi dari agen obat tergolong beragam. Data ini telah membuka prespektif
perkembangan yang baik untuk penemuan rejimen obat pada MG. Penelitian lebih lanjut untuk
meninjau hasil setiap uji klinis perlu dilakukan untuk melihat hasil/luaran perkembangan uji
klinis yang ada saat ini. Pengembangan informasi karakteristik uji coba yang dicantumkan pada
basis data juga harus dilakukan untuk memberikan informasi yang lebih rinci.
Bibliography
Alhaidar, M. K., Abumurad, S., Soliven, B., & Rezania, K. (2022). Current Treatment of
Myasthenia Gravis. Journal of Clinical Medicine, 11(6), 1597.
https://doi.org/10.3390/jcm11061597
Cummings, J., Zhou, Y., Lee, G., Zhong, K., Fonseca, J., & Cheng, F. (2024). Alzheimer’s
disease drug development pipeline: 2024. Alzheimer’s & Dementia: Translational
Research & Clinical Interventions, 10(2). https://doi.org/10.1002/trc2.12465
Dresser, L., Wlodarski, R., Rezania, K., & Soliven, B. (2021). Myasthenia Gravis:
Epidemiology, Pathophysiology and Clinical Manifestations. Journal of Clinical
Medicine, 10(11), 2235. https://doi.org/10.3390/jcm10112235
Farmakidis, C., Pasnoor, M., Dimachkie, M. M., & Barohn, R. J. (2018). Treatment of
Myasthenia Gravis. Neurologic Clinics, 36(2), 311–337.
https://doi.org/10.1016/j.ncl.2018.01.011
Jaretzki, A., Barohn, R. J., Ernstoff, R. M., Kaminski, H. J., Keesey, J. C., Penn, A. S., &
Sanders, D. B. (2000). Myasthenia gravis. Neurology, 55(1), 16–23.
https://doi.org/10.1212/WNL.55.1.16