JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 661
Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Terhadap Kejadian
Hipertensi Pada Pasangan Usia Subur
Putri Sagita
1*
, Julietta Hutabarat
2
, Samsidar Sitorus
3
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan, Indonesia
Email: [email protected], julietta.hutabarat68@gmail.com,
samsidarsitorus@yahoo.com
ABSTRAK
Kata Kunci:
Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada wanita, mencapai
5,6% lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Penggunaan
kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko hipertensi dua
kali lipat dibandingkan dengan kontrasepsi non hormonal.
Kontrasepsi hormonal dapat mengganggu keseimbangan
hormon tubuh dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara
durasi penggunaan kontrasepsi hormonal dan kejadian
hipertensi pada pasangan usia subur di wilayah Puskesmas
Lalang. Penelitian ini berjenis observasional analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Metode pengambilan sampel
menggunakan total sampling, di mana seluruh populasi (45
responden) menjadi sampel penelitian. Instrumen yang
digunakan meliputi lembar angket, tensimeter, dan
stetoskop. Hasil uji Fisher Exact Test menunjukkan adanya
korelasi antara durasi penggunaan kontrasepsi hormonal dan
kejadian hipertensi. Diharapkan tenaga kesehatan Puskesmas
Lalang untuk memperhatian tekanan darah pada PUS
akseptor KB hormonal berdasarkan lama penggunaannya,
dan menyarankan agar PUS akseptor KB horomonal dengan
lama penggunaan > 3 tahun untuk beralih ke metode
kontrasepsi non hormonal.
ABSTRACT
The prevalence of hypertension is higher in women, reaching
5.6% higher than men. The use of hormonal contraceptives
increases the risk of hypertension twofold compared to
nonhormonal contraceptives. Hormonal contraceptives can
disrupt the body's hormonal balance and cause an increase
in blood pressure. This study aims to evaluate the
relationship between the duration of hormonal contraceptive
use and the incidence of hypertension in couples of
childbearing age in the Lalang Health Center area. This
study is an analytical observational type with a cross-
sectional approach. The sampling method uses total
sampling, in which the entire population (45 respondents)
becomes the research sample. The instruments used include
questionnaire sheets, sphygmomanometers, and
stethoscopes. The results of the Fisher Exact Test show a
correlation between the duration of hormonal contraceptive
use and the incidence of hypertension. It is expected that
health workers at Puskesmas Lalang pay attention to blood
Lama Penggunaan KB
hormonal; Kejadian
Hipertensi; PUS
Keywords:
Length of use hormonal
birth control,
hypertension in couples of
childbearing age
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 662
pressure in hormonal birth control acceptor EFAs based on
the length of use, and suggest that horomonal birth control
acceptor EFAs with a duration of use of > 3 years to switch
to non-hormonal contraceptive methods.
Coresponden Author: Putri Sagita
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Kontrasepsi merupkan suatu cara atau alat yang digunakan untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Ada 2 jenis kontrasepsi yaitu, Kontrasepsi Hormonal dan Non
Hormonal (Kemenkes,, 2022). Prevalensi pengguna alat kontrasepsi hormonal lebih
tinggi (83,68%) dibandingkan dengan kontrasepsi non hormonal (16,31%).Provinsi
sumatera Utara memiliki prevalensi akseptor KB suntik sebanyak (42,55%), pil (16,00%)
dan implant (16,20%) (Badan Pusat Statistik, 2022)
Penggunaan alat kontrasepsi hormonal memiliki efek samping, satu diantaranya
ialah hipertensi. Secara nasional prevalensi hipertensi menunjukan kecenderungan
peningkatan dari tahun 2013 (25,8%) hingga tahun 2018 (34,1%). Tahun 2018 penderita
hipertensi paling banyak dialami oleh wanita (36,9%) dibandingkan dengan laki-laki
(31,3%) (Badan Pusat Statistik , 2018). Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
hormonal dua kali lebih mungkin mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan wanita
yang menggunakan alat kontrasepsi non hormonal. (Febriani, et al., 2022).
Penggunaan Medroxyprogelterone Acetate Depot Acceptor dalam waktu lama
tanpa henti selama 3 sampai 5 tahun menyebabkan darah berkontraksi dan tersumbat oleh
lemak, yang merangsang jantung bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan darah
untuk menutupi jaringan sehingga dapat memompa darah dengan kuat. Ini membantu
meningkatkan tekanan darah (Hadriani & Rafika, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh
Nurhidayati, Rosita & Sayekti (2020) menemukan bahwa sebagian besar (73,5%)
pengguna kontrasepsi hormonal dengan penggunaan lebih dari 3 tahun menderita
hipertensi, bahkan di antara pengguna kontrasepsi hormonal dengan satu periode
penggunaan (7,1%) ditemukan untuk menderita hipertensi. Terjadi bila digunakan dalam
waktu 3 tahun.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Jilly & Nancy (2019) menemukan bahwa
semakin lama seorang wanita mengonsumsi pil atau suntikan KB, maka semakin tinggi
pula risiko tekanan darah tinggi pada wanita. Hal ini didukung oleh data angka prevalensi
hingga 78,4% pada pengguna kontrasepsi selama 2 tahun atau lebih, 21,6% responden
telah menggunakan kontrasepsi lebih dari 2 tahun (56,44%).
Hasil survey awal di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec. Medang Deras
Kababupaten Batu Bara pada bulan Januari - Februari 2023 akseptor KB Hormonal
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 663
berjumlah 89 orang dan terdapat 83 kasus hipertensi pada wanita dengan prevalensi
tertinggi dialami oleh PUS yaitu sebanyak (52%).
Alasan penggunaan kontrasepsi hormonal lebih banyak diminati para akseptor KB
adalah karna harganya yang ekonomis dan pemakaiannya yang praktis tanpa
memperhatikan efek samping dari lama penggunaan kontraseps Hormonal tersebut.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasangan Usia Subur Di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec. Medang
Deras Kab.Batu Bara Tahun 2023”
Metode Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah observasi analitik dengan pendekatan
cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah PUS pengguna kontrasepsi hormonal di
wilayah kerja Puskesmas Laran Provinsi Qeqi. Daerah Medan Deras tepatnya di
kabupaten Batu Bara pada bulan Maret 2023, kami menyelidiki karakteristik responden
PUS pengguna kontrasepsi hormonal dengan jangka waktu penggunaan 1 tahun atau
lebih, dengan jumlah responden sebanyak 45 orang. Metode pengambilan sampel adalah
teknik sampling, dengan seluruh populasi dijadikan sampel penelitian sebanyak 45
responden. Uji statistik yang digunakan adalah uji data eksak Fisher dengan
menggunakan aplikasi SPSS Type 20 dan MS.Excel..
Hasil Dan Pembahasan
Tabel 1 Karakteristik PUS Penderita Hipertensi Yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal di
Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec.Medang Deras Kab.Batu Bara Tahun 2023
Karakteristik
N
%
umur
<20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun
0
15
30
0%
33%
67%
Total
45
100%
Tingkat Pendidikan
Rendah
Menengah
Tinggi
31
12
2
69%
27%
4%
Total
45
100%
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
20
25
44%
56%
Total
45
100%
Jumlah Anak
Nulipara
Primipara
Multipara
Grandemultipara
0
9
36
0
0%
20%
80%
0%
Total
45
100%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 664
Berdasarkan tabel diatas mayoritas PUS yang menjadi responden penelitian ini
berusia > 35 tahun yaitu sebanyak 30 orang (67%), rata-rata berpendidikan rendah
sebanyak 31 orang (69%), tidak bekerja sebanyak 25 orang (56%), paritas multipara
sebanyak 36 orang (80%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada PUS Penderita Hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec.Medang Deras Kab.Batu Bara
Jenis Kontrasepsi
N
%
Pil
9
20%
Suntik
26
58%
Implan
10
22%
Total
45
100%
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 45 responden, pengguna
kontrasepsi hormonal jenis suntik berada di urutan pertama dengan akseptor terbanyak
yaitu 26 responden (58%), selanjutnya implan 10 responden (22%) dan pil 9 responden
(20%).
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada PUS di Wilayah
Kerja Puskesmas Lalang Kec.Medang Deras Kab.Batu Bara
Jenis Kontrasepsi
N
%
1-2 tahun
12
27%
>2-3 tahun
8
18%
>3 tahun
25
56%
Total
45
100%
Berdasarkan tabel 3 dari 45 responden mayoritas merupakan akseptor dengan lama
penggunaan kontrasepsi > 3 tahun yaitu sebanyak 25 responden (56%) kemudian 8
responden (18%) dengan lama penggunaan kontrasepsi >2-3 tahun dan 12 responden
(27%) dengan kategori lama penggunaan kontrasepsi 1-2 tahun.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada PUS Penderita Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec.Medang Deras Kab.Batu Bara
Kejadian Hipertensi
N
%
Ya
33
73%
Tidak
12
27%
Total
45
100%
Berdasarkan tabel 4 dari 45 reponden mayoritas menderita hipertensi sebanyak 33
responden sedangkan yang tidak mengalami hipertensi hanya 12 responden (27%).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 665
Tabel 5 Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada PUS Dengan Kejadian
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec.Medang Deras Kab.Batu Bara
Kejadian Hipertensi
Total
P-Value
Hipertensi
Tidak Hipertensi
N
%
N
%
N
%
0.00
2
17
10
83
12
100
6
75
2
25
8
100
25
100
0
0
25
100
Berdasarkan tabel 5 pada kategori lama penggunaan 1-2 tahun mayoritas responden
tidak mengalami hipertensi sebanyak 10 orang (83%) sedangkan hanya 2 responden
(17%) yang mengalami hipertensi. Kategori lama penggunaan >2-3 tahun responden yang
mengalami hipertensi sebanyak 6 orang (75%), dan hanya 2 (25%) yang tidak menderita
hipertensi. Selanjutnya pada kategori lama penggunaan kontrasepsi >3 tahun terdapat 25
responden (100%) yang menderita hipertensi. Analisis hubungan antara lama penggunaan
kontrasepsi hormonal dengan hipertensi pada PUS dengan menggunakan uji statistik
“Fisher Exact Test” di Puskesmas Laran menghasilkan sinyal (two-tailed) = 0,00 (< 0,05)
menjadi jelas, dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara durasi
penggunaan kontrasepsi hormonal dengan frekuensi kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Lalan.
Pembahasan
Distribusi Frekuensi Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada Pasangan Usia
Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec.Medang Deras Kab.Batu Bara
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden menggunakan kontrasepsi
hormonal jenis suntik sebanyak 26 responden (58%), implan 10 responden (22%) dan
pil sebanyak 9 responden (20%). Data tersebut menunjukkan bahwa akseptor KB suntik
lebih dominan dibandingkan dengan akseptor pil dan implan. Kontrasepsi suntik banyak
digunakan karena harganya yang terjangkau, tidak perlu penggunaan setiap hari,
pemasangannya dinilai tidak sulit dan efektif mencegah kehamilan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan (Akbar & Nurhayati,
2021) dari 392 responden sebanyak 334 responden (85,2%) menggunakan KB suntik,
kemudian IUD sebanyak 38 responden (9,7%), pil sebanyak 13 responden (3,3%), dan
yang paling sedikit menggunakan implan yaitu 7 responden (1,8%).
Menurut Sorensen di dalam Akbar & Nurhayati (2021) Efek samping dari
kontrasepsi hormonal yang mengandung DMPA meliputi peningkatan renin substrat
(angiotensin) dan perubahan lipid serum pada penggunaan jangka panjang, yang
menyebabkan penurunan HDL-kolesterol (high density lipoprotein) dan meningkatkan
risiko hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh (Akbar & Nurhayati, 2021) didapatkan hasil dari 42
akseptor DMPA, dengan kategori masa pemakain < 2 tahun sebanyak 6 orang (28,6%)
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 666
mengalami kenaikan tekanan darah, sementara 16 orang (76,2%) tidak mengalami
kenaikan tekanan darah. Namun, pada kategori pemakaian > 2 tahun ditemukan sebanyak
15 orang (71,4%) mengalami kenaikan tekanan darah dan hanya 5 orang (23,8%) yang
memiliki tekanan darah normal.
Penggunaan kontrasepsi hormonal jenis pil juga dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Ini disebabkan oleh kandungan hormon estrogen dan progesteron dalam
pil yang dapat meningkatkan tekanan darah, terkait dengan hipertrofi jantung dan
peningkatan respons presor terhadap angiotensin II melalui jalur tertentu.
Distribusi Frekuensi Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Pada Pasangan
Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec.Medang Deras Kab.Batu Bara
Penelitian ini mengungkapkan bahwa dari 45 responden mayoritas responden
merupakan akseptor kontrasepsi hormonal dengan lama masa penggunaan > 3 tahun yaitu
sebanyak 25 orang (56%), temuan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Lestari, et al., 2019) bahwa dari 103 responden sebanyak 67 responden dengan lama
penggunaan kontrasepsi > 2 tahun dan hanya 36 responden dengan lama penggunaan < 2
tahun. Kondisi tersebut terjadi karena kebanyakan responden merasa nyaman dan merasa
tidak mengalami komplikasi selama menggunakan kontrasepsi sehingga memilih
menggunakannya hingga lebih dari 2 tahun.
karakteristik umur dan pendidikan responden juga berpengaruh dalam pemilihan
kontrasepsi hormonal, pada penelitian ini sebagian besar responden berumur >35 tahun
yaitu 30 responden (67%) dengan tingkat pendidikan responden rata-rata rendah 31
responden (69%).
Sesuai dengan penelitian oleh (Suryani, et al., 2020) dari 37 wanita akseptor KB
berusia di atas 35 tahun, 30 memilih kontrasepsi hormonal dan 7 memilih kontrasepsi non
hormonal. Selain itu, dari 21 responden dengan pendidikan rendah, 16 di antaranya
memilih kontrasepsi hormonal.
Menurut Ama di dalam Rahmidini (2021) pada usia <20 tahun atau >30 tahun,
akseptor KB pada umunya memilih kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi seperti
pil dan suntik, hal ini dikarenakan masih kurang pahamnya masyarakat mengenai pola
dasar penggunaan kontrasepsi rasional dan alasan lainnya adalah harga yang cukup
terjangkau bagi para akseptor.
Pendidikan adalah faktor kunci yang memengaruhi pemahaman dan pandangan
seseorang terhadap pentingnya suatu hal, seperti kebutuhan untuk mengambil bagian
dalam program perencanaan keluarga. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat
mempengaruhi prilaku seseorang dalam menentukan metode kontrasepsi yang aman bagi
dirinya sehingga sulit mendapatkan informasi (Rahmidini, 2021).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 667
Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi Pada Pasangan Usia Subur Pengguna
Kontrasepsi Hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec.Medang Deras
Kab.Batu Bara
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden mengalami kejadian hipertensi
sebanyak 33 orang (73% ) dan hanya 12 responden (27%) yang tidak mengalami kejadian
hipertensi. Meningkatnya tekanan darah dapat disebabkan oleh aktifitas fisik yang
kurang, jika dilihat dari karakteristik responden mayoritas responden tidak bekerja yaitu
sebanyak 25 orang (56%) hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyabab tingginya
tekanan darah seseorang.
Temuan penelitian ini sejalan dengan pernyataan Mannan di dalam Nur Elisa Bayu
(2020) hal ini menunjukan bahwa ketidakaktifan menyebabkan detak jantung yang lebih
tinggi, yang memerlukan lebih banyak aktivasi otot dari jantung selama setiap kontraksi.
Semakin keras dan sering otot jantung memompa, semakin besar tekanan yang diberikan
pada arteri dan meningkatkan tekanan darah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Lestari, et al., 2019) dari 24
orang dengan aktifitas fisik kurang mayoritas responden mengalami hipertensi sebanyak
19 orang (79,2%) sedangkan responden yang tidak menderita hipertensi sebanyak 5 orang
(20,8%). Sedangkan dari 30 orang yang memiliki aktifitas fisik cukup, mayoritas
responden tidak mengalami hipertensi yaitu 22 responden (73,3%) dan responden yang
mengalami hipertensi sebanyak 8 orang (26,7%). Uji statistik menggunakan chi square
memperoleh hasil p-value 0,001 (<0,05) dapat di artikan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi.
Orang yang tidak bekerja cenderung memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih
rendah dibandingkan dengan mereka yang bekerja. Aktivitas fisik membantu mengurangi
risiko hipertensi dengan mengurangi resistensi pembuluh darah serta menekan aktivitas
sistem saraf simpatik dan sistem renin-angiotensin (cheng, et al., 2013).
Teori tersebut konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Wahyuni,
2019) karakteristik responden penderita hipertensi di dominasi oleh responden yang tidak
bekerja yaitu sebanyak 26 orang (68,4%) dan hanya 12 orang (31,6%) pada responden
yang bekerja.
Analisis Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kejadian
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec. Medang Deras Kab. Batu Bara
Durasi pegunaan kontrasepsi merupakan jangka waktu penggunaan metode atau
alat pencegahan kehamilan. Penggunaan kontrasepsi hormonal dalam jangka panjang
dapat menyebabkab kekeringan pada vagina, sakit kepala, hipertensi, siklus mestruasi
tidak teratur dan jerawat (Inayah, et al., 2021).
Pada penelitian ini di dapat hasil dengan kategori lama penggunaan kontraepsi 1-2
tahun mayoritas responden tidak mengalami hipertensi sebanyak 10 orang (83%)
sedangkan hanya 2 responden (17%) yang mengalami hipertensi. Kategori penggunaan
kontrasepsi selama >2-3 tahun menunjukkan bahwa dari responden yang mengalami
hipertensi, 6 orang (75%), sementara yang tidak mengalami hipertensi hanya 2 orang
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 668
(25%). Sementara itu, pada kategori penggunaan kontrasepsi selama >3 tahun, semua
responden mengalami hipertensi sebanyak 25 responden (100%). Analisis menggunakan
uji statistik Fisher exact test untuk mengevaluasi hubungan antara durasi penggunaan
kontrasepsi hormonal pada pasien dengan hipertensi di Puskesmas Lalang menghasilkan
nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,00 (<0,05), menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara durasi penggunaan kontrasepsi hormonal dan kejadian hipertensi.
Kontrasepsi hormonal berpotensi lebih meningkatkan tekanan darah daripada
kontrasepsi non hormonal. Kontrasepsi hormonal mengandung estrogen dan progesteron
yang bertujuan mengatur dan mencegah kehamilan dengan mempengaruhi hormon tubuh
manusia. Semakin lama digunakan kontrasepsi hormonal akan berdampak pada
penumpukan hormon dalam darah ibu dan dapat menimbulkan komplikasi selama
penggunaan.
Ali Baziad dalam Nurmaghfirawati As (2016) menyatakan bahwa 2-4% wanita
pengguna alat kontrasepsi, terutama tablet yang mengandung etil estradiol, mengalami
hipertensi atau tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Penggunaan kontrasepsi yang
mengandung estrogen selama empat tahun meningkatkan kejadian hipertensi dua hingga
tiga kali lipat.
Berdasarkan teori yanng disebutkan oleh (Aini, Adiputro, & Marisa, 2021)
Etinilestradiol ditemukan dalam kontrasepsi hormonal, meningkatkan produksi
angiotensinogen di hati 1000 kali lebih banyak dibandingkan estradiol. Angiotensinogen
diubah menjadi angiotensin I oleh renin, yang diproduksi oleh ginjal. Selain itu, enzim
pengubah angiotensin I (ACE) mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II, yang
berperan penting dalam meningkatkan tekanan darah melalui fungsi ganda..
Selain dari pada lama penggunaan kontrasepsi hormonal, karakteristik usia
responden juga menjadi salah satu faktor resiko terjadi peningkatan tekanan darah,
berdasarkan data yang didapat mayoritas responden berada di usia > 35 tahun yaitu 30
orang (67%). Sejalan dengan teori Varney di dalam Hadriani & Rafika (2018) efek samping
dari tingginya kadar hormon progesteron pada sistem kardiovaskular bisa mengakibatkan
fluktuasi tekanan darah. Risiko peningkatan tekanan darah cenderung meningkat seiring
pertambahan usia dan durasi penggunaan kontrasepsi.
Menurut Anggara & Prayitno di dalam Muktiyani (2020), wanita yang belum
memasuki masa menopause memiliki pengaturan hormonal lebih baik, an hormon estrogen
memiliki peran penting dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung yang mencegah proses aterosklerotik dan melindungi terhadap
hipertensi.Wanita secara bertahap kehilangan estrogen, hormon yang menjaga pembuluh
darah agar tidak rusak. Penurunan kadar estrogen menyebabkan kadar LDL meningkat dan
kadar HDL menurun sehingga memudahkan terbentuknya plak di pembuluh darah..
Seiring bertambahnya usia, arteri kita juga menjadi lebih tebal, secara bertahap
menjadi lebih sempit dan keras, sehingga mengurangi elastisitasnya dan memaksa otot
jantung kita bekerja lebih keras setiap kali berkontraksi. Semakin keras otot jantung Anda
bekerja dan memompa lebih sering, semakin meningkat tekanan darah di arteri Anda, yang
pada akhirnya meningkatkan risiko tekanan darah tinggi..
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 669
Manajemen penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan secara non farmakologis
yaitu menjalani pola hidup sehat dengan cara berolahraga teratur, membatasi asupan
garam, tidak minum alkohol, mengontrol tekanan darah di fasyankes ataupun
menggunakan metode HBPM (metode pengukuran tekanan darah yang dilakukan sendiri
oleh pasien di rumah atau di tempat lain diluar klinik), tidak merokok dan bagi wanita
dengan kontrasepsi jangka pendek dapat mengganti jenis kontrasepsinya menjadi
kontrasepsi jangka panjang.
Selain terapi non farmakologis, hipertensi juga dapat ditangani dengan terapi
farmakologis. Pemberian terapi obat-obatan pada pasien hipertensi harus dikonsultasikan
kepada dokter. (PERHI, 2019). Hasil dari penelitian ini terbatas di Wilayah Kerja
Puskesmas Lalang Kec. Medang Deras Kab. Batu Bara Tahun 2023.
Kesimpulan
Dari temuan dan analisis yang sudah dibahas sebelumnya yang dilakukan terhadap
PUS mereka yang memanfaatkan kontrasepsi hormonal di area Puskesmas Lalang maka
dapat disimpulkan: Frekuensi penggunaan kontrasepsi hormonal pada PUS penderita
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kecamatan. Medang Deras Kab. Batu
Bara Tahun 2023 mayoritas responden menggunakan KB suntik sebanyak 26 orang
(58%). Lama penggunaan kontrasepsi hormonal sebelumnya pada PUS penderita
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec.Medang Deras Kab. Batu Bara Tahun
2023 sebagian besar merupakan akseptor KB dengan lama masa penggunaan > 3 tahun
sebanyak 25 orang (56%). Frekuensi kejadian hipertensi pada PUS pengguna kontrasepsi
hormonal di Wilayah Kerja Puskesmas Lalang Kec.Medang Deras Kab. Batu Bara Tahun
2023 sebagian besar responden masuk dalam kategori menderita hipertensi yaitu
sebanyak 33 orang (75%). Hasil uji statistik Fisher Exact Test menunjukkan nilai
signifikansi (2-tailed) sebesar 0,00 (< 0,05). Ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara durasi penggunaan kontrasepsi hormonal dan kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Lalan pada tahun 2023.
Daftar Pustaka
Aini, P. N., Adiputro, D. L. & Marisa, D., 2021. Literatur Review: Hubungan Penggunaan
Pil Kombinasi Dengan Kejadian Hipertensi. Homeostasis, 4(3), 739-752
https://doi.org/10.20527/ht.v4i3.4585
Akbar, N. & Nurhayati, 2021. Hubungan Penggunaan DMPA Jangka Panjang Terhadap
Perubahan Tekanan Darah Di RSIA Masyita Makassar. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes, 12(4) 436-439. http://dx.doi.org/10.33846/%25x
Badan Pusat Statistik. (2018). Jumlah Penderita Hipertensi, Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2022). Profil Kesehatan Ibu Dan Anak, Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Bayu, N. E., 2020. Hubungan Aktifitas Fisik, Pola Makan dan Kebiasaan Merokok
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia. Promotor, 6(3), 12-13.
https://doi.org/10.32832/pro.v6i3.255
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 670
Cheng, S. J., Yu, H. K., Chen, Y. C., Chen, C. Y., Lien, W. C., Yang, P. Y., & Hu, G. C.
(2013). Physical Activity and Risk of Cardiovascular Disease Among Older Adults.
International Journal of Gerontology, 7(3), 133136.
https://doi.org/10.1016/j.ijge.2013.03.001.
Hadriani, H., & Rafika, R. (2018). Lama Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal dengan
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Sangurara Kota Palu. Jurnal Kesehatan
Manarang, 4(2), 6974. https://doi.org/https://doi.org/10.33490/jkm.v4i2.68.
Lende, F. A., Basuki, P. P., & Muryani. (2022). Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit
Hipertensi pada Wanita Usia Produktif. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah
STIKES Kendal Volume, 12(1), 213222.
https://doi.org/10.32583/pskm.v12i1.1669.
Lestari, P., Yudanari, Y. G., & Saparwati, M. (2020). Hubungan Antara Aktifitas Fisik
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Dewasa di Puskesmas Kedu Kabupaten
Temanggung. Jurnal Kesehatan Primer, 5(2), 2130.
https://doi.org/https://doi.org/10.31965/jkp.
Nurhidayati, Rosita, E. & Sayekti, S., (2020). Hubungan Lama Penggunaan KB
Hormonal Terhadap Kejadian Hipertensi di BPM Nurhidayati kecamatan
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro Tahun 2020. 4-5.
Nurmaghfirawati A. S, (2016). Skripsi: Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Terhadap Kejadian Hipertensi Pada WUS Di Puskesmas Kassi-Kassi Kota
Makasar, Makassar: s.n.
PERHI, 2019. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi, Jakarta: PERHI.
Rahmidini, A. (2021). Literatur Review Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemilihan Alat Kontrasepsi Hormonal. Jurnal Bidkesmas Respati, 02(12), 1219.
https://doi.org/10.48186/bidkes.v12i2.401.
Suryani, Aprianti, R., Khairani, N., Wulan, S., & Saprizon, R. (2020). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi pada Akseptor KB Wanita
di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu. CHMK NURSING
SCIENTIFIC JOURNAL, 4(2), 246254. https://doi.org/10.1136/bmj.c846.
Toar, J., & Bawiling, N. (2022). Hubungan Lama Penggunaan Alat Kontrasepsi
Hormonal dengan Kejadian Hipertensi pada Perempuan di Puskesmas Tonsea
Lama. Afiasi: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(2), 281287.
https://doi.org/10.31943/afiasi.v7i2.173.
Wahyuni, L. N., (2019). Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Akseptor KB Di Wilayah Kelurahan Sendang Sari. Poltekkes
Kemenkes Yogyakart