JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 788
Analisis Kuantitatif Antibiotika Pada Pasien Rawat Inap dengan
Metode ATC/ DDD dan DU 90% di RSUD Kota Yogyakarta
Adriyanto Rochmad Basuki
1
, Gita Mayasari
2
RSUD Kota Yogyakarta, Indonesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
Antibiotika adalah obat yang digunakan pada penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Komite Pengendalian Resistensi
Antimikroba di rumah sakit mempunyai peranan penting dalam
pengendalian peresepan antibiotika di rumah sakit salah satunya
melalui surveilans penggunaan antibiotika. Surveilans penggunaan
antibiotika dilakukan dengan metode kuantitatif maupun kualitatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
penggunaan antibiotika di pasien rawat inap secara kuantitatif
dengan metode ATC/DDD (Anatomical Therapeutic
Chemical/Defined Daily Dose) WHO dan Drug Utilization (DU)
90% di RSUD Kota Yogyakarta. Metode penelitian ini adalah studi
deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari rekam
medis pasien rawat inap tahun 2021 dan 2022 yang memenuhi syarat
inklusi dan ekslusi. Hasil penelitian: antibiotika yang banyak
digunakan tahun 2021 yaitu Azithromisin sebesar 22,03 DDD/100
diikuti oleh Moksifloksasin sebesar 14,33 DDD/100 dan Seftriakson
sebesar 12,87 DDD/100. Tahun 2022 antibiotika yang banyak
digunakan Seftriakson sebesar 16,81 DDD/100 diikuti
Moksifloksasin 7,83 DDD/100 dan Sefuroksim 5,58 DDD/100.
Azithromisin merupakan antibiotika dengan nilai DDD/100 hari
rawat terbesar tahun 2021 dan seftriakson merupakan antibiotika
terbesar dengan nilai DDD/100 hari rawat untuk tahun 2022.
Perbedaan nilai DDD/100 antara tahun 2021 dibandingkan 2022
adalah karakteristik diagnosis yang berbeda, dimana tahun 2021
didominasi pasien COVID-19.
ABSTRACT
Antibiotics are drugs used for infectious diseases caused by
bacteria. Antimicrobial Resistance Control Committees in
hospitals have an important role in controlling antibiotic
prescribing in hospitals, one of which is through surveillance
of antibiotic use. Surveillance of antibiotic use is carried out
using quantitative and qualitative methods. The aim of this
study was to determine the description of antibiotic use in
inpatients quantitatively using the WHO ATC/DDD
(Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose)
method and 90% Drug Utilization (DU) in Yogyakarta City
Regional Hospital. This research method is a descriptive study
with retrospective data collection from medical records of
inpatients in 2021 and 2022 who meet the inclusion and
exclusion requirements. Research results: the antibiotics that
are widely used in 2021 are Azithromycin at 22.03 DDD/100
followed by Moxifloxacin at 14.33 DDD/100 and Ceftriaxone
at 12.87 DDD/100. In 2022, the most commonly used
antibiotic, Ceftriaxone, was 16.81 DDD/100, followed by
Antibiotika; Kuantitatif;
DDD
Keywords:
Antibiotic; Quantitative;
DDD
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 789
Moxifloxacin 7.83 DDD/100 and Cefuroxime 5.58 DDD/100.
Azithromycin is the antibiotic with the largest DDD value/100
treatment days in 2021 and ceftriaxone is the antibiotic with
the largest DDD value/100 treatment days for 2022. The
difference in the DDD/100 value between 2021 and 2022 is the
characteristics of different diagnoses, where in 2021
dominated by Covid-19 patients.
Coresponden Author: Adriyanto Rochmad Basuki
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Antibiotika adalah obat yang digunakan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
(PMK 28, 2021). Selain antibiotika, beberapa antimikroba untuk mengatasi penyakit infeksi
lainnya antara lain: antijamur, antiprotozoa, antivirus. Penggunaan antibiotika yang kurang bijak
akan menimbulkan masalah resistensi bakteri. Resistensi Antimikroba adalah kemampuan
mikroba untuk bertahan hidup terhadap efek antimikroba sehingga tidak efektif dalam
penggunaan klinis. (PMK 8/2015). Resistensi terhadap antimikroba (AMR/Antimicrobial
Resistance) telah menjadi perhatian yang luas di tingkat dunia. Menurut CDC (Centers for
Disease Control and Prevention) di Amerika Serikat terdapat lebih dari dua juta orang menderita
akibat resisten antibiotika setiap tahun dan mengakibatkan minimal 23.000 kematian serta
menambah biaya perawatan senilai 20 miliar dolar di fasilitas pelayanan kesehatan (Dadgostar,
2019). WHO telah mencanangkan program 5 sasaran Global Action Plan On Antimicrobial
Resistance pada bulan Mei 2015 untuk mewaspadai masalah resistensi antimikroba dengan salah
satu sasarannya adalah dengan memperkuat basis pengetahuan dan bukti melalui surveilans dan
penelitian (WHO, 2015).
Farmasi Klinis mempunyai peran penting dalam pengendalian peresepan antibiotika di
rumah sakit (Hadi dkk., 2013). Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba di rumah sakit harus
bekerja sama dengan farmasi dan memiliki petunjuk yang jelas untuk mengontrol penggunaan
antibiotika yang berlebihan. Mengelompokkan antibiotika ke dalam kategori AWaRe: Access,
Watch, dan Reserve juga digunakan untuk mengontrol penggunaan antibiotika (PMK 28, 2021).
Penggunaan antibiotika dinilai melalui audit dan survei kuantitas dan kualitas. Ini adalah cara
untuk menilai pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit.
Kuantitas penggunaan antibiotika di rumah sakit biasanya dihitung sesuai rekomendasi
WHO yaitu menghitung volume sebagai jumlah dosis harian yang ditentukan Anatomical
Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD) WHO dibagi dengan penyebut yang
menunjukkan aktivitas klinis dalam hari rawat inap (de With dkk., 2009). Menurut WHO
konsumsi antibiotika dinyatakan sebagai dosis harian yang ditentukan (Defined Daily Dose/DDD)
per 100 hari rawat inap (untuk pasien rawat inap) atau 1000 penduduk per hari (untuk pasien
rawat jalan). DU (Drug Utilization ) 90% merupakan salah satu metode sederhana yang murah,
cepat dan fleksibel untuk menilai kualitas penggunaan obat yang diresepkan (Bergman dkk.,
1998). Parameter DU 90% digunakan untuk mengukur jumlah obat yang menyumbang 90% dari
penggunaan DDD obat. Jumlah item obat di segmen DU 90% juga dapat merupakan indikator
kualitas umum resep dibandingkan rekomendasi pedoman resep yang disediakan.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 790
Studi evaluasi penggunaan antibiotika dengan metode ATC/DDD dilakukan untuk
mengetahui jenis dan jumlah antibiotika yang digunakan (PMK 2406, 2011). Studi evaluasi
penggunaan antibiotika dengan metode ATC/DDD dilakukan untuk mengetahui jenis dan jumlah
antibiotika yang digunakan (PMK 2406, 2011). Pada tahun 2020, di Rumah Sakit Swasta di Kota
Bandung, nilai DDD total untuk pasien rawat inap dengan metode DDD adalah 144.58 DDD per
hari rawat inap, dengan nilai DDD antibiotika tertinggi adalah levofloxacin, yang mencapai 48.83
DDD per hari rawat inap (Hanifah dkk., 2022). Studi tambahan pada pasien rawat inap di Rumah
Sakit dr. Soedarso Pontianak pada tahun 2021 menemukan bahwa antibiotika dengan nilai DDD
paling tinggi adalah seftriakson, dengan 42,3 per 100 pasien per hari. Antibiotika yang masuk ke
dalam segmen DU 90 persen adalah seftriakson, levofloksasin, dan metronidazol (Oktavia dkk.,
2023).
Rumah Sakit Umum Rumah Sakit Kota Yogyakarta (RSUD Kota Yogyakarta) adalah
rumah sakit tipe B milik pemerintah kota Yogyakarta yang terletak di Jl Wirosaban No 1 Kota
Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit ini memiliki 201 tempat tidur
untuk pasien rawat inap dan menggunakan elektronik prescribing yang terhubung ke elektronik
rekam medis pasien di SIM RS. (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit), sehingga
diharapkan proses dokumentasi perawatan pasien dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
penggunaan antibiotika pada pasien rawat inap dengan metode DDD dan DU 90% di RSUD Kota
Yogyakarta tahun 2021 dan tahun 2022. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pelaksanaan
program KPRA yang telah dijalankan dengan tujuan akhir sebagai salah satu upaya meningkatkan
perbaikan kuantitas penggunaan antibiotika.
Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptif dengan pengambilan data secara
retrospektif dari penelusuran dokumen elektronik rekam medis yang dimiliki oleh RSUD
Kota Yogyakarta. Subyek pada penelitian ini diambil dari populasi pasien rawat inap
RSUD Kota Yogyakarta tahun 2021 dan 2022 dengan memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut:
a) Kriteria inklusi:
1) pasien rawat inap yang terinfeksi bakteri dan mendapatkan peresepan antibiotika
2) pasien berusia > 18 tahun
3) pasien mendapatkan antibiotika sistemik baik secara oral maupun parenteral.
4) pasien memiliki data rekam medis lengkap
b) Kriteria eksklusi:
1) pasien one day care
2) pasien yang memiliki data rekam medis tidak lengkap
3) pasien yang terapi dihentikan karena pulang paksa atau meninggal,
4) pasien yang mendapat terapi tuberkulosis.
Untuk penelitian ini, total sampling digunakan. Pengolahan data dilakukan secara
deskriptif dengan Microsoft Excel. Untuk evaluasi kuantitatif penelitian ini, nilai
DDD/100 hari rawat inap untuk masing-masing antibiotika digunakan. Sistem klasifikasi
ATC, yang dapat diakses di situs web resmi WHO, akan digunakan untuk
mengklasifikasikan data yang telah diproses.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 791
Perhitungan Metode DDD
Hasil klasifikasi antibiotika adalah kode ATC yang digunakan untuk menghitung
secara kuantitatif nilai DDD/100 hari rawat inap sesuai dengan persamaan berikut:
- Menghitung DDD antibiotika
DDD antibiotika= Jumlah dosis antibiotika selama dirawat (gram)
DDD WHO antibiotika (gram) .......... (a)
- Menghitung DDD/100 hari rawat
DDD/100 hari rawat= Total DDD antibiotic x 100
Total LOS (Length Of Stay) ......... (b)
Hasil Dan Pembahasan
Penelitian ini telah mendapatkan surat izin etik dari Komite Etik Penelitian RSUD Kota
Yogyakarta dengan nomor 12/KEPK/RSUD/II/2024. Penelitian dilaksanakan di RSUD Kota
Yogyakarta dengan cara mengambil data pasien rawat inap yang menerima peresepan antibiotika
pada tahun 2021 dan 2022 rekam medis elektronik dan sistem manajemen informasi Rumah Sakit.
Secara keseluruhan dari pasien rawat inap tahun 2021 yang mendapatkan peresepan
antibiotika sebesar 65% dari total pasien 5004 pasien. Sedangkan tahun 2022 dari total 6729
pasien rawat inap , sebanyak 59% mendapatkan peresepan antibiotika. Data responden yang
memenuhi syarat inklusi dan ekslusi sebanyak 3210 untuk tahun 2021 dan sebanyak 3954 pasien
untuk tahun 2022. Pengolahan data dan evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan dengan metode
Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). Menginterpretasikan hasil
penilaian data penggunaan antibiotik dan membandingkan nilai kuantitatif dengan menggunakan
referensi yang memiliki tujuan penelitian yang sama.
Pada penelitian ini selama periode bulan Januari-Desember 2021 sebanyak 3210 responden
dan Januari-Desember 2022 sebanyak 3954 responden yang memenuhi syarat inklusi dan eksklusi
dilibatkan dalam penelitian ini dengan berbagai latar belakang usia.
Karakteristik responden
1. Karakteristik jenis kelamin
Karakteristik terkait diagnosis pada pasien rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta
tahun 2021 dan 2022 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Profil Demografi Responden
No
Karakteristik
Tahun 2021
Tahun 2022
Jml pasien (%)
f, (n = 3210)
Jml pasien (%)
f, (n=3954)
1.
Jenis Kelamin
Laki-laki
1.569 (48,9%)
1.930 (48,8%)
Perempuan
1.641 (51,1%)
2.024 (51,2%)
2.
Kelompok Usia
18 26 tahun
386 (12,0%)
609 (15,4%)
26 35 tahun (dewasa awal)
308 ( 9,6%)
420 (10,6%)
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 792
36 45 tahun (dewasa akhir)
400 (12,5%)
467 (11,8%)
46 55 tahun (lansia awal)
496 (15,5%)
642 (16,2%)
56 65 tahun (lansia akhir)
1.558 (48,5%)
1.730 (43,8%)
Lebih > 65 tahun (manula)
62 (1,9%)
86 (2,2%)
Distribusi karakteristik jenis kelamin pada pasien rawat RSUD Kota Yogyakarta
dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan tabel 1 diperoleh data bahwa responden terbanyak
pasien rawat inap tahun 2021 berjenis kelamin perempuan yaitu sejumlah 1.641 orang
(51,1%) dibanding pasien laki-laki sejumlah 1.569 orang (48,9%). Data tahun 2022 juga
menunjukkan hal yang serupa dimana jumlah pasien perempuan sejumlah 2.024 orang
(51,2%) lebih banyak dibanding pasien laki-laki sejumlah 1.930 orang (48,8%).
Hasil terkait karakteristik jenis kelamin pada pasien rawat inap di RSUD Kota
Yogyakarta tahun 2021 dan 2022 ini berbeda dengan hasil penelitian dari Aseng dkk.
(2023) tentang penggunaan antibiotika pada pasien covid di RSUP Dr Kandou Manado
tahun 2021 dimana dari 60 sample responden menunjukkan sebesar 60% pasien laki-laki
lebih banyak dari 40% pasien perempuan. Hal ini juga berbeda dengan penelitian lain dari
Oktavia dkk. (2023), terkait evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien dalam di RSUD
Dr Sudarso Pontianak dimana dari jumlah sample 37 pasien menunjukkan sebanyak
59,5% pasien berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 45,5% berjenis kelamin
perempuan. Jumlah pasien yang berbeda berdasarkan jenis kelamin ini dapat diartikan
jika penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat menyebar ke semua orang, tidak peduli
usia atau jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang sama untuk
menerima peresepan antibiotika, tergantung pada diagnosis penyakit yang diderita.
Jumlah sample yang digunakan dalam penelitian ini juga dapat berbeda.
2. Karakteristik Rentang Usia
Usia pasien rawat inap yang diberi resep antibiotika ditunjukkan pada Tabel 1.
Dari 3210 data rekam medis pasien rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta pada tahun
2021, usia pasien yang paling banyak adalah rentang usia 5665 tahun (lansia akhir),
dengan 1.558 responden (48,5%) dan 496 responden (15,5%).
Hasil ini sebanding dengan data tahun 2022, di mana dari 3954 pasien rawat inap,
usia yang paling banyak adalah rentang usia 4655 tahun (lansia akhir). Mungkin ada
perbedaan karena penelitian yang dilakukan di bangsal ICU lebih khusus daripada di
seluruh bangsal rawat inap.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 793
3. Karakteristik Diagnosis penyakit
Tabel 2 Sepuluh besar diagnosis penyakit rawat inap thn 2021
di RSUD Kota Yogyakarta
Diagnosis
Covid-19
Pneumonia, unspecified
Cerebral infarction, unspecified
Chronic renal failure
Impacted teeth
Neonatal jaundice, unspecified
Hydronephrosis with renal and ureteral calculous obstruction
Unstable angina
Congestive heart failure
Anemia, unspecified
Tabel 3 Sepuluh besar diagnosis penyakit rawat inap Tahun 2022
di RSUD Kota Yogyakarta
Diagnosis
Kode ICD
X
Cerebral infarction, unspecified
I63.9
Covid-19
U07.1
Chronic kidney disease, stage5
Nn18.5
Impacted teeth
K01.1
Neonatal jaundice, unspecified
P59.9
Hydronephrosis with renal and ureteral calculous obstruction
N13.2
Bronchopneumonia, unspecified
J18.0
Pneumonia, unspecified
J18.9
Unstable angina
I20.0
Acute subendocardial myocardial infarction
I21.4
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Secara Kuantitatif
1. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Secara Kuantitatif dengan metode DDD/100 hari
rawat
Dapat dilihat pada, Gambar 1 dan 2 nilai total dosis, yang diperoleh dari perkalian
total antara dosis antibiotika, frekuensi dosis, dan waktu penggunaan antibiotika. Di sisi
lain, nilai total DDD, yang diperoleh dari pembagian antara total dosis dengan DDD
WHO.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 794
Gambar 1 Kuatitas penggunaan antibiotika berdasarkan ATC/DDD tahun 2021
Pada penelitian ini diperoleh data kuantitas jumlah antibiotika yang paling banyak
digunakan tahun 2021 adalah Azithromycin (22,3 DDD/100), diikuti moksifloksasin
(14,33 DDD/100) dan seftriakson (12,87 DDD/100). Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai
total penggunaan antibiotika pada pasien rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta pada
tahun 2021 sebesar 72,61 DDD per hari rawat inap, yang berarti bahwa sekitar 72 pasien
dari 100 pasien yang dirawat inap mendapatkan 1 DDD obat golongan antibiotika. Nilai
yang tinggi ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa peresepan antibiotika pada pasien
rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta pada tahun 2021 sebagian besar diberikan oleh
departemen kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kurniasari & Kurniawati (2022)
tentang Profil Kuantitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Covid-19 Non Ventilator
di RSUD dr. R.Koesma Tuban selama periode Januari- Juni 2021 dimana antibiotika
terbanyak adalah azitromycin (60.67 DDD/100) , diikuti levofloxacin (44.51 DDD/100)
dan seftriakson (8,75 DDD/100). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Putra
(2023) tentang evaluasi Penggunaan Antibiotika Pada Pasien COVID-19 Pneumonia di
Ruangan ICU Dengan Metode ATC/DDD periode Januari hingga Juli 2021 dimana nilai
DDD/100 terbesar yaitu levofloksasin, meropenem, dan sefoperazon-sulbaktam sebesar
58,33; 26,91;dan 17,78 DDD/100 patient-days. Perbedaan dimungkinkan karena
penelitian tersebut khusus di lingkup bangsal ICU.
22,03
14,33
12,87
6,40
3,16
2,60
2,01
1,98
1,91
1,31
0,93
0,82
0,54
0,42
0,34
0,19
0,18
0,14
0,05
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
Nilai DDD/100 Hari Rawat Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Rawat Inap
di RSUD KotaYogyakarta Tahun 2021
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 795
Gambar 2 Kuantitas penggunaan antibiotika berdasarkan ATC/DDD th 2022
Antibiotika yang paling banyak digunakan pada tahun 2022 adalah Seftriakson
dengan 16,81 DDD/100, diikuti oleh moksifloksasin dengan 7,83 DDD/100 dan
sefuroksim dengan 5,58 DDD/100. Dari 100 pasien rawat inap di RSUD Kota Yogyakarta
pada tahun 2022, sekitar 55 di antaranya mendapatkan 1 DDD obat golongan antibiotika,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2. Nilai total penggunaan antibiotika pada pasien
rawat inap adalah 55,71 DDD per hari rawat inap. Peresepan antibiotika pada pasien rawat
inap di RSUD Kota Yogyakarta tahun 2022 masih baik, menurut angka tersebut.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Puspitadewi & Halimah (2023)
tentang penggunaan antibiotika pasien rawat inap di Rumah Sakit X di Bandung pada
selama periode Januari-Desember 2022 dimana antibiotika terbanyak adalah Cefiksim
(4,78 DDD/100). Perbedaan terjadi karena penelitian ini mencakup pasien rawat inap
non-bedah yang menggunakan antibiotika yang hanya oleh dokter umum, dokter spesialis
penyakit dalam, dokter spesialis anak, dan dokter spesialis syaraf saja.
2. Nilai DU 90% (Drug Utilization 90%)
Dari hasil perhitungan kuantitas antibiotika tahun 2021 diperoleh data segmen
DU90% dan DU 10% sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.
Tabel 4 Nilai DU 90% tahun 2021
No
Nama Antibiotika
DDD/100
%
Segmen
1
Azitromisin
22,03
30,5%
DU 90%
2
Moksifloksasin
14,33
19,8%
3
Seftriakson
12,87
17,8%
4
Levofloksasin
6,40
8,9%
5
Metronidazol
3,16
4,4%
6
Sefuroksime
2,60
3,6%
16,81
7,83
5,58
4,43
4,38
3,90
2,19
2,16
1,70
1,14
1,13
0,90
0,83
0,78
0,45
0,41
0,24
0,16
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
18,00
Nilai DDD/100 Hari Rawat
Di RSUD Kota Yogyakarta Tahun 2022
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 796
7
Meropenem
2,01
2,8%
8
Seftizoxime
1,98
2,7%
DU 10%
9
Seftazidim
1,91
2,6%
10
Ampisilin
1,31
1,8%
11
Sefotaksim
0,93
1,3%
12
Ampi Sulbactam
0,82
1,1%
13
Sefazolin
0,54
0,7%
14
Fosmicin
0,42
0,6%
15
Siprofloksasin
0,34
0,5%
16
Kloramfenikol
0,19
0,3%
17
Vankomisin
0,18
0,3%
18
Netilmicin
0,14
0,2%
19
Amikasin
0,05
0,1%
Diketahui ada 7 item antibiotika yang termasuk dalam DU90% yaitu : azitromisin,
moksifloksasin, seftriakson, levofloksasin, metronidazol sefuroksime dan meropenem.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aseng dkk. (2023) dimana pada periode
Januari-Maret 2021 antibiotika yang masuk dalam segmen 90% ialah Azitromisin
(45,75%), Seftriakson (29,85%) dan Levofloksasin (16,02%). Segmentasi antibiotika
pada DU90% dan DU10% dapat dijadikan data awal mengenai prioritas antibiotika yang
perlu dilakukan evaluasi kualitatif.
Tabel 5 Nilai DU 90% antibiotika tahun 2022
No
Nama Antibiotika
DDD/100
%
Segmen
1
Seftriakson
16,81
30,5%
DU 90%
2
Moksifloksasin
7,83
14,2%
3
Sefuroksime
5,58
10,1%
4
Azitromisin
4,43
8,0%
5
Metronidazol
4,38
8,0%
6
Levofloksasin
3,90
7,1%
7
Seftazidim
2,19
4,0%
8
Sefotaksim
2,16
3,9%
9
Meropenem
1,70
3,1%
10
Seftizoxime
1,14
2,1%
DU 10%
11
Fosmicin
1,13
2,1%
12
Ampisilin
0,90
1,6%
13
Siprofloksasin
0,83
1,5%
14
Sefazolin
0,78
1,4%
15
Kloramfenikol
0,45
0,8%
16
Ampi Sulbactam
0,41
0,7%
17
Netilmicin
0,24
0,4%
18
Vankomisin
0,16
0,3%
19
Amikasin
0,08
0,1%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 797
Dengan demikian, penelitian ini mengumpulkan data tentang 19 jenis antibiotika
yang digunakan pada pasien yang dirawat di RSUD Kota Yogyakarta pada tahun 2022.
Ditemukan bahwa 9 jenis antibiotika ini termasuk dalam DU90%, yaitu seftriakson,
moksifloksasin, sefuroksime, azitromisin, metronidazol, levofloksasin, seftazidime,
sefotaksim, dan meropenem. Karena penggunaannya yang tinggi, antibiotika yang
termasuk dalam DU 90% memiliki kemungkinan resistensi yang lebih tinggi. Antibiotik
ini perlu diberikan perhatian khusus dan dijadikan prioritas dalam evaluasi
penggunaannya secara kualitatif (Khoiriyah dkk., 2020).
3. Penggunaan antibiotika berdasarkan kategori AWaRe ( Acces, Watch, Reserve)
Pengendalian antibiotika salah satunya dengan pengelompokkan antibiotika
berdasarkan kategori AWaRe ( Acces, Watch, Reserve). Tujuan adanya pengelompokan
untuk memudahkan penerapan penatagunaan antibiotika baik di tingkat lokal maupun
global, mewaspadaui munculnya resistensi antimikroba dan mempertahan kemanfaatan
antibiotika lebih lama.
Gambar 3 Kuantitas antibiotika berdasar kategori AWaRe tahun 2021-2022
Dari hasil penelitian ini secara garis besar tahun 2021-2022 diketahui kuantitas
penggunaan antibiotika kategori Acces sebesar 24%, antibiotika kategori Watch sebesar
67% dan antibiotika kategori Reserve sebanyak 10%.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, salah satunya ialah bahwa
penelusuran rekam medis dilakukan secara retrospektif, sehingga dapat ditemukan
catatan rekam medis yang tidak lengkap dan tidak terkonfirmasi. Keterbatasan lain adalah
hasil penelitian hanyalah nilai kuantitatif dan belum dapat menggambarkan kualitas
penggunaan antibiotika dengan nilai DDD/100 tertinggi. Diharapkan ada studi lebih
lanjut untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika.
.
Kesimpulan
Antibiotika dengan nilai DDD tertinggi merupakan azitromisin (22,3 DDD/100) untuk
tahun 2021 dan seftriakson (16,81 DDD/100) untuk tahun 2022. Perbedaan nilai DDD/100 dari
24%
67%
10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Antibiotik Acces Antibiotik Wacth Antibiotik Reserve
Nilai Persentase Kuantitas Penggunaan Antibiotik berdasarkan Kategori
AWaRe pada Pasien Rawat Inap di RSUD Kota Yaogyakarta Tahun 2021-2022
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 798
penggunaan antibiotika tahun 2021 dan 2022 disebabkan oleh perubahan pola penyakit yang
terjadi, dimana tahun 2021 didominasi oleh kasus Covid 19 sehingga pola penggunaan antibiotika
berbeda. Untuk 3 item antibiotika dengan DU 90% terbesar tahun 2021 yaitu azitromisin,
moksifloksasin dan seftriakson, berbeda dengan tahun 2022 yaitu seftriakson, moksifloksasin dan
sefuroksim.
Daftar Pustaka
Aseng, C., Wiyono, W., & Jayanti, M. (2023). Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada
Pasien Covid-19 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari-Maret
2021. Pharmacon, 12(1), 7782.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/42200
Bergman, U., Popa, C., Tomson, Y., Wettermark, B., Einarson, T. R., Åberg, H., &
Sjöqvist, F. (1998). Drug utilization 90% - a simple method for assessing the quality
of drug prescribing. European Journal of Clinical Pharmacology, 54(2), 113118.
https://doi.org/10.1007/s002280050431
Dadgostar, P. (2019). Antimicrobial Resistance: Implications and Costs. Infection and
Drug Resistance, Volume 12, 39033910. https://doi.org/10.2147/IDR.S234610
de With, K., Bestehorn, H., Steib-Bauert, M., & Kern, W. V. (2009). Comparison of
Defined versus Recommended versus Prescribed Daily Doses for Measuring
Hospital Antibiotic Consumption. Infection, 37(4), 349352.
https://doi.org/10.1007/s15010-008-8138-4
Hadi, U., Kuntaman, K., Qiptiyah, M., & Paraton, H. (2013). Problem Of Antibiotic Use
And Antimicrobial Resistance In Indonesia: Are We Really Making Progress?,
Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease. Indonesian Journal of
Tropical and Infectious Disease, 4(4), 58.
Hanifah, S., Melyani, I., & Madalena, L. (2022). Evaluasi Penggunaan Antibiotika
Dengan Metode Atc/Ddd Dan Du90% Pada Pasien Rawat Inap Kelompok Staff
Medik Penyakit Dalam Di Salah Satu Rumah Sakit Swasta Di Kota Bandung.
Farmaka, 20(1), 2126.
Khoiriyah, S. D., Ratnawati, R., & Halimah, E. (2020). Evaluasi Penggunaan Antibiotika
Dengan Metode Atc / Ddd Dan Du90 % Di Rawat Jalan Poli Penyakit Dalam Rumah
Sakit Al-Islam Bandung. Jurnal Kefarmasian Akfarindo, 712.
https://doi.org/10.37089/jofar.v0i0.81
Kurniasari, A. R., & Kurniawati, I. D. (2022). Profil Kuantitas Penggunaan Antibiotika
Pada Pasien Covid-19 Non Ventilator Di RSUD Dr. R.Koesma Tuban. Jurnal
Darma Agung, 30(2), 169173.
https://jurnal.darmaagung.ac.id/index.php/jurnaluda/article/view/1646
Oktavia, M., Suharjono, & Virdiyanti, W. (2023). Analisis Penggunaan Antibiotik pada
Pasien Rawat Inap Dengan Metode Defined Daily Dose. MPI (Media
Pharmaceutica Indonesiana), 5(2), 165171.
https://doi.org/10.24123/mpi.v5i2.5862
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 799
PMK 28, 2021, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021
Tentang Pedoman Penggunaan Antibiotika
PMK 8, 2015, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015
Tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba Di Rumah Sakit
PMK 2406, 2011, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/Menkes/Per/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika
Puspitadewi, N., & Halimah, E. (2023). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pasien Rawat
Inap Non-Bedah Rumah Sakit X Di Bandung Periode Januari-Desember 2022
Menggunakan Metode ATC/DDD. Farmaka, 21(3).
Putra, O. N. (2023). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien COVID-19 Pneumonia
di Ruangan ICU Dengan Metode ATC/DDD. Pharmaceutical Journal of Indonesia,
8(2), 135142.
WHO. (2015). Introduction to DDD Indicators. World Health Organization.
https://www.who.int/tools/atc-ddd-toolkit/indicators