JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 777
Analisis Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga pada Indikator Hipertensi di Puskesmas Kajen II
Kabupaten Pekalongan
Naila Rizqi Haqiyah
1
, Bambang Wahyono
2
Universitas Negeri Semarang, Indonesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
Penelitian ini bertujuan menganalisis indikator hipertensi di
Puskesmas Kajen II, Kabupaten Pekalongan, dan pelaksanaan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK).
Program PIS-PK bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat dengan menerapkan pendekatan berbasis keluarga.
Karena hipertensi sangat umum dan berdampak besar pada kesehatan
masyarakat, subjek penelitian ini dipilih. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif, yang mengumpulkan data melalui
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa PIS-PK telah diterapkan dengan efektif pada
indikator hipertensi di Puskesmas Kajen II, tetapi ada beberapa
hambatan, seperti kekurangan sumber daya manusia., keterbatasan
fasilitas, dan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat tentang
pentingnya pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Rekomendasi
yang dihasilkan dari penelitian ini meliputi peningkatan pelatihan
bagi tenaga kesehatan, penyediaan fasilitas yang memadai, dan
intensifikasi program edukasi kesehatan kepada masyarakat. Dengan
demikian, diharapkan PIS-PK dapat berjalan lebih optimal dan
berkontribusi signifikan dalam menurunkan prevalensi hipertensi di
Kabupaten Pekalongan.
ABSTRACT
This research aims to analyze hypertension indicators at the
Kajen II Health Center, Pekalongan Regency, and the
implementation of the Healthy Indonesia Program with a
Family Approach (PIS-PK). The PIS-PK program aims to
improve the quality of public health by implementing a family-
based approach. Since hypertension is very common and has
a major impact on public health, the subject of this study was
chosen. This study uses a qualitative descriptive approach,
which collects data through observation, interviews, and
documentation studies. The results of the study show that PIS-
PK has been effectively applied to hypertension indicators at
the Kajen II Health Center, but there are several obstacles,
such as a lack of human resources, limited facilities, and low
levels of public awareness about the importance of
hypertension prevention and management. The
recommendations resulting from this study include increasing
training for health workers, providing adequate facilities, and
intensifying health education programs to the community.
Thus, it is hoped that PIS-PK can run more optimally and
contribute significantly to reducing the prevalence of
hypertension in Pekalongan Regency.
Program Indonesia Sehat -
Pendekatan Keluarga;
Prevalensi Hipertensi;
Kesehatan Masyarakat
Keywords:
Healthy Indonesia Program
- Family Approach;
Prevalence of hypertension;
Public Health
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 778
Coresponden Author: Naila Rizqi Haqiyah
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Pemerintah Indonesia melakukan berbagai inisiatif untuk mengatasi masalah kesehatan
yang ada, salah satunya adalah Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK).
Untuk menerapkan pendekatan, program ini menekankan kepada petugas kesehatan puskesmas
untuk mengunjungi rumah-rumah penduduk di daerah kerja mereka. Program yang tercantum
dalam agenda kelima nawa cita bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, salah
satunya adalah Program Indonesia Sehat. Pembangunan kesehatan dimulai dengan Program
Indonesia Sehat. Rencana Strategis (Renstra) Departemen Kesehatan Tahun 20152019, yang
didukung oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015, dirancang
untuk mencapai tujuan program tersebut. Program Indonesia Sehat bertujuan untuk meningkatkan
status kesehatan dan gizi masyarakat melalui program kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan (Kemenkes
RI, 2015).
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat akan mengadopsi pendekatan berpusat pada
keluarga yang bertujuan untuk memberikan keluarga akses terhadap layanan kesehatan yang
komprehensif, termasuk tindakan promotif, preventif, terapeutik dan rehabilitasi. Hal ini juga
akan mendukung pencapaian standar pelayanan minimal dan penerapan jaminan kesehatan
nasional untuk mencapai tujuan Program Indonesia Sehat dalam Renstra Kementerian Kesehatan
2015-2019 (Kemenkes RI, 2016a).
Untuk menjalankan Program Indonesia Sehat, disepakati bahwa dua belas indikator
utama akan menjadi ciri kesehatan keluarga. 12 indikator utama adalah sebagai berikut:
keluarga mengikuti program KB; ibu melahirkan di fasilitas kesehatan; imunisasi dasar yang
lengkap untuk bayi; ASI eksklusif untuk bayi; pemantauan bulanan bayi; standar pengobatan
untuk pasien tuberkulosis paru dan hipertensi gangguan jiwa; keluarga tidak merokok; keluarga
memiliki akses ke air bersih dan toilet sehat; dan keluarga saya terdaftar dalam Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) (Kemenkes RI, 2016b).
Indeks Keluarga Sehat (IKS) menunjukkan status kesehatan masyarakat yang berada di
wilayah kerjaa Puskesmas yang dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori keluarga sehat jika
IKS >0,800, kategori pra sehat jika IKS antara 0,500-0,800, dan kategori tidak sehat jika IKS
<0,500 (Kemenkes RI, 2017).
Indonesia sendiri memiliki indeks keluarga sehat (IKS) sebesar 0,173, namun IKSnya
masih di bawah 0,500 atau kategori keluarga tidak sehat. Angka-angka tersebut belum
mencerminkan keadaan di Indonesia, karena masih sedikit keluarga sehat di Indonesia yang
IKS-nya dicatat atau dihitung. Oleh karena itu, perlu dilakukan perluasan cakupan pendataan
untuk mendapatkan IKS Indonesia yang sebenarnya. Di Jawa Tengah, indeks keluarga sehat
saat ini sebesar 0,186, namun IKSnya masih di bawah 0,500 atau masuk kategori keluarga tidak
sehat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan ICS di Jawa Tengah, perlu dilakukan perluasan
cakupan pendataan.
Provinsi Jawa Tengah telah mengimplementasikan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga (PIS PK) di seluruh kota/kabupaten yang berada di Jawa Tengah salah
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 779
satunya yaitu Kabupaten Pekalongan. Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu wilayah di
Provinsi Jawa Tengah yang capaian IKS masih rendah yaitu 0,14 dimana IKS tersebut masih
kurang dari 0,500 dan dikategorikan keluarga tidak sehat. Capaian IKS yang masih rendah di
Kabupaten Pekalongan disebabkan karena keluarga yang terkunjungi sebesar 69,2% sehingga
presentase tersebut belum menggambarkan kondisi kesehatan keluarga di Kabupaten
Pekalongan.
Di Kabupaten Pekalongan, Puskesmas Kajen II terlibat aktif dalam pelaksanaan Program
Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS PK). Capaian IKS Puskesmas yang ditentukan oleh
penerapan keluarga sehat masuk dalam kategori tidak sehat dengan skor 0,13. Klasifikasi tidak
sehat tersebut disebabkan oleh belum memadainya cakupan dua belas indikator utama, antara lain
partisipasi keluarga dalam KB (64,83%), ibu melahirkan di fasilitas kesehatan (91,72%),
imunisasi dasar lengkap pada bayi (98,61%), pemberian ASI eksklusif pada bayi (98,61%), dan
pemberian ASI eksklusif pada bayi (98,61%). bayi (89,25%), pemantauan berkala setiap bulan
pada balita (93,54%), kepatuhan terhadap standar pengobatan pada penderita tuberkulosis paru
(64,58%), teratur berobat pada penderita hipertensi (24,87%), perawatan yang baik pada penderita
gangguan jiwa (48,78%) , dan tidak merokok di kalangan anggota keluarga (37,26%), keluarga
menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (34,84%), keluarga memiliki akses terhadap
air bersih (96,38%), dan keluarga memiliki akses jamban sehat. (89,22%).
Capaian pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
pada indikator hipertensi paling rendah yaitu sebesar 24,78% dimana masih jauh dari 100% total
coverage sehingga dapat dipresentasikan bahwa penderita hipertensi yang melakukan pengobatan
secara teratur masih belum memenuhi target. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan program
khususnya pada indikator hipertensi belum berjalan dengan lancar dan belum sesuai dengan
harapan pemerintah.
Meningkatnya kasus hipertensi di Puskesmas Kajen II yang masih tinggi dari tahun 2018
sebanyak 723 dan tahun 2019 sebanyak 974 memungkinkan penderita hipertensi melakukan
pemeriksaan tetapi tidak dilakukan secara teratur sehingga hasil capaian indikator hipertensi pada
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) tidak memenuhi target yang
telah ditetapkan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Akbar Fauzan, dkk (2019) terdapat berbagai
tantangan dalam penerapan PIS-PK baik dari segi input, proses, dan output. Tantangan tersebut
antara lain kurangnya sumber daya dan fasilitas, serta terbatasnya infrastruktur. Surveyor juga
menghadapi kendala seperti keterbatasan waktu dan beban untuk memenuhi berbagai target,
serta kesulitan dalam memahami proses implementasi dan menavigasi daerah terpencil. Selain
itu, adanya penolakan dari masyarakat dalam pengumpulan data PIS-PK menyebabkan
pendataan kurang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Naily Rahma Sari (2019)
menyatakan pada pelaksanaan belum ada dokumen perencanaan yang mencakup kegiatan
pendataan hingga intervensi lebih lanjut yang terintegrasi dengan program P2TB dan pelaporan
belum optimal karena belum adanya forum koordinasi. Selain itu, pada penelitian yang
dilakukan Nila Arsita (2019) pelaksanaan PIS-PK dinilai sudah berkualitas baik. Penilaian ini
didasarkan pada beberapa faktor, termasuk adanya standar dan tujuan yang jelas dan dapat
dicapai, komunikasi dan koordinasi yang efektif, keselarasan antara karakteristik lembaga
pelaksana dan hasil yang diinginkan, serta pengaruh positif lingkungan, sosial, ekonomi, dan
lingkungan. dan faktor politik dalam pelaksanaan PIS-PK.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti diketahui capaian presentase
pelaksanaan PIS PK pada indikator hipertensi yang masih rendah di Puskesmas Kajen II ini
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 780
masih terdapat beberapa hambatan antara lain ketersediaan sarana dan prasarana sudah ada
tetapi jumlahnya di beberapa desa belum memadai. Untuk faktor yang mempengaruhi penderita
hipertensi tidak melakukan pengobatan secara teratur adalah kesadaran beberapa penderita
hipertensi untuk memeriksakan diri masih rendah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Analisis Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada
Indikator Hipertensi Di Puskesmas Kajen II”. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah lokasi penelitian di Puskesmas Kajen II.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini berupa penelitian kualitatif dengan difokuskan pada pelaksanaan PIS-
PK pada penderita hipertensi di Puskesmas Kajen II yaitu pada komunikasi, disposisi, struktur
birokrasi dan sumber daya yang akan menghasilkan capaian Indeks Keluarga Sehat (IKS). Subyek
yang digunakan adalah informan yang ditunjuk untuk memberikan data dan informasi pada saat
wawancara mendalam. Pengambilan sampel narasumber menggunakan teknik purposive
sampling yaitu sampel dianggap cukup memberikan informasi dan dapat menjelaskan keadaan
sebenarnya dari objek penelitian sehingga memudahkan peneliti untuk mengetahui keadaan sosial
yang diteliti.
Penelitian ini memiliki informan kunci dan informan triangulasi. Narasumber berjumlah 9
orang, terdiri dari 4 sumber primer dan 5 sumber triangulasi. Informan kunci adalah direktur
puskesmas, pemilik program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, bidan, dan perawat
yang dilaksanakan pada bulan November 2021. Sedangkan informan triangulasi terdiri dari kader
kesehatan dengan kriteria aktif dalam pelaksanaan PIS-PK dan bersedia menjadi narasumber serta
penderita hipertensi yang bersedia menjadi narasumber.
Teknik pengambilan data yang digunakan ialah wawancara, observasi dan dokumentasi.
Pemeriksaan keabsahan data dalam penelittian ini menggunakan cara triangulasi, teknik yang di
gunakan triangulasi sumber yang berarti membandingkan dengan mengecek kembali derajat
kepercayaaan dari suatu informasi yang telah diperoleh. Teknik analisa data yaitu reduksi data,
penyajian data, kemudian penarikan kesimpulan/verifikasi. Penelitian ini telah melalui uji etik
dengan Nomor: 347/KEPK/EC/2021.
Hasil Dan Pembahasan
Komunikasi
Berdasarkan pada penelitian Artyasari, dkk (2021) laporan pelaksanaan program
intervensi hipertensi di Puskesmas Loboyoso Kota Semarang ditemukan bahwa tidak terdapat
hambatan komunikasi antar pelaksana program selama pelaksanaan program. Program intervensi
yang dilaksanakan secara jelas dan konsisten memadukan komunikasi melalui kegiatan
komunikasi satu arah dalam bentuk pertemuan rutin dan laporan kegiatan. Komunikasi yang baik
dan langsung dari penyelenggara program hipertensi dalam program intervensi kepada pelaksana
yaitu penyelenggara program kesehatan, menciptakan program intervensi yang dilaksanakan
melalui dukungan lintas disiplin sesuai dengan masalah hipertensi yang dapat dilakukan.
Komunikasi pada pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada
indikator hipertensi di Puskesmas Kajen II menurut hasil wawancara yaitu sudah memberikan
arahan dengan baik kepada kader kesehatan yang dilakukan secara langsung maupun online
dengan cara penyuluhan kemudian pemegang program, perawat, bidan dan kader berkoordinasi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 781
untuk mendatangi masyarakat yang indeks keluarga sehatnya masih merah untuk diberikan
informasi agar berobat secara teratur, berikut ini kutipan wawancaranya:
“Arahannya dengan ee kader mendatangi apa masyarakat yang IKS nya merah kemudian
untuk apa merubah ee yang merah tadi misalnya kader misalnya ya ada yang hipertensi
nah kader bisa memberikan informasi untuk berobat ke puskesmas gitu.”
“Kita memberikan pendidikan kesehatan kepada kader dan merangkul kader untuk turun
serta dalam masyarakat dalam pelaksanaan PIS-PK.”
Sosialisasi yang dilakukan oleh pemegang program bersama kader kesehatan dilakukan
secara langsung kepada masyarakat yang mengalami hipertensi pada saat pelaksanaan posyandu
lansia maupun prolanis dengan memberikan informasi kepada penderita hipertensi untuk
melakukan pengobatan secara teratur, berikut hasil kutipan wawancaranya:
“Hmm Kami kan ada kegiatan posbindu la dari itu ada yandu lansia atau posbindu disitu
para lansia atau para usia yang usia masa subur antara 18 sampai 59 itu terjaring semua
hipertensi jadi nanti kalau misalkan ada yang hipertensi kita langsung rujuk ke
puskesmas untuk mendapatkan obat.”
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti mengenai hambatan yang ada
pada pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator
Hipertensi di Puskesmas Kajen II adalah kesadaran penderita hipertensi untuk melakukan
pengobatan secara teratur masih rendah. Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan penderita hipertensi mereka mengatakan melakukan pengobatan secara teratur dan tidak
merasa keberatan untuk melakukan pengobatan walaupun kadang memeriksakan jika terjadi
gejala saja. Oleh karena itu, dapat disimpulkan terjadi perubahan kesadaran penderita hipertensi
untuk lebih sehat. Berikut hasil kutipan wawancaranya: “Nggih. Engga keberatan malah saya
bersyukur dapat informasi jadi tau.”
Pencapaian target pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada
indikator hipertensi sudah tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh pemegang
program yaitu dari pelaksanaan kunjungan, pemberian informasi dan pengobatan secara teratur.
Disposisi
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kajen II menunjukkan bahwa staf dan kader
kesehatan yang melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada
Indikator Hipertensi memiliki komitmen yang tinggi. Berikut hasil kutipan wawancaranya:
“Heeh, tinggi. Terus dianggaran banyak banget maksudnya kalau saya menganggarkan
untuk PIS-PK gak akan dicorek. Tenaga kesehatan lain juga iya, jadi kalau ada masalah
di desa, ya langsung hubungi bidan langsung ketahuan. Oh kiiki rumahe sini langsung
dikunjungin.” Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Made Dewi Susilawati, et
al (2020) laporan Peran Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Implementasi
Program Pendekatan Indonesia Sehat dan Keluarga (PIS-PK) di lima provinsi di Indonesia,
sosialisasi antar internal program/provinsi bahwa penyesuaian sedang dilakukan. Penguatan
manajemen kesehatan dan komitmen yang tinggi dari manajemen hingga tingkat bawah
memudahkan mengatasi hambatan dan solusi yang diinginkan dalam penerapan PIS-PK.
Komitmen yang tinggi dari para pelaksana yang didukung dengan komunikasi yang baik antar
pelaksana sehingga dapat mendorong para pelaksana untuk mencapai tujuan program menurut
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 782
penelitian yang dilakukan oleh Artyasari, et al (2021) mengenai pelaksanaan program intervensi
pada penyakit hipertensi di Puskesmas Rowoyoso Kota Semarang.
Jika pejabat tidak melaksanakan kebijakan yang diinginkan oleh eksekutif, maka sikap para
pelaksana kebijakan dapat menjadi hambatan besar bagi implementasi kebijakan. Seperti
dilansiroleh Ramadhani, dkk (2021) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor
penghambat penerapan PIS-PK indikator tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Antang
dan menemukan adanya hambatan dalam pelaksanaan program termasuk data sikap pelaksana
ternyata menjadi permasalahan. Dilihat dari pemaparan koordinator PIS-PK Puskesmas Antan,
pengumpulan, masukan, pengolahan dan intervensi sudah sangat baik. Mengatakan tim inti dan
tim intervensi tetap kompak dalam melaksanakan program.
Apabila para pelaksana kebijakan mempunyai sikap yang baik, maka mereka akan mampu
melaksanakan kebijakan tersebut dengan sukses. Sebaliknya jika para pelaksana kebijakan
mempunyai sikap dan cara pandang yang menyimpang dari maksud dan arah kebijakan, maka
proses implementasi kebijakan tidak akan efektif dan efisien.Oleh karena itu, untuk melaksanakan
kebijakan perlu dilakukan seleksi dan penempatan sumber daya manusia yang memiliki
keterampilan dan komitmen yang sesuai dengan kebijakan yang dirumuskan. Menurut Muftiana
R dkk. (2023) dalam penelitian yang menganalisis implementasi kebijakan program “Indonesia
Sehat dan Pendekatan Keluarga” di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang, program “Indonesia
Sehat dan Pendekatan Keluarga menemukan bahwa pelaksanaannya harus dioptimalkan di
Puskesmas Pasir Panjang. Pusat ini perlu memperjelas tugas dan fungsi stafnya dan menciptakan
alur koordinasi untuk program-program dalam bentuk surat penunjukan dan prosedur operasi
standar dalam penelitian yang menganalisis praktik-praktik yang berkaitan dengan
"kesehatan".Kebijakan program “Indonesia untuk Keluarga” Puskesmas Pasir Panjang Kota
Kupang menemukan bahwa pelaksanaan program perlu dioptimalkan untuk program
tersebut.Puskesmas Pasir Panjang harus menetapkan tugas dan tanggung jawab staf dengan alur
yang jelas dan terkoordinasi antar program dalam bentuk surat penunjukan dan prosedur
operasional standar.
Konsentrasi adalah salah satu cara yang direkomendasikan untuk mengatasi permasalahan
sikap pelaksana. Melalui tindakan yang terfokus, diharapkan dapat mempengaruhi langkah-
langkah untuk melaksanakan kebijakan dan memastikan bahwa kebijakan tersebut dilaksanakan
sesuai dengan spesifikasi. Apabila timbul kendala pada pelaksanaan Program Indonesia Sehat
Pendekatan Keluarga Indikator Hipertensi di Puskesmas Kajen II tidak diberikan perawatan
intensif.. Berikut hasil kutipan wawancaranya: Oh engga ada”
Menurut Roeslie, dkk (2018) dalam penelitian menganalisis persiapan implementasi
“Program Indonesia Sehat dan Pendekatan Keluarga” (Indikator 8: Kesehatan Jiwa penduduk) di
Kota Depok tahun 2018, kata pemerintah. Puskesmas dan Puskesmas berhasil memenuhi SPM
sasaran penatalaksanaan kesehatan jiwa atau ODGJ berat. Dalam penerapan Kebijakan , Kota
Metropolitan Depok tidak memberikan perawatan intensif kepada individu atau institusi mulai
dari deteksi kasus hingga pernyataan kesembuhan..
Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi berhubungan dengan standar operasional prosedur atau landasan
pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dalam penelitian ini adalah
Permenkes RI Nomor 39 tahun 2016.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 783
Kegiatan rutin yang memungkinkan pegawai (atau pelaksana kebijakan, manajer, atau
birokrat) melakukan aktivitas sehari-hari mereka sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
disebut prosedur operasi standar. Dengan menggunakan fitur ini, peneliti dapat melihat apakah
pelaksana program telah mematuhi SOP yang telah ditetapkan, khususnya intervensi tuberkulosis
paru yang dikembangkan sesuai dengan peraturan Direktur Jenderal Kesehatan Republik
Indonesia Masuk. Pasal 67 tentang Pengendalian TBC oleh Ramadhani dkk, (2021) melakukan
penelitian untuk menemukan faktor-faktor yang menghambat penerapan indikator PIS-PK
tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas.
Pelaksanaan yang baik adalah sesuai dengan peraturan yang ada sehingga tujuan yang
ingin dicapai dapat tepat sasaran. Hasil penelitian yang dilaksanakan menyatakan bahwa
pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator Hipertensi di
Puskesmas Kajen II sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedure yang telah ditentukan.
Berikut kutipan hasil wawancaranya: “Ya kita sesuai SOP yang dibuat di puskesmas ya
mba, ya kita lakukan apa sesuai SOP saja kegiatannya”
Jika struktur birokrasi terlalu panjang dan terfragmentasi (penyebaran tanggung jawab)
akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape sehingga aktivitas menjadi
tidak fleksibel. Oleh karena itu, untuk struktur birokrasi pelaksanaan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator Hipertensi di Puskesmas Kajen II itu sendiri terdiri
dari kepala puskesmas, KTU, promosi kesehatan, sanitarian, bidan, perawat, dokter dan kader
kesehatan. Berikut hasil kutipan wawancaranya: “Kepala puskesmas, KTU, Sanitarian,
Promkes, terus bidan, terus perawat, dokter, semua sebenarnya dan kader.”
Penyelenggaraan kegiatan mutlak memerlukan struktur birokrasi yang memudahkan kegiatan dan
mengatur pelaksanaannya secara terkoordinasi dengan baik. Ketika mengelola kebijakan,
diperlukan struktur birokrasi yang kuat untuk mengelola kolaborasi antara masyarakat dan
sumber daya secara efektif. Dalam program ini, alur birokrasi terjadi dari atas ke bawah, dimulai
di kementerian dan berakhir di tingkat puskesmas kabupaten. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Pujosiswanto dkk (2020), penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan
Porewali Mandal menemukan bahwa saluran koordinasi antara birokrasi dengan tim manajemen
tingkat kabupaten selama ini belum berfungsi dengan baik. Tidak ada struktur yang jelas dalam
undang-undang ini karena tidak dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan yang menunjuk
Perencanaan dan Pelayanan sebagai pengelola program. Selain itu, puskesmas tidak beroperasi
secara optimal karena tidak mengoordinasikan hasil program.
Sumber Daya
Ketersediaan sumber daya manusia yang dibutuhkan sangat menentukan keefektifan dan
efisien penyelesaian suatu kegiatan atau pekerjaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
indikator sumber daya manusia sangat penting untuk keberhasilan program. Penelitian ini
menunjukkan bahwa bidan, perawat, promosi kesehatan, dan kader kesehatan memiliki sumber
daya manusia yang cukup untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga pada indikator hipertensi di Puskesmas Kajen II. Berikut hasil kutipan wawancaranya:
“Cukuplah bisa.” Menurut penelitian Purwanti (2021) pada penelitiannya tentang analisis yang
dilakukan terhadap pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat
puskesmas Kota Tidore Kepulauan, ketersediaan sumber daya manusia di tingkat puskesmas
sudah sesuai dengan kebutuhan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menerapkan program
di wilayah kerja setiap puskesmas.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 784
.
Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi jalannya pelaksanaan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga. Sarana dan prasarana merupakan sumber daya yang mendukung
jalannya program dimana ketersediaan dan kecukupan harus dapat dipenuhi oleh puskesmas
sebagai upaya pencapaian tujuan program. Maka dari itu perlu penambahan alat tensi yang
jumlahnya sesuai dengan kebutuhan program menurut penelitian yang dilakukan Artyasari, dkk
(2021) tentang implementasi Program Intervensi pada Penyakit Hipertensi di Puskesmas
Purwoyoso Kota Semarang. Keberhasilan program PIS-PK dipengaruhi oleh ketersediaan sarana
dan prasarana yang baik, sedangkan ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang akan
menyebabkan program tidak terlaksana dengan baik sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Darmansyah (2021) pada Puskesmas di Kabupaten Nagan. Berdasarkan hasil observasi awal
yang dilakukan peneliti mengenai hambatan yang ada pada pelaksanaan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator Hipertensi di Puskesmas Kajen II adalah
ketersediaan sarana dan prasarana sudah ada tetapi jumlahnya di beberapa desa belum memadai.
Sedangkan untuk ketersediaan sarana dan prasarana pelaksanaan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator Hipertensi di Puskesmas Kajen II seperti tensimeter
menurut hasil wawancara dengan informan utama dan triangulasi sudah ada dan memadai setiap
desa akan tetapi ada beberapa desa yang jumlahnya belum memadai. Berikut hasil kutipan
wawancaranya: Udah, tensi tiap pos ada.” “Sebagian ada yang sudah dan sebagian
belum jadi belum semuanya Hal ini dapat disimpulkan bahwa sudah terdapat penambahan
sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga pada indikator hipertensi.
Menurut Novianti, dkk (2020), penelitian evaluasi pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas di
Kabupaten Labuan Batu Provinsi Sumatera Utara dan Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah
menemukan masih adanya keterbatasan alat dan bahan pelaksanaan. Ternyata, pendataan PIS-PK
di Kabupaten Labu Ambato dan Kota Semarang menjadi kendala utama dalam pengumpulan data
PIS-PK. Salah satunya adalah jumlah alat pemantau tekanan darah dan tim pendata yang tidak
sebanding, sehingga tidak semua anggota rumah tangga dapat diukur tekanan darahnya, dan
petugas puskesmas dapat mensurvei anggota rumah tangga atau sekadar mencatat tekanan
darahnya sendiri.Selain itu, fasilitas pendukung lainnya juga diperlukan
Anggaran mengacu pada kecukupan dana untuk perencanaan dan pelaksanaan program
atau kebijakan untuk memastikan pelaksanaannya. Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa ada
kendala yang menghalangi pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
pada Indikator Hipertensi di Puskesmas Kajen II. Namun, anggaran yang dialokasikan untuk
program tersebut tidak memenuhi syarat, berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa
anggaran sudah memadai yaitu berupa dana desa dan dana BOK tetapi untuk desa harus
mengajukan terlebih dahulu ke anggaran dana desa dan sudah memadai. Berikut hasil kutipan
wawancaranya: “Ada dana desa, dana BOK, ada.” “Ya Anggarannya ya dari desa
biasanya kan ya itu anggarannya beli ini beli alat na kalau ada DD kan biasanya
membutuhkan alat apa nah mangke diusulaken.” Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
anggaran yang dialokasikan untuk Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga terkait
dengan metrik hipertensi telah meningkat. Menurut penelitian Purnamayanti, dkk (2023) tentang
pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) selama pandemi,
dana BOK yang disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan adalah sumber dana untuk program
PIS-PK. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartina di Puskesmas Kurai Taji Kota
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 785
Pariaman, pembiayaan untuk pelaksanaan PIS-PK berasal dari anggaran BOK yang ada pada
dokumen POA BOK Puskesmas Kurai Taji. Tidak ada anggaran khusus untuk pelaksanaan
hipertensi. Pada penelitian Swari (2021) melihat pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga pada faktor hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Badung.
Penelitian juga menemukan bahwa dana untuk kegiatan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga berasal dari dana BOK dan JKN, dan tidak ada dana khusus untuk indikator
hipertensi.
Hambatan Dan Kelemahan Penelitian
Adapun hambatan tersebut antara lain:
1. Beberapa penderita hipertensi kurang memahami dengan pertanyaan yang diajukan dengan
menggunakan bahasa indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti menjelaskan
pertanyaan dalam bahasa jawa agar mudah dipahami.
2. Penderita hipertensi kurang memahami mengenai Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga akan tetapi lebih mengenal posyandu lansia dan prolanis. Untuk
mengatasi hal tersebut peneliti menjelaskan secara singkat terlebih dahulu.
Adapun kelemahan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Hasil penelitian sangat ditentukan oleh kejujuran dari informan utama. Untuk mengatasi
hal tersebut, peneliti mengantisipasi dengan cara menggunakan triangulasi.
2. Pengolahan hasil wawancara tidak menggunakan aplikasi sehingga diperlukan ketelitian
dalam menganalisis.
3. Peneliti kurang memberikan pertanyaan yang lebih mendalam sehingga masih ada
kemungkinan yang belum tersampaikan.
4. Peneliti pada penelitian ini masih banyak kekurangan dalam penggunaan bahasa yang
benar karena peneliti masih pemula.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai analisis pelaksanaan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator Hipertensi di Puskesmas Kajen II
Kabupaten Pekalongan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Komunikasi yang dilakukan
untuk pemberian informasi kepada penderita hipertensi untuk melakukan pengobatan secara
teratur sudah baik dan tidak merasa keberatan, untuk arahan yang diberikan dari pihak puskesmas
ke kader kesehatan sendiri sudah dilakukan dengan baik. 2) Disposisi atau sikap pelaksana dalam
melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator Hipertensi
memiliki komitmen yang tinggi dan sudah cukup baik. Serta tidak ada pemberian intensif jika
terjadi suatu permasalahan pada saat pelaksanaan tidak ada. 3) Struktur birokrasi dalam
pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator Hipertensi
sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang telah ditentukan. Untuk struktur
birokrasi pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator
Hipertensi itu sendiri terdiri dari kepala puskesmas, KTU, promosi kesehatan, sanitarian, bidan,
perawat, dokter dan kader kesehatan yang melaksanakan program tersebut. 4) Sumber daya dalam
hal ketersediaan sumber daya manusia untuk pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga pada Indikator Hipertensi sudah memadai, baik dari promosi kesehatan,
bidan, perawat maupun kader kesehatan. Untuk ketersediaan sarana dan prasarana untuk
pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator Hipertensi
seperti tensimeter sudah ada setiap desa akan tetapi jumlahnya belum memadai. Dan untuk
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 786
anggaran pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator
Hipertensi dari Puskesmas sudah memadai tetapi untuk desa harus mengajukan terlebih dahulu
ke anggaran dana desa dan sudah memadai.
Bibliography
Arsita, N., & Duadji, N. (2019). Analisis Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Administrativa: Jurnal
Birokrasi, Kebijakan Dan Pelayanan Publik, 1(1), 6373.
https://doi.org/10.23960/administrativa.v1i1.7
Darmansyah. (2021). Analisis Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK) pada Puskesmas di Kabupaten Nagan Raya. SAGO Gizi Dan
Kesehatan, 3(1).
Fauzan, A., Chotimah, I., & Hidana, R. (2019). Implementasi Program Indonesia Sehat
Dengan Pendekatan Keluarga (Pis-Pk) Di Puskesmas Mulyaharja Kota Bogor Tahun
2018. Promotor, 2(3), 172181. https://doi.org/10.32832/pro.v2i3.1934
Hartina, M., Neni, & Purwanto, A. (2022). Analisis Pelaksanaan PIS-PK pada Indikator
Hipertensi di Puskesmas Kurai Taji Kota Pariaman. Jurnal Kesehatan Komunitas
Indonesia, 18(1), 416426.
Kemenkes RI. (2015). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015. Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2016a). Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2016b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2016. Kemenkes RI.
Kemenkes RI. (2017). Buku Pedoman Umum Indonesia Sehat. Kemenkes RI.
Novianti, Sulistiyowati, N., Simarmata, O. S., Prasodjo, R. S., Anwar, A., Laelasari, E.,
& Irianto, J. (2020). Evaluasi Pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Kabupaten Labuan
Batu, Provinsi Sumatera Utara dan Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Ekologi Kesehatan, 19(1), 5975.
Pramesthi Artyasari, A. S., Surjoputro, A., & Budiyanti, R. T. (2021). Pelaksanaan
Program Intervensi Pada Penyakit Hipertensi Di Puskesmas Purwoyoso Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 9(3), 394401.
https://doi.org/10.14710/jkm.v9i3.29610
Pujosiswanto, K. H., Palutturi, S., & Ishak, H. (2020). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Implementasi Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga (Pis-Pk) Di Puskesmas Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Maritim, 3(1). https://doi.org/10.30597/jkmm.v3i1.10300
Purnamayanti, N. L., & Sulistyawati, F. (2023). Implementasi Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) pada Masa Pandemi. Jurnal Delima
Harapan, 9(2), 117127.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 787
Purwanti, D. I. (2021). Analisis Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga di Tingkat Puskesmas Kota Tidore Kepulauan. Jurnal Ilmiah
Wahana Pendidikan, 7(4), 391402. https://doi.org/10.5281/zenodo.5150374
R, E. M., Littik, S. K. A., & Nayoan, C. R. (2023). Analisis Implementasi Kebijakan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di Puskesmas Pasir
Panjang Kota Kupang. 12(02), 114120.
Rahma, S. N., Chriswardani, S., & Nurhasmadiar, N. (2019). Evaluasi Pelaksanaan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Indikator TB Paru di
Puskesmas Tayu II Kabupaten Pati. Sumber Pendanaan Dalam Pelaksanaan PIS-
PK Di Puskesmas Tayu II Berasal Dari Dana BOK Yang Pemanfaatannya
Digunakan Untuk Operasional Pendataan Dengan Sistem Pentahapan Kunjungan
Rumah Karena Terbatasnya Anggaran. Belum Adanya Alokasi Khusus Untuk
Kunjunga, 7(4), 532541.
Ramadhani, A. F., Nurgahayu, & Septiyanti. (2021). Identifikasi Faktor Penghambat
Implementasi PIS-PK Indikator TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Antang.
Window of Public Health Journal, 1(6), 777784.
Roeslie, E., & Bachtiar, A. (2018). Analisis Persiapan Implementasi Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga (Indikator 9: Kesehatan Jiwa) Di Kota Depok
Tahun 2018. JKKI : Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 07(02), 6473.
Susilawati, M. D., Sulistiowati, E., & Hartati, N. S. (2020). Peran Dinas Kesehatan
Provinsi dan Kabupaten / Kota dalam Implementasi Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga ( PIS-PK ) di Lima Provinsi , Indonesia The Role of
Public Health Office in the Implementation of the Healthy Indonesia. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 4(1), 1322.