JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 671
Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Depresi Pada Pasien Hipertensi di
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
Tasha Alifa
1
, Azhari Gani
2
, Juwita Saragih
3
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pendidikan dengan tingkat depresi pada pasien hipertensi di
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Penelitian ini bersifat
analitik dengan desain cross sectional dan teknik pengambilan
sampel adalah simple random sampling dengan jumlah
responden sebanyak 137 orang. Penelitian dilakukan dengan
wawancara untuk menilai tingkat pendidikan dan
menggunakan kuisioner Beck Depression Inventory-II (BDI-
II) untuk menilai tingkat depresi. Pada pasien hipertensi yang
berpendidikan rendah lebih tinggi mengalami gangguan
depresi (24,5%) dibandingkan dengan pasien yang
mempunyai pendidikan tinggi (7,1%). Hasil uji Chi-square
pada penelitian ini didapatkan value = 0,004 dan α = 0,05.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan
antara pendidikan dengan tingkat depresi pada pasien
hipertensi di Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between
education and depression rates in hypertensive patients in
Syiah Kuala District, Banda Aceh. This research is analytical
with a cross sectional design and the sampling technique is
simple random sampling with a total of 137 respondents. The
study was conducted by interviews to assess education level
and using the Beck Depression Inventory-II (BDI-II)
questionnaire to assess depression levels. In hypertensive
patients with low education, they were more likely to develop
depressive disorders (24.5%) compared to patients with
higher education (7.1%). The results of the Chi-square test in
this study obtained value = 0.004 and α = 0.05. The conclusion
of this study is that there is a relationship between education
and depression rates in hypertensive patients in Syiah Kuala
District, Banda Aceh.
Pendidikan; Depresi;
Hipertensi
Keywords:
Education; Depression;
Hypertension
Coresponden Author: Tasha Alifa
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 672
Pendahuluan
Hipertensi adalah salah satu permasalahan kesehatan global dengan faktor resiko
utama untuk penyakit kardiovaskular dan ginjal (Lacruz et al., 2015). Menurut data dari
American Heart Association (AHA) pada tahun 2019, prevalensi di dunia terutama di
Amerika terjadi peningkatan dari 32% menjadi 46% (Carey & Whelton, 2018).
Di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
terjadi peningkatan sebesar 34,1% dibandingkan pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah
dengan prevalensi tertinggi yaitu di Kalimantan Selatan sebesar 44,1% sedangkan daerah
terendah adalah provinsi Papua sebesar 22,2%. Pada provinsi Aceh sebesar 28,3%.
Prevalensi pasien hipertensi yang tidak terkontrol tidak minum obat dikarenakan sudah
merasa sehat sebesar 59,8%, tidak rutin ke fasilitas kesehatan sebesar 31,3%, sering
meminum obat tradisional sebesar 14,5% dan disertai dengan tidak dapat menahan efek
samping dari obat sebesar 4,5% (Kemeterian Kesehatan, 2019).
Beberapa faktor dapat
berperan dalam mempengaruhi hipertensi, termasuk faktor genetik, kelebihan berat
badan, jenis kelamin, tingkat stres, kurangnya aktivitas fisik, pola makan tinggi garam,
dan kebiasaan merokok (Nuraini, 2015).
Hipertensi dan depresi memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
diantaranya interaksi sosial, lingkungan dan faktor biologis (Neupane et al., 2015).
Depresi merupakan masalah penyakit kedua terbanyak di dunia. Prevalensi di dunia
didapatkan sebesar 350 juta orang terdiagnosis mengalami depresi dan akan meningkat
setiap tahunnya (Idaiani & Wahyuni, 2016; Udedi et al., 2018). Pada beberapa provinsi
di indonesia, depresi masih menjadi penyakit yang tidak terdiagnosis dan juga membuat
peningkatan beban biaya terhadap negara. Studi yang dilakukan di Amerika didapatkan
bahwa depresi dapat mempengaruhi kinerja kerja dan aktivitas sosial seseorang.
(10)
Tingkat pendidikan dapat membuat seseorang pada umumnya akan berkehidupan lebih
baik dan pendidikan juga memberi pengaruh terhadap kesehatan seseorang (Marnisah,
2017). Tingkat pendidikan yang rendah memiliki resiko lebih kecil untuk mendapatkan
diagnosis dengan benar, hal ini akan mempengaruhi terhadap penerimaan perawatan yang
efektif dikarenakan dokter kesulitan dalam berkomunikasi dengan pasien terkait
keluhannya (Chen et al., 2017).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Banda Aceh tahun 2018, Penyakit
hipertensi menduduki penyakit terbanyak kedua yang berada di Aceh. Kecamatan Syiah
Kuala merupakan kecamatan kedua terbesar di Banda Aceh yang memiliki 10 desa
dengan luas daerah yaitu sebesar 14.244 km. Kecamatan Syiah Kuala juga mempunyai
37.193 dari total jumlah penduduk (Aceh BPSKB, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Li et al. (2015) di Cina dengan penelitian yang
berjudul Prevalence of Depression in patients with Hypertension membuktikan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna terhadap insiden depresi yang berpengaruh kepada
pasien hipertensi dan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan total sampel 41 orang
dengan hasil yang menunjukkan bahwa pasien hipertensi yang memiliki depresi akan
membuat dampak buruk terhadap fungsi fisik dan kualitas hidup pada pasien (Li et al.,
2015).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 673
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Sutinah dkk pada tahun
2017 di Jambi dengan judul “Hubungan pendidikan, jenis kelamin dan status perkawinan
dengan depresi pada lansia” bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan depresi pada lansia. Pada penelitian ini menggunakan sampel
sebanyak 42 orang yang menggunakan instrumen penelitian yaitu kuisioner dengan hasil
yang didapatkan 52,4% mengalami depresi dan 59,5% dengan tingkat pendidikan rendah,
ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dengan
semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian
untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan tingkat depresi pada pasien hipertensi di
Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini berupa penelitian analitik observasional dengan menggunakan
rancangan penelitian cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Jeulingke dan Puskesmas Kopelma Darussalam yang terletak di Kecamatan Syiah Kuala,
Banda Aceh dengan waktu penelitian dimulai dari bulan Agustus sampai September
2019. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang datang untuk berobat hipertensi
(minimal dua kali berobat) ke Puskesmas Jeulingke dan Puskesmas Kopelma Darussalam
di Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh dengan teknik pengambilan simple random
sampling yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria Inklusi dalam
penelitian ini adalah pasien hipertensi dalam periode bulan Februari April 2019 dan
telah didiagnosa hipertensi oleh dokter, pasien hipertensi yang berusia lebih dari 18 tahun,
dapat berkomunikasi secara verbal dan pasien hipertensi yang bersedia menjadi
responden penelitian dan menandatangani lembaran informed consent. Kriteria Eklusi
pada penelitian ini yaitu rekam medis pasien yang tidak memenuhi kelengkapan data yang
mencakup variabel penelitian. Pasien hipertensi yang memiliki penyakit kronik yaitu:
diabetes melitus, stroke, penyakit kardiovaskular dan gagal ginjal kronik. Besar sampel
ditentukan dengan menggunakan rumus slovin dan didapatkan besar sampel 137
responden. Instrumen yang digunakan, yakni Beck Depression Inventory II (BDI-II)
untuk mengukur depresi, data demografi untuk mengukur tingkat pendidikan dan
Tensimeter air raksa bermerek Riester dan alat stetoskop bermerek Littmann Sthetoscope
untuk mengukur tekanan darah. Skala ukur keduanya berupa skala ukur ordinal.
Hubungan antara variabel independen dan dependen diukur menggunakan uji chi-square.
Hasil Dan Pembahasan
Penelitian telah dilaksanakan dari tanggal 13 September 2019 sampai dengan
tanggal 13 Oktober 2019 dilakukan di Puskesmas Kopelma Darussalam dan Puskesmas
Jeulingke. Setelah dilakukan pengambilan data, didapatkan sebanyak 137 responden yang
memenuhi kriteria inklusi dan sebanyak 37 pasien hipertensi yang masuk kedalam kriteria
eksklusi. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini disajikan pada tabel dibawah ini.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 674
Tabel 1 Karakteristik Responden
No
Kategori
Jumlah
1
Pasien yang tidak memenuhi kelengkapan data di rekam
medis
7
2
Pasien yang memiliki penyakit kronik
24
3
Pasien hipertensi yang sedang hamil
3
4
Pasien yang pernah berobat ke psikiater dan telah
mengkonsumsi obat depresi
2
5
Pasien yang memiliki penyakit psikotik seperti :
skizofrenia
1
Total
37
Tabel 2 Karakteristik Umum Subjek Penelitian
Kategori
Frekuensi
(n)
Jenis Kelamin
Perempuan
83
Laki-laki
54
Umur
26 35
10
36 45
20
46 55
32
56 - 65
40
> 65
35
Pendidikan terakhir
SD / sederajat
35
SMP / sederajat
18
SMA / sederajat
39
Diploma
10
Sarjana
36
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
52
Karyawan
8
PNS
32
Wiraswasta
25
Lainnya
20
Total
137
Dari tabel 2 di atas, terlihat bahwa jumlah responden wanita lebih besar daripada
jumlah responden laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh wanita mempunyai resiko lebih
tinggi dikarenakan telah memasuki usia menopause. Pada saat menopause akan terjadi
penurunan kuantitas hormon estrogen yang dapat menyebabkan pembuluh darah
mengalami kerusakan, akhir dari proses ini akan mempengaruhi tekanan darah seseorang
(Idaiani & Wahyuni, 2016).
Berdasarkan karakteristik umur, didapatkan jumlah responden dengan umur 56-
65 tahun merupakan kelompok umur terbanyak mengalami hipertensi. Hal ini sejalan
dengan penelitian dilakukan oleh Michael R. H et al (2011) di Canada yang mengatakan
bahwa tekanan darah diastolik tidak dipengaruhi oleh usia, tetapi seiring berjalannya usia
tekanan darah sistolik dan diastolik akan lebih tinggi pada individu yang memiliki riwayat
hipertensi sebelumnya dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki (Li et al.,
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 675
2015).
Berdasarkan data karakteristik pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar responden dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang bekerja sebagai ibu
rumah tangga (IRT). Hal ini dikaitkan dengan kurangnya aktifitas ibu rumah tangga.
Individu yang mempunyai aktifitas rendah akan berisiko mengalami hipertensi sebesar
30-50% dari individu yang aktif (Sutinah & Maulani, 2017).
Tabel 3 Kelompok Hipertensi
Kategori
Frekuensi (F)
Persentase (%)
Hypertension
Terkontrol
(compliance)
77
66,2
Tidak Terkontrol (non
compliance)
60
43,8
Total
137
100,0
Tabel 3 menunjukkan distribusi frekuensi responden yang melakukan kontrol
hipertensi lebih banyak dibandingkan dengan pasien hipertensi yang tidak melakukan
kontrol tekanan darah. Pada penelitian ini didapatkan bahwa bahwa pasien hipertensi
terkontrol lebih banyak dibandingkan dengan pasien hipertensi yang tidak terkontrol. Hal
ini dikarenakan peneliti melakukan penelitian di Puskesmas yang merupakan salah satu
tingkat fasilitas kesehatan, dimana pasien datang ke fasilitas kesehatan untuk melakukan
kontrol penyakit hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian studi kohort yang
didapatkan hasil bahwa sejumlah (45,2%) pasien hipertensi patuh dalam pengobatan
(compliance). Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketidakpatuhan minum obat
lebih tinggi pada wanita sebesar 1,3 kali dibandingkan dengan jenis kelamin pria
(Rockwood & Howlett, 2011).
Hal ini tidak sejalan oleh penelitian yang dilakukan Bilal A et al. pada tahun 2015
dan didapatkan hasil bahwa 68,14% pasien hipertensi tidak patuh/non compliance dalam
menjalani terapi. Ketidakpatuhan ini disebabkan oleh akses, jenis kelamin, dan status
ekonomi pasien. Jarak tempuh ke fasilitas kesehatan dapat membuat kurangnya
pengetahuan tentang faktor resiko terjadinya penyakit serta akibat yang ditimbulkan dapat
menyebabkan tingkat kepedulian untuk melakukan pengobatan menjadi rendah
(Rahajeng & Tuminah, 2009).
Tabel 4 Tingkat Depresi
Kategori
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Tingkat Depresi
Normal
122
89,1
Ringan
9
6,6
Sedang
5
3,6
Berat
1
0,7
Total
137
100,0
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 676
Berdasarkan tabel 4 diatas, responden depresi terbanyak berada dalam cakupan
normal dengan jumlah 122 orang (89,1%), Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian
dari Ehsan Geraei (2018) yang mengatakan bahwa depresi dapat dicegah dengan cara
mengurangi stresor yang didapat dari kehidupan sosial (Abegaz et al., 2017).
Penelitian yang mendukung juga adalah penelitian dari Krisnhaliani Wetarini pada
tahun 2018 didapatkan normal sebesar 56 orang (60,2%), diikuti depresi ringan, depresi
sedang dan depresi berat (Arshia et al., 2015).
Faktor yang menyebabkan depresi belum
diketahui secara pasti tetapi diduga faktor depresi adalah peristiwa kehidupan yang tidak
menyenangkan (stresor, masalah keuangan, perkawinan, penyakit dan perkerjaan) dan
faktor biologik yang dapat membuat gangguan keseimbangan nerurotransmitter (Geraei
et al., 2018).
Penelitian yang didukung oleh Arhatya Marsasina dan Alifiati Fitrikasari (2016),
dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gambaran tingkat depresi dijumpai sangat
bervariasi, Hal ini dapat menyebabkan adanya penyakit depresi sebagai komorbid
penyakit fisik pada kesehatan pasien (Wetarini & Lesmana, 2018).
Tabel 5 Pendidikan pada pasien Hipertensi
Berdasarkan pada tabel 5 diatas, tingkat pendidikan dikelompokan menjadi
pendidikan rendah dan tinggi. Dikatakan tingkat pendidikan rendah apabila seseorang
memiliki pendidikan SD dan SMP, sedangkan pada seseorang yang memiliki pendidikan
tinggi dapat dikatakan apabila memiliki pendidikan terakhir yaitu SMA, diploma dan
sarjana (FKUI, 2017). Pasien hipertensi yang berpendidikan sarjana memiliki persentase
yang lebih tinggi untuk melakukan kontrol hipertensi, hal ini dikarenakan kesadaran
pasien yang tinggi akan membuat pasien lebih mengetahui komplikasi yang terjadi jika
tidak mengontrol hipertensi dimulai dari makanan hingga segi gaya hidup.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas L. Schwenk et al pada
tahun 2018 yang mengatakan bahwa pasien hipertensi yang memiliki pendidikan rendah
lebih cenderung mengalami hipertensi dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai
pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya edukasi dan penyuluhan bagi
masyarakat yang berkaitan dengan minimnya akses ke fasilitas kesehatan serta
diakibatkan oleh faktor sosioekonomi (Marsasina & Fitrikasari, 2016).
Pengobatan hipertensi dapat menyebabkan peningkatan beban biaya hidup
seseorang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor sosioekonomi. Rendahnya sosioekonomi
Hipertensi
Tingkat Pendidikan
Total
Rendah
Tinggi
n
%
n
%
n
%
Terkontrol
26
49,1
51
50,9
77
56,2
Tidak
terkontrol
27
50,9
33
39,3
60
43,8
Total
53
100
84
100
137
100
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 677
berkaitan dengan akses ke fasilitas kesehatan yang dapat mempengaruhi edukasi terkait
pencegahan dan pengontrolan tekanan darah (Sudargo et al., 2018).
Tabel 6 Hubungan pendidikan dengan tingkat depresi pada pasien hipertensi di
Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh
Berdasarkan Tabel 6 diatas, tingkat depresi dikelompokan menjadi responden yang
mengalami depresi (ringan, sedang dan berat) dan yang tidak mengalami depresi (normal)
(Ward et al., 2018a).
Hasil tabulasi silang data menunjukkan bahwa sebanyak 13 orang
(24,5%) pasien hipertensi yang berada pada tingkat pendidikan rendah cenderung
mengalami depresi. Berdasarkan uji chi-square didapatkan nilai signifikasi 0,004 (p-
value < 0,05) sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima dengan derajat kepercayaan
dalam penelitian ini adalah 95 %.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jianguo Shi tahun (2014)
menyimpulkan bahwa, terdapat hubungan antara pendidikan dengan tingkat depresi di
China. Hal ini dikarenakan oleh beberapa individu sudah mengalami depresi yang
berlangsung lama sehingga mekanisme koping pada dirinya tidak bisa lagi membantu
individu tersebut dalam menghadapi suatu masalah (Gheorghe et al., 2018). Penelitian
dari Yu et al. (2016) di China menunjukkan bahwa pendidikan tinggi dapat memengaruhi
pemulihan penyakit kronik dengan lebih cepat, karena memberikan akses, mengurangi
stres, dan mengubah kondisi kesehatan. Temuan ini sejalan dengan hasil studi Julia B.
Ward et al (2018b) di Amerika yang menunjukkan bahwa pendidikan rendah dapat
berhubungan dengan pengetahuan yang kurang baik, yang berpotensi memicu depresi
karena pengetahuan memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Pada pelaksanaan penelitian ini, terutama saat mengumpulkan data, penulus
menemukan beberapa keterbatasan, antara lain: Penulis mendapatkan jumlah pasien yang
sedikit dalam kurun waktu yang relatif lama karena beberapa pasien telah mempunyai
penyakit penyerta yang diakibatkan oleh hipertensi. Adanya faktor lain yang dapat
mempengaruhi tingkat depresi pada pasien hipertensi, akan tetapi, peneliti tidak dapat
menginvestigasi faktor-faktor tersebut.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah
terdapat hubungan antara pendidikan dengan tingkat depresi pada pasien hipertensi di
Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.
Pendidika
n
Tingkat Depresi
Total
P-value
Depresi
Tidak depresi
n
%
n
%
n
%
Rendah
13
24,5
40
75,5
53
100,0
0,004
Tinggi
6
7,1
78
5,6
84
100,0
Total
19
13,9
118
86,1
137
100,0
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 678
Daftar Pustaka
Abegaz, T. M., Shehab, A., Gebreyohannes, E. A., Bhagavathula, A. S., & Elnour, A. A.
(2017). Nonadherence to antihypertensive drugs. Medicine, 96(4), e5641.
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000005641
Aceh BPSKB. (2018). Statistik Banda Aceh. Banda Pusat Statistik.
Arshia, B., Riaz, M., Shafiq, N., Ahmed, M., Sheikh, S., & Rasheed, S. (2015). Non-
Compliance to Anti-Hypertensive Medication And Its Associated Factors Among
Hypertensives. Journal of Ayub Medical College Abbottabad- Pakistan, 27(1), 158
163.
Carey, R. M., & Whelton, P. K. (2018). Prevention, Detection, Evaluation, and
Management of High Blood Pressure in Adults: Synopsis of the 2017 American
College of Cardiology/American Heart Association Hypertension Guideline. Annals
of Internal Medicine, 168(5), 351358. https://doi.org/10.7326/M17-3203
Chen, Q., Eggleston, K., Zhang, W., Zhao, J., & Zhou, S. (2017). The Educational
Gradient in Health in China. The China Quarterly, 230, 289322.
https://doi.org/10.1017/S0305741017000613
FKUI. (2017). Buku Ajar Psikiatri: Edisi ketiga (S. D. Elvira & G. Hadisukanto, Eds.;
3rd ed.). BP Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Geraei, E., Shakibaei, F., & Mazaheri, E. (2018). Depression: Detecting the historical
roots of research on depression prevention with reference publication year
spectroscopy. International Journal of Preventive Medicine, 9(1), 53.
https://doi.org/10.4103/ijpvm.IJPVM_308_17
Gheorghe, A., Griffiths, U., Murphy, A., Legido-Quigley, H., Lamptey, P., & Perel, P.
(2018). The economic burden of cardiovascular disease and hypertension in low-
and middle-income countries: a systematic review. BMC Public Health, 18(1), 975.
https://doi.org/10.1186/s12889-018-5806-x
Idaiani, S., & Wahyuni, H. S. (2016). Hubungan Gangguan Mental Emosional dengan
Hipertensi pada Penduduk Indonesia. Media Litbangkes, 26(3), 137144.
Kemeterian Kesehatan. (2019). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Lacruz, M. E., Kluttig, A., Hartwig, S., Löer, M., Tiller, D., Greiser, K. H., Werdan, K.,
& Haerting, J. (2015). Prevalence and Incidence of Hypertension in the General
Adult Population. Medicine, 94(22), e952.
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000000952
Li, Z., Li, Y., Chen, L., Chen, P., & Hu, Y. (2015). Prevalence of Depression in Patients
With Hypertension. Medicine, 94(31), e1317.
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000001317
Marnisah, L. (2017). Analisis Tingkat Pendidikan dan Kemampuan Tenaga Kerja
Perempuan terhadap terjadinya Diskriminasi Upah pada Sektor Industri Sedang di
Kota Palembang. An Nisa’a, 12(1), 18.
https://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/annisa/article/view/1479
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 679
Marsasina, A., & Fitrikasari, A. (2016). Gambaran dan Hubungan Tingkat Depresi
dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada Pasien Rawat Jalan Puskesmas
(Studi Deskriptif Analitik di Puskesmas Halmahera Semarang) [Karya Tulis Ilmiah,
Universitas Diponegoro]. http://eprints.undip.ac.id/50217/
Neupane, D., Panthi, B., McLachlan, C. S., Mishra, S. R., Kohrt, B. A., & Kallestrup, P.
(2015). Prevalence of Undiagnosed Depression among Persons with Hypertension
and Associated Risk Factors: A Cross-Sectional Study in Urban Nepal. PLOS ONE,
10(2), e0117329. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0117329
Nuraini, B. (2015). Risk Factors of Hypertension. Majority, 4(5), 1019.
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/602/606
Rahajeng, E., & Tuminah, S. (2009). Prevalence of Hypertension and Its Determinants in
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, 59(12), 580587.
Rockwood, M. R. H., & Howlett, S. E. (2011). Blood Pressure in Relation to Age and
Frailty. Canadian Geriatrics Journal, 14(1), 27.
https://doi.org/10.5770/cgj.v14i1.1
Shi, J., Zhang, Y., Liu, F., Li, Y., Wang, J., Flint, J., Gao, J., Li, Y., Tao, M., Zhang, K.,
Wang, X., Gao, C., Yang, L., Li, K., Shi, S., Wang, G., Liu, L., Zhang, J., Du, B.,
Kendler, K. S. (2014). Associations of Educational Attainment, Occupation,
Social Class and Major Depressive Disorder among Han Chinese Women. Plos One,
9(1), e86674. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0086674
Sudargo, T., Freitag, H., Kusmayanti, N. A., & Rosiyani, F. (2018). Pola makan dan
obesitas. UGM press.
Sutinah, S., & Maulani, M. (2017). Hubungan Pendidikan, Jenis Kelamin dan Status
Perkawinan dengan Depresi pada Lansia. Jurnal Endurance, 2(2), 209.
https://doi.org/10.22216/jen.v2i2.1931
Udedi, M., Pence, B., Kauye, F., & Muula, A. S. (2018). The effect of depression
management on diabetes and hypertension outcomes in low- and middle-income
countries: a systematic review protocol. Systematic Reviews, 7(1), 223.
https://doi.org/10.1186/s13643-018-0896-1
Ward, J. B., Robinson, W. R., Pence, B. W., Maselko, J., Albrecht, S. S., Haan, M. N., &
Aiello, A. E. (2018a). Educational Mobility Across Generations and Depressive
Symptoms Over 10 Years Among US Latinos. American Journal of Epidemiology,
187(8), 16861695. https://doi.org/10.1093/aje/kwy056
Ward, J. B., Robinson, W. R., Pence, B. W., Maselko, J., Albrecht, S. S., Haan, M. N., &
Aiello, A. E. (2018b). Educational Mobility Across Generations and Depressive
Symptoms Over 10 Years Among US Latinos. American Journal of Epidemiology,
187(8), 16861695. https://doi.org/10.1093/aje/kwy056
Wetarini, K., & Lesmana, C. B. J. (2018). Gambaran depresi dan faktor yang
memengaruhi pada remaja yatim piatu di Denpasar. E-Jurnal Medika, 7(2), 8286.
Yu, J., Zou, D., Xie, M., Ye, Y., Zheng, T., Zhou, S., Huang, L., Liu, X., Xun, J., & Zhou,
Y. (2016). The interaction effects of risk factors for hypertension in adults: a cross-
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 680
sectional survey in Guilin, China. BMC Cardiovascular Disorders, 16(1), 183.
https://doi.org/10.1186/s12872-016-0358-4