JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 638
Faktor Risiko Kekambuhan Lesi Prakanker Serviks Pasca Pengobatan:
Tinjauan Literatur
Yovella Medhira Fujiasti
1
, Helda
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Indonesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
Kanker serviks merupakan jenis kanker yang terjadi pada
seviks yaitu saluran masuk menuju uterus dari vagina, World
Health Organization (WHO) menyusun strategi untuk
mengeliminasi penyakit ini melalui upaya pencegahan primer,
sekunder dan tersier dengan target yang ingin dicapai yaitu 90
70 90 pada tahun 2030. Tujuan penelitian ini untuk
memberikan gambaran umum serta mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan kekambuhan lesi prakanker serviks
pasca pengobatan pada perempuan. Metode tinjauan Literatur
ini menggunakan metode PRISMA (Preferred Reporting
Items for Systematic Reviews and Meta-analyses). Sumber
rujukan merupakan artikel tahun 2019 2024 yang ditelusuri
melalui database Science Direct, ProQuest dan Scopus dengan
kata kunci risk factors, recurrence, precancer lesion, cervical
cancer. Berdasarkan kata kunci, terdapat 357 artikel yang
teridentifikasi dan hanya 17 artikel yang ditelaah sebagai
rujukan. Hasil: Dari 17 artikel yang ditelaah diketahui bahwa
recurrence rate dari lesi prakanker serviks pasca pengobatan
berkisar antara 6,1% hingga 21,69%. Perempuan dengan
infeksi HPV tipe high risk (hr-HPV) genotype 16,18,33 dan 52
pasca pengobatan, usia >35 tahun, hasil margin positif pada
pemeriksaan sel yang diambil saat pengobatan, status HIV
positif, riwayat persalinan kurang bulan, adanya komorbid,
paritas <4 dan perilaku merokok berisiko lebih dari dua kali
terhadap kekambuhan lesi prakanker serviks. Kesimpulan dari
penelitian ini menunjukan tingginya recurrence rate dari lesi
prakanker serviks menunjukkan bahwa perlunya kepatuhan
dalam melakukan pemeriksaan berkala pasca pengobatan.
Selain itu menghindari perilaku seks berisiko merupakan salah
satu upaya pencegahn terhadap faktor risiko kekambuhan.
ABSTRACT
Cervical cancer is a type of cancer that occurs in the ceviks,
which is the entrance to the uterus from the vagina, the World
Health Organization (WHO) develops a strategy to eliminate
this disease through primary, secondary and tertiary
prevention efforts with a target to be achieved which is 90-70-
90 by 2030. The purpose of this study was to provide an
overview and determine the factors associated with the
recurrence of cervical precancerous lesions after treatment in
women. This literature review method uses the PRISMA
(Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-
analyses) method. Reference sources are articles from 2019
Risk Factors; Recurrence;
Precancer Lesion;
Cervical Cancer
Keywords: Risk Factors;
Recurrence; Precancer
Lesion;
Cervical Cancer
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 639
2024 searched through Science Direct, ProQuest and Scopus
databases with the keywords risk factors, recurrence,
precancer lesion, cervical cancer. Based on keywords, there
were 357 articles identified and only 17 articles were reviewed
as references. Results: From 17 articles reviewed, it was found
that the recurrence rate of post-treatment cervical
precancerous lesions ranged from 6.1% to 21.69%. Women
with HPV infection type high risk (hr-HPV) genotypes
16,18,33 and 52 post-treatment, age >35 years, positive
margin results on cell examination taken during treatment,
HIV positive status, history of labor less months, presence of
comorbidities, parity <4 and smoking behavior risk more than
twice the recurrence of cervical precancerous lesions. The
conclusion of this study shows that the high recurrence rate of
cervical precancerous lesions indicates the need for
compliance in conducting periodic post-treatment
examinations. In addition, avoiding risky sex behavior is one
of the efforts to prevent risk factors for recurrence.
Coresponden Author: Helda
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Kanker serviks adalah jenis kanker yang terjadi pada seviks yaitu saluran masuk
menuju uterus dari vagina (World Health Organization, n.d.). Meskipun mematikan,
penyakit kanker serviks sangat mungkin dicegah dan disembuhkan jika terdeteksi lebih
awal. Untuk itu, World Health Organization (WHO) menyusun strategi untuk
mengeliminasi penyakit ini melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier
dengan target yang ingin dicapai yaitu 90 70 90 pada tahun 2030. Harapannya 90%
remaja perempuan usia 15 tahun mendapatkan vaksin Human Papilloma Virus (HPV),
70% perempuan usia 35 tahun melakukan deteksi dini, dan 90% perempuan terdiagnosa
(baik pada tahap prakanker maupun kanker invasive) mendapatkan pengobatan (World
Health Organization, 2020). Jika terdeteksi lebih awal yaitu pada tahap lesi prakanker
serviks dan segera mendapat terapi yang tepat, maka tingkat kesembuhan mencapai lebih
dari 90% (Suwartono & Andrijono, 2020).
Meskipun telah dirancang dengan sangat komprehensif, namun nyatanya strategi
tersebut belum tercapai hasil yang diinginkan, yang dapat disimpulkan dari masih
tingginya prevalensi kanker serviks di dunia. Secara global, pada tahun 2020 diperkirakan
604.000 perempuan terdiagnosa kanker serviks dan 342.000 perempuan meninggal akibat
penyakit ini (Sung et al., 2021).
Terjadinya kanker serviks bukanlah sebuah proses yang singkat. Perjalanan
penyakit ini dimulai dari infeksi persisten oleh virus yang dikenal dengan nama Human
Papilloma Virus. Berdasarkan literatur, HPV dikelompokkan ke dalam dua tipe yaitu tipe
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 640
high risk dan low risk di mana setiap genotype HPV diberikan nomor. Pada kasus kanker
serviks hr-HPV yang sering teridentifikasi yaitu genotype 16, 18, 6, 11, 31, 34, 33, 35,
39, 42, 44, 45, 51, 52, 56, 58, 66 (Sales, 2014). Adapun mode transmisi dari hr-HPV yaitu
dari orang ke orang melalui kontak seksual baik dari vaginal, anal bahkan oral sex.
Pada mulanya serviks normal yang terinfeksi oleh hr-HPV akan berubah menjadi
sel yang abnormal atau disebut juga dengan lesi prakanker serviks yang dapat
berkembang menjadi kanker invasive. Salah satu faktor risiko yang menyebabkan
berkembangnya lesi prakanker serviks menjadi kanker invasive yaitu terlambat
mendiagnosa. Selain itu, kekambuhan pasca pengobatan lesi prakanker turut menjadi
penyebab tingginya prevalensi kanker serviks di dunia (Perkins et al., 2020). Oleh karena
itu, tinjauan literatur ini dibuat untuk memberikan gambaran umum serta mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kekambuhan lesi prakanker serviks pasca
pengobatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor risiko yang
berkontribusi pada kekambuhan lesi pra-kanker serviks setelah pengobatan, dengan
menggunakan tinjauan literatur yang menyeluruh. Melalui penelusuran literatur,
penelitian ini berupaya untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
kemungkinan kekambuhan, seperti faktor genetik, lingkungan, kebiasaan hidup, dan
faktor lain yang terkait dengan manajemen pasien. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas penyakit prakanker
serviks dan membantu dalam pengembangan strategi pencegahan dan manajemen yang
lebih efektif. Manfaatnya mencakup pemetaan risiko secara lebih tepat, pemberian
rekomendasi pengobatan yang lebih individualized, serta penyusunan pedoman klinis
yang lebih akurat untuk meminimalkan kemungkinan kekambuhan dan meningkatkan
prognosis bagi pasien dengan lesi prakanker serviks.
Metode Penelitian
Tinjauan literatur ini menggunakan PRISMA (Preferred Reporting Items for
Systematic Reviews and Meta-analyses) namun tanpa melakukan meta-analisis. Adapun
tahapan yang dilakukan yaitu identification, screening, eligibility dan included.
Penyusunan tinjauan literatur dimulai dengan mengumpulkan artikel rujukan dari
database Science Direct, ProQuest dan Scopus. Artikel tersebut merupakan terbitan jurnal
5 tahun terakhir. Kata kunci yang digunakan saat pencarian adalah risk factors,
recurrence, precancer lesion, cervical cancer. Adapun kriteria inklusi yaitu artikel jurnal
berbahasa inggris dengan full text yang dipublikasi dari tahun 2019 – 2024 dan berada di
bidang kedokteran. Selain itu, desain studi yang menjadi target telaah yaitu studi cross
sectional, survey, kohort dan case control. Sedangkan kriteria eksklusi yaitu artikel
berbentuk selain artikel pada jurnal serta artikel dengan metode meta-analisis dan
literature review. Dari 357 artikel yang teridentifikasi berdasarkan kata kunci, hanya 17
artikel yang ditelaah pada tinjaun literatur ini.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 641
Hasil Dan Pembahasan
Artikel pada tinjauan literatur ini dikumpulkan melalui penelusuran pada database
Science Direct, ProQuest dan Scopus menggunakan kata kunci risk factors, recurrence,
precancer lesion, cervical cancer. Sebanyak 357 artikel yang teridentifikasi kemudian
memasuki proses screening sehingga didapatkan 35 artikel yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi. Proses selanjutnya yaitu seleksi berdasarkan akses terhadap full text
dan duplikasi. Berdasarkan proses tersebut diketahui 3 artikel tidak open access dan 3
artikel merupakan duplikasi sehingga didapatkan 29 artikel yang eligible. Tahap terakhir
yaitu telaah singkat pada abstrak dengan hasil mengeluarkan 12 artikel karena 9 artikel
tidak membahas faktor risiko kekambuhan, 1 artikel merupakan literature review, 1
artikel membahas efikasi vaksin dan 1 artikel hanya spesifik pada perempuan menopause.
Alur penelusuran dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Alur Penelusuran Literatur
Pada tahap akhir didapatkan 17 artikel yang kemudian diekstraksi untuk
memberikan tinjauan literatur secara singkat. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Hasil Penelusuran Literatur
No
Penulis
Judul
Hasil Penelitian
1
Bogani G,
Pinelli C,
Chiappa V,
Martinelli F,
Lopez S, Ditto
A, et al
Age-specific predictors of
cervical dysplasia recurrence
after primary conization:
Analysis of 3,212 women
(Bogani et al., 2020)
Infeksi HPV pasca konisasi berkorelasi dengan
kekambuhan CIN2 (HR=16,69; 95% CI=8,20
33,9).
HPV16/18 dapat meningkatkan risiko
kekambuhan lesi prakanker serviks (r-CIN2+)
pada perempuan usia 25 tahun (nilai p=0.031)
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 642
2
Lu J, Han S, Li
Y, Na J, Wang
J. A
A study on the correlation
between the prognosis of HPV
infection and lesion recurrence
after cervical conization (Lu
et al., 2023)
Probabilitas kekambuhan lebih tinggi pada
pasien yang terinfeksi HPV dengan genotype
yang sama pada sebelum dan sesudah
pengobatan (p < 0,05).
3
Kamio M,
Yanazume S,
Togami S,
Kobayashi H
Association Between Positive
Human Papillomavirus Status
After Conization and Disease
Recurrence in Patients with
Cervical Intraepithelial
Neoplasia Grade 3 (Kamio et
al., 2021)
Terdapat hubungan yang signifikan antara
HPV pasca konisasi dengan kekambuhan lesi
prakanker.
Recurrence rate cenderung lebih tinggi pada
perempuan dengan hasil HPV-positive setelah
tindakan konisasi (21,4% vs 1,3%, p < 0,05).
4
Ikeda M,
Mikami M,
Yasaka M,
Enomoto T,
Kobayashi Y,
Nagase S, et al.
Association of menopause,
aging and treatment
procedures with positive
margins after therapeutic
cervical conization for cin 3: A
retrospective study of 8,856
patients by the Japan society of
obstetrics and gynaecology
(Ikeda et al., 2021)
Recurrence rate lebih rendah pada penggunaan
konisasi laser.
Peningkatan usia merupakan faktor risiko
terhadap kekambuhan pada pasien dengan
hasil margin positif yang tidak mendapatkan
pengobatan lanjutan.
5
Pambinkavil R,
Thomas A,
Thomas DS,
Thomas V,
Chandy RG,
Daniel S, et al.
Factors Predicting Recurrence
of Cervical Intraepithelial
Neoplasia after Excisional
Procedure-A 10-year
Experience from A Tertiary
Care Center (Pambinkavil
et al., 2023)
Sebanyak 15,4% perempuan pada studi
mengalami kekambuhan lesi prakanker
serviks.
Perempuan dengan hasil HIV-positive
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
menderita kekambuhan lesi prakanker serviks
(HR = 2,8; 95% CI = 0,93 8,5; P=0,009).
6
Agarossi A,
Delli Carpini
G,
Sopracordevole
F, Serri M,
Giannella L,
Gardella B, et
al
High-risk HPV positivity is a
long-term risk factor for
recurrence after cervical
excision procedure in women
living with HIV (Agarossi et
al., 2021)
Kekambuhan lesi prakanker serviks ditemukan
pada 21,4% perempuan dengan HIV.
Usia 41 tahun (RR 4,15; 95% CI = 2,01
8,58; P < 0,001) dan hasil HR-HPV positif
(RR= 5,18; 95% CI=2,12 12,67, P < 0,01)
secara signifikan berisiko tinggi terhadap
kejadian kekambuhan.
7
Iacobone AD,
Radice D,
Sandri MT,
Preti EP,
Guerrieri ME,
Urbinati AMV,
et al
Human papillomavirus same
genotype persistence and risk
of cervical intraepithelial
neoplasia 2+ recurrence
(Iacobone et al., 2021)
Infeksi HPV yang persisten pasca pengobatan
merupakan factor predictor terhadap
kekambuhan lesi prakanker serviks menjadi
CIN2+.
8
Alder S,
Megyessi D,
Sundström K,
Östensson E,
Mints M,
Belkić K, et al.
Incomplete excision
of cervical intraepithelial
neoplasia as a predictor of
the risk of recurrent diseasea
16-year follow-up study
(Alder et al., 2020)
Dalam 16 tahun pengamatan sebanyak 11,5%
pasien mengalami kekambuhan lesi prakanker
serviks.
Faktor risiko kekambuhan yaitu perempuan
dengan hasil margin positif atau uncertain
(HR= 2,67; 95% CI=1,81 3,93) (Alder et
al., 2020), perempuan yang memiliki
komorbid (HR= 2,23; 95% CI=1,36 3,66)
(Alder et al., 2020) dan perempuan dengan
riwayat konisasi (HR=2,29; 95% CI=1,08
4,87) setelah dikontrol dengan confounder
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 643
9
Fernández-
Montolí ME,
Tous S,
Medina G,
Castellarnau
M, García-
Tejedor A, de
Sanjosé S
Long-term predictors of
residual or recurrent cervical
intraepithelial neoplasia 23
after treatment with a large
loop excision of the
transformation zone: a
retrospective study
(Fernández-Montolí et al.,
2020)
Faktor risiko kekambuhan lesi prakanker yaitu
status margin positif, usia > 35 tahun, hasil
pemeriksaan HPV pertama pasca LETZ
positif, dan paritas < 4.
10
Maina D,
Chung MH,
Temmerman
M, Moloo Z,
Wawire J,
Greene SA, et
al.
P16 expression and recurrent
cervical intraepithelial
neoplasia after cryotherapy
among women living with HIV
(Maina et al., 2023)
Kemunculan p16 protein dan surrogate
marker untuk HR-HPV tidak berhubungan
dengan kekambuhan pada CIN2+ (HR=1,35;
95% CI=0,762,40).
11
Ge Y, Liu Y,
Cheng Y, Liu
Y.
Predictors of recurrence in
patients with high-grade
cervical intraepithelial
neoplasia after cervical
conization (Ge et al., 2021)
Sebanyak 21,69% dari 415 subjek studi
mengalami kekambuhan pasca pengobatan.
Faktor yang berhubungan dengan kekambuhan
yaitu Riwayat kelahiran kurang bulan
(HR=4,5; 95% CI: 1,59 12,75, P<0,05), hasil
margin positif (HR=2,1, 95% CI: 1,31 3,49,
P<0,05), dan riwayat penyakit komplikasi
(HR=3,5, 95% CI: 1,9 6,4, P<0,05).
Ukuran cone (kedalaman > 0,5 cm merupakan
faktor protektif terhadap kekambuhan.
12
Belkić K,
Andersson S,
Alder S, Mints
M, Megyessi D
Predictors of treatment failure
for adenocarcinoma in situ of
the uterine cervix: Up to 14
years of recorded follow-up
(Belkić et al., 2022)
Sebesar 14,3% dari 84 subjek mengalami
kekambuhan lesi prakanker serviks.
Hasil HPV18 positif merupakan predictor yang
kuat pada kekambuhan (P<0,005) setelah
dikontrol usia saat pengobatan dan hasil
cytology abnormal.
13
Ding T, Li L,
Duan R, Chen
Y, Yang B, Xi
M
Risk factors analysis of
recurrent disease after
treatment with a loop
electrosurgical excision
procedure for high-grade
cervical intraepithelial
neoplasia (Ding et al.,
2023)
Recurrent rate lesi prakanker serviks sebesar
6,1%.
Faktor risiko kekambuhan yaitu Infeksi HR-
HPV (HR=12,09; 95% CI=7,78 18,79),
margin status (HR= 6,48; 95% CI=4,758,84),
baseline diagnosis (HR=1,45; 95% CI=1,08
1,95), merokok (HR= 3,17; 95% CI=2,27
4,43), dan kondisi immunosuppression
(HR=1,96; 95% CI= 1,33 2,91).
Infeksi HPV16 (HR=3,61; 95% CI=2,43
5,37), HPV33 (HR=2,62; 95% CI=1,12
6,12), dan HPV52 (HR 1,61; 95% CI=1,02
2,55) berisiko tinggi terhadap kekambuhan.
14
Bittencourt
DD, Zanine
RM, Sebastião
APM, Ribas
CM
Risk Factors for Persistence or
Recurrence of High-Grade
Cervical Squamous
Intraepithelial Lesions
(Bittencourt et al., 2023)
Sebesar 14,3% dari 264 pasien yang diamati
menderita kekambuhan lesi prakanker serviks.
Berdasarkan hasil analisis Multiple Logistic
Regression diketahui bahwa hasil endocervical
margins positif merupakan factor risiko
kekambuhan.
Tidak ada hubungan antara ukuran lesi
berdasarkan hasil kolposkopi, usia, jenis
pengobatan atau hasil pemeriksaan p16/Ki-67
dan hasil immunomarker dengan kekambuhan.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 644
15
Zeng Y, Jiang
T, Zheng Y,
Yang J, Wei H,
Yi C, et al
Risk factors predicting
residual lesion in subsequent
hysterectomy following
cold knife conization (CKC) for
high-grade squamous
intraepithelial lesion (HSIL)
(Zeng et al., 2022)
Sebesar 14,1% dari 740 perempuan yang
diamati menderita kekambuhan.
Faktor risiko kekambuhan:
Positive margin (OR=4,01; 95% CI=2,56.3;
P < 0,001).
HPV16/18 infection (OR= 2,8; 95%CI= 1,7
4,6; P < 0,001). (Zeng et al., 2022)
Multiple HR-HPV infection (OR=1,8; 95%
CI=1,12,9; P < 0,014).
16
Kulkarni A,
Covens A,
Durand N,
Ghorab Z,
Gien LT,
Osborne R, et
al
Role of HPV in the Prediction
of persistence/Recurrence After
Treatment or
Cervical Precancer
(Kulkarni et al., 2023)
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa
recurrence rate sebesar 11,3%.
Hasil HPV positif (OR = 22,0) dan hasil
margin positif (OR = 3,7) berhubungan dengan
kekambuhan lesi prakanker serviks.
17
Bogale AL,
Teklehaymanot
T, Ali JH,
Kassie GM,
Medhin G
The Recurrence of Cervical
Precancerous Lesion Among
HIV Positive and Negative
Ethiopian Women After
Cryotherapy: A Retrospective
Cohort Study (Bogale et al.,
2022)
Recurrence rate sebesar 15,7%.
Penggunaan kortikosteroid jangka Panjang
merupakan factor predictor kekambuhan
paling signifikan (HR = 7,82, 95% CI = 1,04
58,75; P =0,046).
Kekambukan lebih tinggi terjadi pada
perempuan usia > 39 tahun (HR=11,94; 95%
CI= 1,07 133,04; P = 0,04).
Diskusi
Berdasarkan bukti ilmiah, para ahli sepakat bahwa kanker serviks merupakan akhir
dari infeksi hr-HPV namun jika diketahui pada tahap lesi prakanker maka kejadian kanker
serviks dapat dicegah. Mengacu pada rekomendasi WHO, maka penanganan yang dapat
diberikan pada lesi prakanker serviks yaitu tindakan operatif (pengangkatan sel) maupun
upaya penghancuran sel. Kedua upaya tersebut cukup efektif dalam menghilangkan lesi
prakanker serviks dengan tingkat kesembuhan lebih dari 90% (World Health
Organization, 2020).
Meskipun telah dinyatakan sembuh, perempuan dengan riwayat lesi prakanker
serviks harus melakukan pemeriksaan secara berkala. Hal tersebut didasari atas fakta
bahwa lesi prakanker serviks yang telah ditangani dapat muncul kembali atau disebut
dengan kekambuhan. Berdasarkan keseluruhan literatur yang ditinjau, diketahui bahwa
tingkat kekambuhan atau recurrence rate lesi prakanker serviks berkisar antara 6,1%
hingga 21,69% (Alder et al., 2020; Belkić et al., 2022; Bittencourt et al., 2023; Bogale et
al., 2022; Ding et al., 2023; Ge et al., 2021; Kulkarni et al., 2023; Pambinkavil et al.,
2023; Zeng et al., 2022). Lebih dari 50% kekambuhan terjadi kurang dari dua tahun pasca
pengobatan lesi prakanker serviks (Fernández-Montolí et al., 2020).
Adapun faktor yang dinilai sebagai faktor risiko kekambuhan yaitu infeksi HPV
tipe high risk (hr-HPV) genotype 16,18,33 dan 52 pasca pengobatan, usia >35 tahun, hasil
margin positif pada pemeriksaan sel yang diambil saat pengobatan, status HIV positif,
riwayat persalinan kurang bulan, adanya komorbid, paritas <4 dan perilaku merokok
berisiko lebih dari dua kali terhadap kekambuhan lesi prakanker serviks.
Dari keseluruhan faktor yang ditemukan pada literatur, hanya beberapa faktor saja
yang berhubungan sangat signifikan dengan kekambuhan. Perempuan dengan hasil
margin positif memiliki risiko kekambuhan dua hingga empat kali lebih besar
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 645
dibandingkan perempuan dengan hasil margin negative (Alder et al., 2020; Ding et al.,
2023; Fernández-Montolí et al., 2020; Ge et al., 2021; Zeng et al., 2022). Hasil margin
positif menandakan adanya kegagalan pengobatan (Alder et al., 2020; Fernández-Montolí
et al., 2020). Lesi dapat mucul kembali dengan derajad yang sama atau bahkan dapat lebih
parah. Dalam hal ini maka sangat jelas bahwa pemeriksaan berkala dan rutin sangat
dibutuhkan.
Faktor risiko lainnya yaitu infeksi hr-HPV. Berdasarkan literatur yang ditelaah
diketahui bahwa hr-HPV genotype 16,18,33 dan 52 ditemukan pada kasus kekambuhan.
Risiko kekambuhan lebih besar pada perempuan yang terinfeksi hr-HPV genotype yang
sama antara sebelum dan setelah pengobatan. Untuk itu, sangat penting menghindari
perilaku seks berisiko pasca pengobatan. Selain itu penggunaan kondom juga sangat
penting sebagai pencegahan infeksi hr-HPV pada perilaku seks berisiko.
Seperti kasus infeksi pada umunya, keterlibatan sistim imun juga sangat
berpengaruh pada kekambuhan lesi prakanker serviks. Adanya penurunan sistim imun
seperti pada perempuan dengan HIV meningkatkan risiko infeksi hr-HPV secara
perisisten. Sehingga meskipun telah mendapatkan pengobatan, risiko kekambuhan lesi
prakanker serviks masih cukup tinggi. Terlebih pada perempuan dengan HIV yang berusia
lebih dari 40 tahun yang diperkirakan empat kali lebih berisiko untuk mengalami
kekambuham. Secara keseluruhan kekambuhan pada perempuan dengan HIV mencapai
21,4% (Agarossi et al., 2021; Pambinkavil et al., 2023).
Dengan diketahuinya agen penyebab dan perjalanan penyakitnya, serta faktor risiko
kekambuhan maka sesungguhnya kanker serviks dapat dicegah. Penggunaan kondom,
menghindari perilaku seks berisiko, serta melakukan vaksinasi merupakan contoh
pencegahan primer terhadap infeksi hr-HPV. Bagi perempuan yang telah melakukan
kontak seksual maka perlu dilakukan pemeriksaan rutin pada serviks. Upaya tersebut
bertujuan agar keberadaan lesi prakanker serviks akibat infeksi persisten dari hr-HPV
diketahui sedini mungkin sehingga dapat dilakukan pengobatan untuk mencegah
terjadinya kanker invasive. Selain itu pemeriksaan rutin pasca pengobatan juga perlu
ditingkatkan mengingat angka kekambuhan yang cukup tinggi terutama pada perempuan
dengan factor risiko yang disebutkan dalam telaah literatur ini (Radosevich, 2012).
Kesimpulan
Berdasarkan keseluruhan literatur yang ditinjau diketahui bahwa recurrence rate
dari kekambuhan lesi prakanker serviks masih cukup tinggi. Adapun fakto risiko terhadap
kekambuhan berdasarkan literatur yang ditinjau yaitu perempuan dengan infeksi HPV
tipe high risk (hr-HPV) pasca pengobatan, usia >35 tahun, hasil margin positif pada
pemeriksaan sel yang diambil saat pengobatan, status HIV positif, riwayat persalinan
kurang bulan, adanya komorbid, paritas <4 dan perilaku merokok berisiko lebih dari dua
kali terhadap kekambuhan lesi prakanker serviks. Meskipun telah medapatkan
pengobatan namun perempuan dengan riwayat lesi prakanker serviks harus melakukan
pemeriksaan berkala sebagai upaya pencegahan pada kasus kekambuhan.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 646
Daftar Pustaka
Agarossi, A., Delli Carpini, G., Sopracordevole, F., Serri, M., Giannella, L., Gardella, B.,
Maestri, M., Del Fabro, A., Sansone, M., Fallani, M. G., Pieralli, A., Fasolo, M. M.,
Mazzali, C., & Ciavattini, A. (2021). High-risk HPV positivity is a long-term risk
factor for recurrence after cervical excision procedure in women living with HIV.
International Journal of Gynecology and Obstetrics, 155(3), 442449.
https://doi.org/10.1002/ijgo.13674
Alder, S., Megyessi, D., Sundström, K., Östensson, E., Mints, M., Belkić, K., Arbyn, M.,
& Andersson, S. (2020). Incomplete excision of cervical intraepithelial neoplasia as
a predictor of the risk of recurrent diseasea 16-year follow-up study. American
Journal of Obstetrics and Gynecology, 222(2), 172.e1-172.e12.
https://doi.org/10.1016/j.ajog.2019.08.042
Belkić, K., Andersson, S., Alder, S., Mints, M., & Megyessi, D. (2022). Predictors of
treatment failure for adenocarcinoma in situ of the uterine cervix: Up to 14 years of
recorded follow-up. Oncology Letters, 24(4), 114.
https://doi.org/10.3892/ol.2022.13477
Bittencourt, D. D., Zanine, R. M., Sebastião, A. P. M., & Ribas, C. M. (2023). Risk
Factors for Persistence or Recurrence of High-Grade Cervical Squamous
Intraepithelial Lesions. Revista Do Colegio Brasileiro de Cirurgioes, 50, 19.
https://doi.org/10.1590/0100-6991e-20233537-en
Bogale, A. L., Teklehaymanot, T., Ali, J. H., Kassie, G. M., & Medhin, G. (2022). The
Recurrence of Cervical Precancerous Lesion Among HIV Positive and Negative
Ethiopian Women After Cryotherapy: A Retrospective Cohort Study. Cancer
Control, 29, 110. https://doi.org/10.1177/10732748221129708
Bogani, G., Pinelli, C., Chiappa, V., Martinelli, F., Lopez, S., Ditto, A., & Raspagliesi, F.
(2020). Age-specific predictors of cervical dysplasia recurrence after primary
conization: Analysis of 3,212 women. Journal of Gynecologic Oncology, 31(5), 1
8. https://doi.org/10.3802/jgo.2020.31.e60
Ding, T., Li, L., Duan, R., Chen, Y., Yang, B., & Xi, M. (2023). Risk factors analysis of
recurrent disease after treatment with a loop electrosurgical excision procedure for
high-grade cervical intraepithelial neoplasia. International Journal of Gynecology
and Obstetrics, 160(2), 538547. https://doi.org/10.1002/ijgo.14340
Fernández-Montolí, M. E., Tous, S., Medina, G., Castellarnau, M., García-Tejedor, A., &
de Sanjosé, S. (2020). Long-term predictors of residual or recurrent cervical
intraepithelial neoplasia 23 after treatment with a large loop excision of the
transformation zone: a retrospective study. BJOG: An International Journal of
Obstetrics and Gynaecology, 127(3), 377387. https://doi.org/10.1111/1471-
0528.15996
Ge, Y., Liu, Y., Cheng, Y., & Liu, Y. (2021). Predictors of recurrence in patients with
highgrade cervical intraepithelial neoplasia after cervical conization. Medicine
(United States), 100(27), 16. https://doi.org/10.1097/MD.0000000000026359
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 647
Iacobone, A. D., Radice, D., Sandri, M. T., Preti, E. P., Guerrieri, M. E., Urbinati, A. M.
V., Pino, I., Franchi, D., Passerini, R., & Bottari, F. (2021). Human papillomavirus
same genotype persistence and risk of cervical intraepithelial neoplasia 2+
recurrence. Cancers, 13(15), 112. https://doi.org/10.3390/cancers13153664
Ikeda, M., Mikami, M., Yasaka, M., Enomoto, T., Kobayashi, Y., Nagase, S., Yokoyama,
M., & Katabuchi, H. (2021). Association of menopause, aging and treatment
procedures with positive margins after therapeutic cervical conization for cin 3: A
retrospective study of 8,856 patients by the Japan society of obstetrics and
gynecology. In Journal of Gynecologic Oncology (Vol. 32, Issue 5).
https://doi.org/10.3802/JGO.2021.32.E68
Kamio, M., Yanazume, S., Togami, S., & Kobayashi, H. (2021). Association Between
Positive Human Papillomavirus Status After Conization and Disease Recurrence in
Patients with Cervical Intraepithelial Neoplasia Grade 3. Journal of Obstetrics and
Gynecology of India, 71(1), 6671. https://doi.org/10.1007/s13224-020-01368-8
Kulkarni, A., Covens, A., Durand, N., Ghorab, Z., Gien, L. T., Osborne, R., Vicus, D., &
Kupets, R. (2023). Role of HPV in the Prediction of Persistence/Recurrence After
Treatment for Cervical Precancer. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada,
45(10), 102171. https://doi.org/10.1016/j.jogc.2023.06.006
Lu, J., Han, S., Li, Y., Na, J., & Wang, J. (2023). A study on the correlation between the
prognosis of HPV infection and lesion recurrence after cervical conization. Frontiers
in Microbiology, 14(October). https://doi.org/10.3389/fmicb.2023.1266254
Maina, D., Chung, M. H., Temmerman, M., Moloo, Z., Wawire, J., Greene, S. A., Unger,
E. R., Mugo, N., Sakr, S., Sayed, S., & McGrath, C. J. (2023). P16 expression and
recurrent cervical intraepithelial neoplasia after cryotherapy among women living
with HIV. Frontiers in Medicine, 10(October), 17.
https://doi.org/10.3389/fmed.2023.1277480
Pambinkavil, R., Thomas, A., Thomas, D. S., Thomas, V., Chandy, R. G., Daniel, S.,
Peedicayil, A., & Sebastian, A. (2023). Factors Predicting Recurrence of Cervical
Intraepithelial Neoplasia after Excisional Procedure-A 10-year Experience from A
Tertiary Care Center. Journal of SAFOG, 15(4), 404408.
https://doi.org/10.5005/jp-journals-10006-2270
Perkins, R. B., Guido, R. S., Castle, P. E., Chelmow, D., Einstein, M. H., Garcia, F., Huh,
W. K., Kim, J. J., Moscicki, A. B., Nayar, R., Saraiya, M., Sawaya, G. F.,
Wentzensen, N., & Schiffman, M. (2020). 2019 ASCCP Risk-Based Management
Consensus Guidelines for Abnormal Cervical Cancer Screening Tests and Cancer
Precursors. Journal of Lower Genital Tract Disease, 24(2), 102131.
https://doi.org/10.1097/LGT.0000000000000525
Radosevich, J. A. (2012). HPV and cancer. HPV and Cancer, 9789400754, 1198.
https://doi.org/10.1007/978-94-007-5437-9
Sales, K. J. (2014). Human Papillomavirus and Cervical Cancer. Cancer and
Inflammation Mechanisms: Chemical, Biological, and Clinical Aspects, February
2003, 165180. https://doi.org/10.1002/9781118826621.ch12
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 648
Sung, H., Ferlay, J., Siegel, R. L., Laversanne, M., Soerjomataram, I., Jemal, A., & Bray,
F. (2021). Global Cancer Statistics 2020: GLOBOCAN Estimates of Incidence and
Mortality Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries. CA: A Cancer Journal for
Clinicians, 71(3), 209249. https://doi.org/10.3322/caac.21660
Suwartono, H., & Andrijono. (2020). Efficacy of Trichloroacetic Acid (TCA) Compared
to Cryotherapy in Treating Patients with Positive IVA Result. Indonesian Journal of
Obstetrics and Gynecology, 8(4), 249253.
https://doi.org/10.32771/inajog.v8i4.1382
World Health Organization. (n.d.). Cardiovascular Diseases.
https://www.who.int/health-topics/cardiovascular-diseases#tab=tab_1
World Health Organization. (2020). Global strategy to accelerate the elimination of
cervical cancer as a public health problem and its associated goals and targets for the
period 2020 2030. In United Nations General Assembly (Vol. 2, Issue 1).
Zeng, Y., Jiang, T., Zheng, Y., Yang, J., Wei, H., Yi, C., Liu, Y., & Chen, K. (2022). Risk
factors predicting residual lesion in subsequent hysterectomy following cold knife
conization (CKC) for high-grade squamous intraepithelial lesion (HSIL). BMC
Women’s Health, 22(1), 18. https://doi.org/10.1186/s12905-022-01939-z