Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 779
satunya yaitu Kabupaten Pekalongan. Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu wilayah di
Provinsi Jawa Tengah yang capaian IKS masih rendah yaitu 0,14 dimana IKS tersebut masih
kurang dari 0,500 dan dikategorikan keluarga tidak sehat. Capaian IKS yang masih rendah di
Kabupaten Pekalongan disebabkan karena keluarga yang terkunjungi sebesar 69,2% sehingga
presentase tersebut belum menggambarkan kondisi kesehatan keluarga di Kabupaten
Pekalongan.
Di Kabupaten Pekalongan, Puskesmas Kajen II terlibat aktif dalam pelaksanaan Program
Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS PK). Capaian IKS Puskesmas yang ditentukan oleh
penerapan keluarga sehat masuk dalam kategori tidak sehat dengan skor 0,13. Klasifikasi tidak
sehat tersebut disebabkan oleh belum memadainya cakupan dua belas indikator utama, antara lain
partisipasi keluarga dalam KB (64,83%), ibu melahirkan di fasilitas kesehatan (91,72%),
imunisasi dasar lengkap pada bayi (98,61%), pemberian ASI eksklusif pada bayi (98,61%), dan
pemberian ASI eksklusif pada bayi (98,61%). bayi (89,25%), pemantauan berkala setiap bulan
pada balita (93,54%), kepatuhan terhadap standar pengobatan pada penderita tuberkulosis paru
(64,58%), teratur berobat pada penderita hipertensi (24,87%), perawatan yang baik pada penderita
gangguan jiwa (48,78%) , dan tidak merokok di kalangan anggota keluarga (37,26%), keluarga
menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (34,84%), keluarga memiliki akses terhadap
air bersih (96,38%), dan keluarga memiliki akses jamban sehat. (89,22%).
Capaian pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
pada indikator hipertensi paling rendah yaitu sebesar 24,78% dimana masih jauh dari 100% total
coverage sehingga dapat dipresentasikan bahwa penderita hipertensi yang melakukan pengobatan
secara teratur masih belum memenuhi target. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan program
khususnya pada indikator hipertensi belum berjalan dengan lancar dan belum sesuai dengan
harapan pemerintah.
Meningkatnya kasus hipertensi di Puskesmas Kajen II yang masih tinggi dari tahun 2018
sebanyak 723 dan tahun 2019 sebanyak 974 memungkinkan penderita hipertensi melakukan
pemeriksaan tetapi tidak dilakukan secara teratur sehingga hasil capaian indikator hipertensi pada
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK) tidak memenuhi target yang
telah ditetapkan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Akbar Fauzan, dkk (2019) terdapat berbagai
tantangan dalam penerapan PIS-PK baik dari segi input, proses, dan output. Tantangan tersebut
antara lain kurangnya sumber daya dan fasilitas, serta terbatasnya infrastruktur. Surveyor juga
menghadapi kendala seperti keterbatasan waktu dan beban untuk memenuhi berbagai target,
serta kesulitan dalam memahami proses implementasi dan menavigasi daerah terpencil. Selain
itu, adanya penolakan dari masyarakat dalam pengumpulan data PIS-PK menyebabkan
pendataan kurang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Naily Rahma Sari (2019)
menyatakan pada pelaksanaan belum ada dokumen perencanaan yang mencakup kegiatan
pendataan hingga intervensi lebih lanjut yang terintegrasi dengan program P2TB dan pelaporan
belum optimal karena belum adanya forum koordinasi. Selain itu, pada penelitian yang
dilakukan Nila Arsita (2019) pelaksanaan PIS-PK dinilai sudah berkualitas baik. Penilaian ini
didasarkan pada beberapa faktor, termasuk adanya standar dan tujuan yang jelas dan dapat
dicapai, komunikasi dan koordinasi yang efektif, keselarasan antara karakteristik lembaga
pelaksana dan hasil yang diinginkan, serta pengaruh positif lingkungan, sosial, ekonomi, dan
lingkungan. dan faktor politik dalam pelaksanaan PIS-PK.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti diketahui capaian presentase
pelaksanaan PIS PK pada indikator hipertensi yang masih rendah di Puskesmas Kajen II ini