JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 861
Faktor Prediktor Terjadinya Delayed Hemothorax pada Pasien dengan
Riwayat Trauma Tumpul Toraks di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou
Manado
Gufi George Stefanus
1*
, Wega Sukanto
2
, Adrian Tangkilisan
3
, F. L. Fredrik G.
Langi
4
, Eko Prasetyo
5
, Christha Tamburian
6
, Denny Saleh
7
Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia
Email: gufi.g[email protected], wegasukanto@gmail.com,
atangkilisan4@dosenlb.unsrat.ac.id, flangi2@unsrat.ac.id, ekoprasetyo@unsrat.ac.id,
christha.tambur[email protected], dennysaleh@yahoo.co.uk
ABSTRAK
Kata Kunci:
Trauma toraks merupakan penyebab signifikan dari morbiditas dan
mortalitas, terutama dalam konteks multitrauma, dengan dampak
kematian berkisar antara 20% hingga 25%. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor prediktor terjadinya delayed
hemothorax pada pasien dengan riwayat trauma tumpul toraks
di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Metode yang di
guanakan metode penelitian dengan pendekatan kohort retrospektif,
dengan cara consecutive sampling, analisis data dengan analisis
deskriptif. Adapun hasil penelitian, ditemukan bahwa faktor
prediktor yang signifikan adalah adanya fraktur tulang iga, jumlah
fraktur iga 3 atau lebih, dan lokasi fraktur tulang iga. Usia dan
kejadian kontusio paru tidak ditemukan sebagai faktor prediktor
yang signifikan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pasien
yang memiliki fraktur pada tulang iga ke 10-12, 6-9, dan 3-5
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami delayed hemothorax.
ABSTRACT
Thoracic trauma is a significant cause of morbidity and
mortality, especially in multi-trauma contexts, with mortality
impacts ranging from 20% to 25%. This research aims to
determine the predictor factors of delayed hemothorax in
patients with a history of thoracic blunt trauma at RSUP Prof.
Dr. R.D. Kandou Manado. The method used research methods
with a retrospective cohort approach, by means of consecutive
sampling, data analysis with descriptive analysis. As for the
results of the study, it was found that significant predictor
factors were the presence of rib fractures, the number of rib
fractures of 3 or more, and the location of the rib fracture. Age
and incidence of pulmonary contusions were not found to be
significant predictor factors. The results also showed that
patients who had fractures in the 10-12, 6-9, and 3-5 ribs had
a higher risk of delayed hemothorax.
Delayed hemothorax; Faktor
Predikyor; Trauma Tumpul
Toraks
Keywords:
Delayed hemothorax;
Predikyor factor; Thoracic
blunt trauma
Coresponden Author: Gufi George Stefanus
Email: gufi.george.s@gmail.com
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 862
Pendahuluan
Trauma toraks terus menjadi penyebab substansial morbiditas dan mortalitas. Trauma
toraks terjadi pada sekitar 60 % pasien multitrauma dan bertanggung jawab atas 20% hingga 25%
kematian terkait trauma. Didapati hubungan antara jumlah fraktur iga terhadap hasil akhir pasien,
pada 1.490 pasien, setelah trauma tumpul toraks: 6,7% pasien tanpa fraktur tulang iga
berkembang menjadi hemotoraks atau pneumotoraks, dibandingkan dengan 24,9% pasien dengan
1 atau 2 fraktur iga dan 81,4% pasien dengan lebih dari 2 fraktur iga. Selang torakostomi
dibutuhkan oleh 17,4% pasien Hemotoraks: Etiology, Diagnosis, and Management (Broderick,
2013).
Hemotoraks merupakan kumpulan darah di ruang pleura atau kadar hematokrit cairan
pleura lebih dari 50%. Diperkirakan 300.000 kasus hemotoraks terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat, sebagian besar disebabkan oleh trauma toraks. Meskipun lebih jarang, penyebab spontan
dan iatrogenik atau vaskular dari hemotoraks juga dapat terjadi. Perdarahan yang menyebabkan
hemotoraks dapat berasal dari dinding dada, pembuluh darah interkostal, arteri mamaria interna,
pembuluh darah besar, mediastinum, miokardium, parenkim paru, diafragma, atau abdomen. Nilai
hematokrit cairan pleura di bawah 50% tidak menyingkirkan hemotoraks. Telah dilaporkan bahwa
hemotoraks dapat menjadi encer dengan cairan pleura dalam waktu 3-4 hari, menyerupai efusi
hemoragik dengan hematokrit antara 25-50%. Selain itu, cairan pleura secara klinis tidak dapat
dibedakan dari darah pada hematokrit lebih besar dari 5%. Oleh karena itu, dibutuhkan pencarian
sumber perdarahan, bahkan ketika hematokrit di bawah 50% (Zeiler et al., 2020).
Fraktur iga seringkali ditemukan setelah trauma toraks. Kejadiannya adalah sebesar 12%
dari seluruh fraktur, terutama sering pada lansia; dan sekitar 10% pada pasien trauma tumpul.
Beberapa studi menunjukkan morbiditas dan mortalitas signifikan yang berhubungan dengan
fraktur iga. Angka mortalitasnya mencapai 51%. Komplikasi tersering adalah pneumonia, sebesar
70% (Bemelman et al., 2017; Wu et al., 2015). Selain itu pada fraktur iga displaced seringkali
penetrasi ke pleura dan menyeba Bemelman bkan delayed hemothorax (Chien et al., 2017).
Sekitar 75% dari seluruh penderita dengan trauma toraks minor dipulangkan setelah
dievaluasi di Unit Gawat Darurat. Kendati demikian, komplikasi lanjutan seperti delayed
hemothorax dapat terjadi. Delayed hemothorax dapat menjadi penyebab morbiditas dan
mortalitas pada pasien trauma (Park et al., 2022; Yang et al., 2020).
Angka kejadian delayed
hemotoraks pada penelitian sebelumnya menunjukan angka yang cukup tinggi yaitu 11.8%
(Muronoi et al., 2020; Talbot et al., 2017). Delayed hemothorax dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan radiologi. Namun, pemeriksaan tersebut seringkali hanya dilakukan bila pasien
memiliki gejala sehingga diagnosis seringkali terlambat ditegakkan. Oleh karena itu, penulis ingin
meneliti apakah ada faktor prediktor terjadinya delayed hemothorax pada pasien dengan trauma
tumpul toraks agar diagnosis dapat ditegakkan secara dini dan diharapkan pasien memiliki luaran
yang lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor prediktor terjadinya
delayed hemothorax pada pasien dengan riwayat trauma tumpul toraks di RSUP Prof. Dr. R.D.
Kandou Manado
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dengan pendekatan
kohort retrospektif pada semua kasus trauma tumpul toraks di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
Manado. Penelitian ini dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan menggunakan
Electronic Medical Records periode tahun 2021-2024. Populasi penelitian adalah pasien yang
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 863
datang dengan riwayat trauma tumpul toraks di RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado periode
tahun 2021-2024. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling. Sampel diambil secara
berturut pada sampel yang memenuhi kriteria penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan dibawah persetujuan Komite Etik Penelitian RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado. Analisis menggunakan data retrospektif yang terkumpul lewat
rekaman medis dan tidak memerlukan tindakan tambahan terhadap pasien, sehingga subjek
penelitian tidak terpapar risiko selain yang telah dialami di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
dan permintaan Informed Consent tidak dibutuhkan.
Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah: Analisis deskriptif yang
digunakan untuk menganalisis data karakteristik dan dilaporkan dalam bentuk tabel distributif.
Analisis regresi logistik digunakan untuk menilai T dengan kejadian delayed hemothorax.
Analisis regresi logistik dan korelasi poin biserial digunakan untuk menilai hubungan Faktor
Prediktor terhadap kejadian Delayed Hemothorax. Untuk kemaknaan dalam penelitian ini, nilai
signifikansi yang digunakan adalah p<0,05. Data yang dikumpulkan diolah dengan perangkat
lunak komputer menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for
Windows versi 25.
Hasil Dan Pembahasan
Penelitian analitik observasional dengan rancangan studi kohort retrospektif berbasis
rumah sakit (hospital-based) telah dilakukan dengan cara mengambil data dari pasien trauma
tumpul toraks di RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor prediktor kejadian delayed hemothorax pada pasien pasien trauma tumpul
toraks.
Penelitian ini mendapatkan total 80 pasien trauma tumpul toraks, dengan 17 pasien
termasuk dalam kelompok yang mengalami kejadian delayed hemothorax dan 63 pasien termasuk
kelompok yang tidak mengalami kejadian delayed Hemothorax. Setelah mendapat data tersebut,
dilakukan analisis deskriptif pada setiap variabel penelitian. Kemudian dilakukan regresi logistik
dan korelasi poin biserial untuk menilai hubungan variabel bebas yaitu faktor prediktor terhadap
variabel terikat yaitu kejadian delayed hemothorax.
Karakteristik Subyek Penelitian
Tabel 1 Karakteristik Pasien Trauma Tumpul Toraks dalam Penelitian, N = 80
Karakteristik
n (%)
Med (Q
1
; Q
3
)
Kelamin
Pria
66 (82)
Wanita
14 (18)
Usia
<
45
44
(55)
42,5 (22,8 ;
57,2)
45-69
32 (40)
70
4 ( 5)
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 864
Mekanisme Trauma
Kecelakaan Lalu Lintas
Jatuh saat berjalan
Jatuh dari ketinggian
Tertimpa Pohon
51 (64)
15 (18)
12 (15)
2 ( 3)
Gejala dan tanda
Nyeri dada
52 (65)
Sesak nafas
52 (65)
Batuk darah
1 ( 1)
Kontusio Paru
16 (20)
Fraktur Kosta
Ya
23 (29)
0,0 ;
1,2)
Fraktur
<
3
63 (79)
Fraktur
3
17 (21)
Lokasi Fraktur Iga
Tanpa Fraktur
57 (71)
Hanya Atas (1-5)
3 ( 4)
Atas Tengah (1-9)
12 (15)
Hanya Tengah (6-9)
6 ( 8)
Tengah Bawah (6-12)
1 ( 1)
Atas, Tengah, Bawah (1-12)
1 ( 1)
Delayed Hemothorax
17 (21)
Berdasarkan tabel 1, Sebanyak 44 subyek penelitian memiliki usia dibawah 45 tahun,
sebanyak 32 subyek penelitian berusia 45 hingga 69 tahun dan 4 subyek penelitian memiliki usia
diatas 70 tahun. sebanyak 21 % subyek penelitian mengalami delayed hemaothorax. Mekanisme
trauma didominasi oleh kecelakaan lalu lintas yaitu sebanyak 64% dari keseluruhan subyek
penelitian, 18% mengalami jatuh saat berjalan, 15% jatuh dari ketinggian dan 3% tertimpa pohon.
Gejala yang dirasakan oleh subyek penelitian sebanyak 65% adalah nyeri dada dan sesak nafas,
dan hanya 1% yang mengalami batuk darah. Sebanyak 29% subyek penelitian mengalami fraktur
iga. Lokasi fraktur terbanyak pada high dan mid iga yaitu sebanyak 15%, 4% terjadi pada high
dan 8% hanya pada mid, sebanyak 1% pada mid dan low dimana pada setiap pasien yang
mengalami fraktur semua fraktur nya terjadi minimal 1 fraktur pada iga 3-9. Sebanyak 20%
subyek penelitian mengalami kontusio paru (Tabel 1).
Tabel 2 Perbandingan kelompok penelitian faktor prediktor terhadap
kejadian delayed hemothorax
Variabel
Delayed
Hemothorax
(n=17)
Tidak Delayed
Hemothorax
(n=63)
Usia
< 45 tahun
45 69 tahun
≥ 70 tahun
5 (30%)
11 (65%)
1 (5%)
39 (62%)
21 (33%)
3 (5%)
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 865
Fraktur Iga
Ya
Tidak
11 (65%)
6 (35%)
12 (19%)
51 (81%)
Jumlah Fraktur Iga ≥ 3
Ya
Tidak
9 (53%)
8 (47%)
6 (10%)
57 (90%)
Lokasi Fraktur
Tanpa Fraktur
Hanya Atas
Atas, Tengah
Hanya Tengah
Tengah, Bawah
Atas, Tengah, Bawah
6 (35%)
1 ( 6%)
8 (47%)
2 (12%)
0 (0%)
0 (0%)
51 (81%)
2 ( 3%)
4 ( 6%)
4 ( 6%)
1 ( 2%)
1 ( 2%)
Pada tabel 2 didapatkan pada variabel yang mengalami delayed hemothorax didominasi
usia 45 sampai 69 tahun, sedangkan pada kelompok yang tidak mengalami delayed hemothorax
didominasi usia lebih muda yaitu kurang dari 45 tahun. Sebanyak 65% yang mengalami delayed
hemothorax mengalami fraktur iga, dan sebanyak 19% yang tidak mengalami delayed
hemothorax mengalami fraktur iga. Sebanyak 53% yang mengalami delayed hemothorax juga
memiliki lebih dari 3 iga yang fraktur. Lokasi fraktur didominasi pada lokasi high dan mid yaitu
sebanyak 47% yang mengalami delayed hemothorax. Sebanyak 29% subyek penelitian yang
mengalami delayed hemothorax juga mengalami kontusio paru.
Korelasi Faktor Prediktor terhadap Kejadian Delayed Hemothorax
Tabel 3 Analisis Regresi Logistik Delayed Hemothorax
Univariat
Best Model
Prediktor
β (95% CI)
p
β (95% CI)
p
Usia
1,03 (1,00 ; 1,06)
0,067
Usia 45-69 vs
<
45
4,09 (1,25 ; 13,33)
0,020
Usia 70 vs < 45
2,60 (0,22 ; 30,05)
0,444
Adanya Fraktur Iga
1,47 (1,15 ; 1,89)
0,002
Jumlah Fraktur Iga
3
Lokasi Fraktur Iga 1-5
10,69 (3,00 ; 38,08)
9,00 (2,62 ; 30,93)
<0,001
<0,001
10,69 (3,00 ; 38,08)
<0,001
Lokasi Fraktur Iga 6-9
6,75 (2,06 ; 22,08)
0,002
CATATAN: CI confidence interval
a
Multikolinear dengan variabel-variabel yaitu usia, lokasi, kontusio
paru dan jumlah fraktur iga.
Dilakukan uji korelasi regresi logistik pada variabel bebas dan terikat dan didapatkan hasil
pada usia didapatkan P-Value 0,067, setelah itu pada kategori usia dibandingkan untuk usia 45-
69 tahun dengan usia < 45 tahun didapatkan P-Value 0,020 dan pada usia ≥ 70 tahun dengan usia
< 45 tahun didapatkan P-Value 0,444.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 866
Untuk variabel adanya fraktur iga memiliki P-Value sebesar 0,002. Didapatkan P-Value
<0,001 untuk Jumlah fraktur iga ≥3 . Dimana lokasi fraktur iga 1-5 memiliki P-Value <0,001 dan
lokasi fraktur iga 6-9 memiliki P-Value 0,002.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor prediktor kejadian delayed hemothorax
pada pasien pasien trauma tumpul toraks. Data yang didapat telah diekstraksi dan dianalisis dan
didapatkan pada data demografik bahwa subyek penelitian didominasi oleh laki laki. Sebuah
studi yang dilakukan oleh Lundin et al pada 2022 pada 2397 pasien trauma toraks, didapatkan
71% adalah laki laki sesuai dengan hasil penelitian ini yang didominasi sebanyak 82,5% subyek
penelitian berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat diakibatkan pekerjaan dan aktivitas laki-laki
yang lebih berisiko (Lundin et al., 2022).
Sebagian besar subyek penelitian berusia dibawah 45
tahun. Pada kedua kelompok, didapatkan dominan usia yang lebih tua pada kelompok yang
mengalami delayed hemothorax namun tidak didapatkan hasil yang signifikan diantara keduanya.
Hal ini dapat dikatakan usia tidak berpengaruh pada terjadinya delayed hemothorax pada pasien
trauma tumpul toraks. Berdasarkan Quebec clinical decision rule, usia > 70 tahun memiliki risiko
3,84 kali lebih tinggi untuk mengalami delayed hemothorax karena pada usia tua organ menjadi
lebih rentan terluka akibat tortuisitas dari pembuluh darah dan elastisitas pembuluh darah yang
kurang. Ahn et al dalam studinya di tahun 2024 pada 202 pasien dengan trauma toraks
mendapatkan bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya delayed hemothorax
(adjusted odds ratio (aOR) 1.03, 95% confidence interval (CI) 1.001.06, P = 0.022) (Ahn et al.,
2024). Usia yang tidak berpengaruh pada penelitian kali ini dapat dipengaruhi oleh minimnya
populasi usia 70 tahun yang didapat pada sampel penelitian ini. Variasi sampel dapat
dipengaruhi oleh angka harapan hidup yang berbeda cukup jauh diantara kedua negara,
berdasarkan data yang diambil dari WHO angka harapan hidup di Kanada pada tahun 2019 yaitu
hingga 82 tahun sedangkan di Indonesia angka harapan hidup hanya mencapai 71 tahun (Choi et
al., 2021; Émond et al., 2017).
Angka kejadian delayed hemothorax pada pasien dengan Riwayat trauma tumpul toraks di
RSUP Kandou tergolong tinggi yaitu 21,3 % dibandingkan penelitian serupa lainnya yang
dilakukan oleh Marcel Edmond et al dengan judul Clinical Prediction rule for delayed
hemothorax after minor thoracic injury:a Multicentre derivation and validation study yang
menunjukan insidensi 10,9%.
35
Pada penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa sampel yang
mengalami 3 atau lebih fraktur tulang iga juga berisiko lebih tinggi mengalami delayed
hemothorax namun studi lain menunjukkan bahwa jumlah fraktur tulang iga > 3 memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang rendah untuk delayed hemothorax yaitu 51,5% dan 59,1%.
Lokasi fraktur (posterior) dan bergesernya fraktur tulang iga mungkin lebih spesifik
dibandingkan dengan jumlah fraktur. Adanya temuan minimal 1 fraktur tulang iga pada CT scan
juga dapat menjadi faktor risiko delayed hemothorax (Chien et al., 2017; Gonzalez et al., 2021).
Lokasi fraktur adalah faktor risiko yang signifikan untuk delayed hemothorax. Pasien
dengan fraktur pada tulang iga ke 10 12, tulang iga ke 6 9, dan tulang iga ke 3 5 masing-
masing berisiko 1,52; 3,11; dan 5,05 kali lebih tinggi untuk mengalami delayed hemothorax
dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki fraktur. Sehingga, adanya minimal satu fraktur
tulang iga antara tulang iga ke 3 9 pada foto polos toraks dapat menjadi faktor risiko yang
signifikan untuk delayed hemothorax (Émond et al., 2017).
Pada penelitian ini, sesuai dengan
penelitian sebelumnya dimana didapatkan untuk lokasi fraktur nya minimal 1 iga ada di tulang
iga 1-9 bermakna terhadap luaran delayed hemothorax (Émond et al., 2017). Faktor prediktor
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 867
lainnya yaitu adanya kontusio paru juga dapat berperan menjadi luaran delayed hemothorax
namun belum banyak teori yang menerangkan hubungan terjadinya delayed hemothorax pada
pasien dengan kontusio paru, pada penelitian ini didapatkan kontusio paru tidak bermakna dan
tidak dapat menjadi faktor prediktor delayed hemothorax .
Dari beberapa Faktor Prediktor terjadinya kejadian delayed hemothorax didapatkan untuk
Usia, Kejadian Kontusio Paru memiliki angka P-Value >0,05 sehingga tidak dapat menjadi faktor
prediktor terhadap luaran angka kejadian delayed hemothorax. Sedangkan adanya fraktur iga,
jumlah fraktur iga 3 atau lebih dan lokasi fraktur dapat menjadi faktor prediktor terjadinya delayed
hemothorax pada pasien dengan riwayat trauma tumpul toraks di RSUP Prof. R.D. Kandou
Manado.
Pada penelitian sebelumnya didapatkan Sebuah studi telah dilakukan untuk menyusun
sistem skoring Quebec clinical decision rule delayed hemothorax pada trauma toraks minor yang
tersusun atas 4 variabel yaitu usia > 70 tahun, fraktur pada tulang iga 3 9, usia 45 70 tahun,
dan terdapat 3 atau lebih fraktur iga. Quebec clinical decision rule delayed hemothorax telah
divalidasi dengan skor maksimum 5 di mana skor 2 atau 3 adalah risiko sedang dan skor 4 atau 5
adalah risiko tinggi dengan nilai spesifisitas yang tinggi yaitu 90%. Pada kategori risiko tinggi,
sekitar 1 dari 3 pasien mengalami delayed hemothorax pada populasi sampel di kanada dimana
setiap variabel berpengaruh, namun peneliti mendapatkan bahwa pada penelitian ini faktor
prediktor usia tidak cukup bermakna sehingga dibutuhkan penelitian berikutnya untuk
menyesuaikan kategori variabel usia berdasarkan karakteristik populasi di indonesia sehingga
dapat terbentuk sistem skoring faktor prediktor yang baik terhadap luaran delayed hemothorax di
indonesia (Émond et al., 2017).
Pada penelitian ini juga memiliki keterbatasan yaitu terdapat bias pada pemilihan sampel
karena banyak sampel yang diambil adalah yang telah menjalani X-Ray toraks ulangan setelah X-
Ray pertama yang umumnya adalah pasien yang dirawat sehingga pada pasien dengan riwayat
trauma thorax dan dipulangkan dari IGD tidak dapat memenuhi kriteria inklusi penelitian.
minimnya data sampel usia tua yaitu kategori lebih dari 70 tahun juga dapat menjadi sampel bias
pada korelasi nya dengan kejadian delayed hemothorax.
Kesimpulan
Usia bukan merupakan faktor prediktor delayed hemothorax pada pasien dengan riwayat
trauma tumpul toraks. Fraktur tulang iga merupakan faktor prediktor delayed hemothorax pada
pasien dengan riwayat trauma tumpul toraks. Lokasi fraktur tulang iga merupakan faktor prediktor
delayed hemothorax pada pasien dengan riwayat trauma tumpul toraks. Jumlah fraktur tulang iga
3 atau lebih merupakan faktor prediktor delayed hemothorax pada pasien dengan riwayat trauma
tumpul toraks.
Untuk penelitian serupa selanjutnya peneliti diharapkan dapat mengidentifikasi lebih
banyak variabel perancu dalam menganalisis korelasi antar variabel, diharapkan juga dengan
penelitian ini dapat dijadikan oleh peneliti lain sebagai acuan serta informasi untuk mencari
Faktor prediktor lainnya dengan variasi sampel yang lebih beragam dan dapat disesuaikan
kategori variabel dengan populasi di Indonesia khususnya usia sehingga dapat terbentuk sistem
skoring faktor prediktor terjadinya luaran delayed hemothorax berdasarkan beberapa faktor
prediktor dan dapat menjadi acuan resmi klinisi di indonesia.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 868
Daftar Pustaka
Ahn, S., Lee, S., Kim, S., Moon, S., Cho, H., Shin, H. J., & Park, J.-H. (2024). Risk factors for
delayed hemothorax in patients with rib fracture in the emergency department. The
American Journal of Emergency Medicine, 76, 173179.
https://doi.org/10.1016/j.ajem.2023.11.047
Bemelman, M., Kruijf, M. W. de, Baal, M. van, & Leenen, L. (2017). Rib Fractures: To Fix or
Not to Fix? An Evidence-Based Algorithm. The Korean Journal of Thoracic and
Cardiovascular Surgery, 50(4), 229234. https://doi.org/10.5090/kjtcs.2017.50.4.229
Broderick, S. R. (2013). Hemotoraks: Etiology, Diagnosis, and Management. Thoracic Surgery
Clinics, 23(1), 8996. https://doi.org/10.1016/j.thorsurg.2012.10.003
Chien, C.-Y., Chen, Y.-H., Han, S.-T., Blaney, G. N., Huang, T.-S., & Chen, K.-F. (2017). The
number of displaced rib fractures is more predictive for complications in chest trauma
patients. Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine, 25(1),
19. https://doi.org/10.1186/s13049-017-0368-y
Choi, J., Villarreal, J., Andersen, W., Min, J. G., Touponse, G., Wong, C., Spain, D. A., &
Forrester, J. D. (2021). Scoping review of traumatic hemothorax: Evidence and knowledge
gaps, from diagnosis to chest tube removal. Surgery, 170(4), 12601267.
https://doi.org/10.1016/j.surg.2021.03.030
Émond, M., Guimont, C., Chauny, J.-M., Daoust, R., Bergeron, É., Vanier, L., Moore, L., Plourde,
M., Kuimi, B., Boucher, V., Allain-Boulé, N., & Le Sage, N. (2017). Clinical prediction rule
for delayed hemothorax after minor thoracic injury: a multicentre derivation and validation
study. CMAJ Open, 5(2), E444E453. https://doi.org/10.9778/cmajo.20160096
Gonzalez, G., Robert, C., Petit, L., Biais, M., & Carrié, C. (2021). May the initial CT scan predict
the occurrence of delayed hemothorax in blunt chest trauma patients? European Journal of
Trauma and Emergency Surgery, 47(1), 7178. https://doi.org/10.1007/s00068-020-01391-
4
Lundin, A., Akram, S. K., Berg, L., Göransson, K. E., & Enocson, A. (2022). Thoracic injuries
in trauma patients: epidemiology and its influence on mortality. Scandinavian Journal of
Trauma, Resuscitation and Emergency Medicine, 30(1), 69. https://doi.org/10.1186/s13049-
022-01058-6
Muronoi, T., Kidani, A., Oka, K., Konishi, M., Kuramoto, S., Shimojo, Y., Hira, E., & Watanabe,
H. (2020). Delayed massive hemothorax due to diaphragm injury with rib fracture: A case
report. International Journal of Surgery Case Reports, 77, 133137.
https://doi.org/10.1016/j.ijscr.2020.10.125
Park, C. H., Kim, K. E., Chae, M. C., & Lee, J. W. (2022). Delayed massive hemothorax after
blunt thoracic trauma requiring thoracotomy by VATS: a case report. Journal of Surgical
Case Reports, 2022(1). https://doi.org/10.1093/jscr/rjab537
Talbot, B. S., Gange, C. P., Chaturvedi, A., Klionsky, N., Hobbs, S. K., & Chaturvedi, A. (2017).
Traumatic Rib Injury: Patterns, Imaging Pitfalls, Complications, and Treatment.
RadioGraphics, 37(2), 628651. https://doi.org/10.1148/rg.2017160100
Wu, W.-M., Yang, Y., Gao, Z.-L., Zhao, T.-C., & He, W.-W. (2015). Which is better to multiple
rib fractures, surgical treatment or conservative treatment? International Journal of Clinical
and Experimental Medicine, 8(5), 7930.
Yang, L., Zhang, C., Liu, W., Wang, H., Xia, J., Liu, B., Shi, X., Dong, X., Fu, F., & Dai, M.
(2020). Real-Time Detection of Hemothorax and Monitoring its Progression in a Piglet
Model by Electrical Impedance Tomography: A Feasibility Study. BioMed Research
International, 2020, 113. https://doi.org/10.1155/2020/1357160
Zeiler, J., Idell, S., Norwood, S., & Cook, A. (2020). Hemothorax: A Review of the Literature.
Clinical Pulmonary Medicine, 27(1), 112.
https://doi.org/10.1097/CPM.0000000000000343