JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 732
Pengaruh Pemberian Jus Buah Bit Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri
dengan Anemia Ringan di SMP Terpadu Ponorogo
Luthfi Mutiara Fitri Mudhofir
1*
, Anik Sri Purwanti
2
, Sulistiyah
3
Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS. dr. Soepraoen Malang, Indonesia
ABSTRAK
Kata kunci:
Anemia; Buah Bit;
Hemoglobin; Remaja Putri
Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah kesehatan umum
pada remaja putri, terutama di negara berkembang. Anemia
dapat menyebabkan kelelahan, penurunan konsentrasi, dan
bahkan komplikasi serius. Bit kaya akan zat besi dan nitrat, yang
secara signifikan dapat meningkatkan kadar hemoglobin (Hb)
pada mereka yang menderita anemia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah bit terhadap
kadar hemoglobin remaja putri anemia ringan di SMP Terpadu
Ponorogo. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif,
khususnya menggunakan metode pra-eksperimental dan
prosedur pengambilan sampel kuota untuk memperoleh data
observasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis
Univariat melalui Distribusi Frekuensi dan analisis Bivariat
menggunakan uji berpasangan Wilcoxon Match. Wilcoxon
Matched-Pairs Test dilakukan untuk mengetahui dampak
pemberian jus buah bit pada remaja putri anemia ringan di SMP
Terpadu Ponorogo. Pengujian tersebut menghasilkan nilai ρ
sebesar 0,002, yang kurang dari atau sama dengan 0,05. Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan besar dalam kadar hemoglobin
sebelum dan sesudah intervensi jus bit. Pemberian jus buah bit
memberikan dampak nyata terhadap kadar hemoglobin remaja
putri anemia sedang di SMP Terpadu Ponorogo. Jus bit efektif
mengobati anemia ringan pada remaja putri.
Keywords:
Anemia; Beetroot;
Hemoglobin; Young Women
ABSTRACT
Iron deficiency anemia is a common health problem in
adolescent girls, especially in developing countries. Anemia can
cause fatigue, decreased concentration, and even serious
complications. Beets contain high amounts of iron and nitrate,
Can increase hemoglobin (Hb) levels in anemia sufferers. This
study aims to assess the impact of beetroot juice on hemoglobin
levels in moderately anemic adolescent girls at Ponorogo
Integrated Middle School. The method used is quantitative with
methods applied pre-experimentally, with quota sampling
techniques, and collection of observational data, Data analysis
includes examining both univariate and bivariate data.
Univariate analysis is the process of studying the frequency
distribution of a single variable. On the other hand, bivariate
analysis requires the implementation of the Wilcoxon Matched-
Pairs test. Wilcoxon Matched-Pairs Test Statistics was
conducted to analyze the impact of beetroot juice intervention
on mildly anemic adolescent girls at Ponorogo Integrated
Middle School. The value obtained was 0.002 0.05 indicating
that there was a statistically significant variation in hemoglobin
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 733
levels before and after the intervention. The null hypothesis (H0)
was not proven and the.
Correspondent Author: Luthfi Mutiara Fitri Mudhofir
Artikel dengan akses terbuka di bawah lisensi
Pendahuluan
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang signifikan dalam
kehidupan seseorang. Masa remaja merupakan fase pertumbuhan fisik, mental, emosional, dan
sosial yang pesat yang terjadi sepanjang dekade kedua kehidupan, menandai peralihan dari
masa kanak-kanak menuju kedewasaan. (Tinta Julianawati, 2023). Kebutuhan zat besi remaja
perempuan melebihi remaja laki-laki. Asupan zat besi yang tidak mencukupi dapat
menyebabkan penurunan jumlah hemoglobin dalam tubuh, suatu kondisi medis yang dikenal
sebagai anemia (Tinta Julianawati, 2023). Anemia adalah suatu kondisi yang timbul ketika
terjadi penurunan jumlah hemoglobin atau jumlah sel darah merah dalam tubuh. Hal ini
menyebabkan kurangnya kemampuan untuk mengangkut oksigen, yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh manusia. Anemia muncul karena volume darah tidak
mencukupi untuk mengikat dan mengangkut oksigen secara efisien dari paru-paru ke bagian
tubuh lainnya. Kurangnya pasokan oksigen ini dapat menyebabkan kesulitan dalam
berkonsentrasi, menurunkan daya tahan fisik, dan mengurangi aktivitas fisik (Munawaroh &
Winarni, 2023).
Kantor Regional WHO untuk Wilayah Asia Tenggara melaporkan bahwa sekitar 25-
40% remaja perempuan di Asia Tenggara mengalami anemia dalam tingkat yang bervariasi.
Sumber informasinya adalah Desi, pada tahun 2020 (Desi, 2020). Angka kejadian anemia di
Indonesia sangat tinggi, terbukti dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2018. Data tersebut menunjukkan
adanya peningkatan yang signifikan pada anemia. prevalensi anemia di kalangan remaja
meningkat dari 18,4% menjadi 32%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sekitar 30-40%
remaja menderita anemia. Selain itu, kejadian anemia pada remaja perempuan lebih besar yaitu
27,2% dibandingkan 20,3% pada remaja laki-laki. (Munawaroh & Winarni, 2023). Sementara
itu, di Jawa Timur, proporsi remaja putri yang mengalami anemia berkisar antara 50-60%
(Nursetia Restuti & Susindra, 2016). Dyah Ayu Puspitaningarti, Kepala Dinas Kesehatan
Ponorogo (2023) mengatakan gerakan pencegahan anemia pada remaja putri sedini mungkin
sejak usia 12 tahun keatas berpengaruh dalam menekan angka stunting yang tinggi di Ponorogo.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 27 November 2023 di SMP Terpadu Ponorogo,
jumlah keseluruhan remaja putri adalah 96 siswi diantaranya sebanyak 31 remaja putri memiliki
gejala anemia melalui pengisian kuisioner yang diberikan. 31 remaja putri tersebut 100%
mengalami 5L(Lemah, Letih, Lesu, Lunglai dan Lemas). 22% mengalami pucat bagian telapak
tangan, gusi dan wajah. 97% mengalami pusing dan mengantuk. Dan 71% mengalami mata
berkunang-kunang. Pemberian jus buah bit ini akan diberikan selama 2 minggu dengan dosis
sehari 1 botol sebanyak 250ml.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 734
Anemia pada remaja menjadi lebih umum terjadi karena berbagai faktor, termasuk
kurangnya asupan zat besi dan nutrisi penting lainnya seperti vitamin A, C, folat, riboflavin,
dan B12. Selain itu, konsumsi zat besi yang berlebihan, terutama bila dikombinasikan dengan
obat lain yang menghambat penyerapan zat besi, juga berkontribusi terhadap masalah ini
(Munawaroh & Winarni, 2023). Selain itu, anemia juga dapat disebabkan oleh perdarahan
menstruasi yang berlebihan dan berkepanjangan, serta perdarahan akibat penyakit menular
seperti malaria dan demam berdarah (Maria dkk., 2021). Remaja perempuan menghadapi risiko
anemia 10 kali lebih besar dibandingkan remaja laki-laki. Beberapa faktor yang mempengaruhi
hal ini antara lain status gizi individu, siklus menstruasi, dan keadaan sosial ekonomi. Anemia
pada wanita, terutama saat hamil dan melahirkan, dapat menimbulkan risiko yang cukup besar.
Wanita yang menderita anemia mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah, terutama di bawah 2,5 kg. Selain itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin saat melahirkan (Maria dkk., 2021).
Anemia dapat diatasi melalui dua metode, yakni pengobatan menggunakan obat
(farmakologi) dan tindakan lain selain obat (non farmakologi). Pengobatan farmakologi
melibatkan penggunaan tablet zat besi, meskipun banyak orang tidak menyukainya karena
seringkali menyebabkan mual dan muntah akibat bau besi. Oleh karena itu, sangat penting
untuk menggunakan teknik alternatif yang bermanfaat dan aman, seperti memasukkan jus bit
(Beta vulgaris) ke dalam pola makan seseorang. Bit ini kaya akan nutrisi penting yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan pematangan sel darah merah (Munawaroh & Winarni,
2023).
Bit, yang secara ilmiah dikenal sebagai Beta vulgaris dan termasuk dalam keluarga
Chenopodiaceae, awalnya berasal dari Inggris dan Amerika Utara. Namun, saat ini tanaman ini
dibudidayakan secara luas di Indonesia dan harganya murah, serta menawarkan banyak manfaat
kesehatan. Salah satu keuntungan utamanya adalah penggunaannya sebagai pengganti
pengobatan anemia. Bit merupakan makanan padat nutrisi yang mengandung berbagai senyawa
yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin. Senyawa tersebut antara lain zat besi, folat, niasin,
piridoksin, vitamin A, vitamin C, natrium, kalium, magnesium, kalsium, betaine, seng, dan
mineral lainnya. Oleh karena itu, buah bit dapat dimanfaatkan sebagai solusi untuk
meningkatkan kadar hemoglobin. Pengobatan alternatif untuk anemia (Munawaroh & Winarni,
2023).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Munawaroh & Winarni, 2023) menjelaskan
Angka kejadian anemia yang tinggi pada remaja disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk
konsumsi zat besi dan mineral penting lainnya yang tidak mencukupi, seperti vitamin A, C,
folat, riboflavin, dan B12. Oleh karena itu, perlu untuk mencari metode alternatif, seperti
memasukkan jus bit ke dalam makanan seseorang. Jus bit kaya akan unsur-unsur penting yang
membantu meningkatkan kadar hemoglobin, termasuk zat besi, folat, niasin, piridoksin, vitamin
A, vitamin C, garam, kalium, magnesium, kalsium, betaine, seng, dan berbagai mineral lainnya.
Meskipun demikian, penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Secara khusus, penelitian ini
tidak menyelidiki faktor-faktor utama yang mempengaruhi kadar Hb dan menghambat
penyerapan zat besi selama intervensi, seperti pola makan, asupan nutrisi, kelainan virus,
aktivitas fisik, dan kehilangan darah.
Berdasarkan informasi yang diberikan, para peneliti tertarik untuk melakukan
penyelidikan lebih lanjut mengenai dampak pemberian jus buah bit terhadap kadar hemoglobin
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 735
pada remaja putri dengan anemia ringan di SMP Terpadu Ponorogo. Dalam penyelidikan ini,
para peneliti memperkenalkan unsur-unsur spesifik yang dapat berdampak langsung pada kadar
Hb dan menghambat penyerapan zat besi selama intervensi.
Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif adalah strategi penelitian berdasarkan filosofi positivis yang digunakan untuk
mempelajari populasi atau kelompok tertentu. Proses pengambilan sampel dilakukan secara
acak, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen, dan pengolahan data
berjenis statistik (Balaka, 2022).
Metodologi yang digunakan adalah pendekatan pra-eksperimental, yaitu menggunakan
desain one-group pretest-posttest dalam satu kelompok tanpa kelompok kontrol sebagai
pembanding. Sumber informasinya adalah karya Lisinus Ginting tahun 2016 (Lisinus Ginting,
2016). Model rencana penelitian pra-eksperimental menggunakan desain one group pretest-
posttest yang akan dijelaskan lebih lanjut:
01X02
01 mewakili pengukuran atau observasi sebelum perlakuan, X mewakili perlakuan, dan
02 mewakili pengukuran atau observasi pasca perlakuan.
Populasi mencakup seluruh kelompok individu, peristiwa, atau benda yang menarik
perhatian peneliti untuk diselidiki (Adnyana, 2021). Populasi dalam penelitian berdasarkan
hasil studi pendahuluan tanggal 27 November 2023 di SMP Terpadu Ponorogo, yaitu terdapat
96 remaja putri. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 16 remaja putri dengan
anemia ringan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 18 Maret 2024
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Remaja putri usia 12-14 tahun
2. Remaja putri yang sudah mengalami menstruasi
3. Remaja putri yang dengan anemia ringan
4. Remaja putri yang bersedia menjadi responden
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah:
1. Remaja putri yang sedang mengonsumsi tablet Fe
2. Remaja putri yang tidak hadir saat penelitian
Penelitian ini menggunakan sampling kuota sebagai metodologinya. Quota Sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang melibatkan pemilihan sejumlah sampel tertentu dari
suatu populasi berdasarkan parameter yang telah ditentukan hingga target kuota terpenuhi
(Septiani & Al, 2020).
Untuk menguji hipotesis, analisis data yang dapat dilakukan adalah:
a. Analisa Univariat
Penelitian ini melakukan analisis univariat terhadap variabel dependen dengan
memanfaatkan frekuensi deskriptif dan menyajikan hasilnya pada tabel df. Teknik analisis
data menggunakan software komputer SPSS versi 16.
b. Analisa Bivariat
Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk pengolahan dan analisis datanya.
Analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon, suatu pendekatan statistik non parametrik,
untuk memastikan korelasi antara variabel independen dan dependen.
Hipotesis nol H1 dianggap signifikan secara statistik jika nilai p kurang dari atau sama
dengan tingkat signifikansi yang telah ditentukan α (0,05). Pemberian jus buah bit
memberikan pengaruh terhadap kadar hemoglobin remaja putri anemia sedang di SMP
Terpadu Ponorogo.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 736
Hasil dan Pembahasan
Analisis Univariat
1. Data Umum
Table 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Remaja Putri dengan
Anemia Ringan di SMP Terpadu Ponorogo
No
Karakteristik
Kategori
Frekuensi
Presentase
(100%)
1
Usia
12 tahun
5
31.2
13 tahun
6
37.5
14 tahun
5
31.2
Total
16
100
2
Konsumsi Fe saat
Menstruasi
Mengonsumsi Fe
Tidak Mengonsumsi Fe
7
9
43.8
56.2
Total
16
100
3
Sarapan
Selalu
Jarang
Tidak Pernah
6
8
2
37.5
50.0
12.5
Total
16
100
4
Menjalani Diet
Diet
Tidak Diet
1
15
6.2
93.8
Total
16
100
5
Konsumsi Teh/Kopi
Sering
Jarang
Tidak Pernah
8
7
1
50.0
23.8
6.2
Total
16
100
6
Kebiasaan Begadang
Begadang
Tidak Begadang
12
4
75.0
25.0
Total
16
100
7
Lemah, Letih, Lesu,
Lunglai, Lemas
Merasakan 5L
16
100.0
Total
16
100
8
Wajah dan Telapak
Tangan Pucat
Pucat
Tidak Pucat
3
13
18.8
81.2
Total
16
100
9
Pusing dan
Mengantuk
Sering
Jarang
Tidak Pernah
13
2
1
81.2
12.5
6.2
Total
16
100
10
Mata Berkunang-
kunang
Merasakan
Tidak Merasakan
9
7
56.2
23.8
Total
16
100
Berdasarkan data pada tabel 1, mayoritas remaja putri penderita anemia ringan di SMP Terpadu
Ponorogo berjumlah 6 responden (37,5%) yang berusia 13 tahun, disusul 5 responden (31,2%)
yang berusia 12 tahun, dan satu lagi 5 responden (31,2%) yang berumur 14 tahun. Dari total 9
responden yang merupakan 56,2% partisipan tidak mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) selama
masa menstruasinya. Sedangkan 7 responden yang mewakili 43,8% peserta melaporkan
mengonsumsi tablet zat besi (Fe) saat menstruasi. Jarang sarapan pagi sebanyak 8 responden
(50.0%), selalu sarapan pagi sebanyak 6 responden (37.5%) dan yang tidak pernah sarapan pagi
sebanyak 2 responden (12.5%). Tidak menjalani diet sebanyak 15 responden (93.8%) dan yang
menjalani diet hanya 1 responden (6.2%). Sering mengonsumsi teh/kopi sebanyak 8 responden
(50.0%), jarang mengonsumsi teh/kopi sebanyak 7 responden (23.8%) dan tidak pernah
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 737
mengonsumsi teh/kopi sebanyak 1 responden (6.2%). Kebiasaan begadang sebanyak 12
responden (75.0%) dan yang tidak kebiasaan begadang sebaanyak 4 responden (25%).
Merasakan Lemah, Letih, Lesu, Lunglai dan Lemas sebanyak 16 responden (100.0%). Tidak
pucat pada wajah dan telapak tangan sebanyak 13 responden (81.2%) dan pucat pada wajah dan
telapak tangan sebanyak 3 responden (18.8%). Sering merasakan pusing dan mengantuk
sebanyak 13 responden (81.2%), jarang merasakan pusing dan mengantuk sebanyak 2
responden (12.5%) dan tidak pernah merasakan pusing dan mengantuk sebanyak 1 responden
(6.2%). Merasakan mata berkunang-kunang sebanyak 9 responden (56.2%) dan tidak
merasakan mata berkunang-kunang sebanyak 7 responden (23.8%).
2. Data Khusus
a. Kadar Hemoglobin sebelum pemberian Jus Buah Bit
Table 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin
Sebelum Pemberian Jus Buah Bit pada Remaja Putri dengan
Anemia Ringan di SMP Terpadu Ponorogo
Frekuensi
Presentase (%)
16
100.0
16
100
Berdasarkan tabel 2 semua remaja putri dengan anemia ringan di SMP Terpadu Ponorogo
sebelum pemberian jus buah bit sebanyak 16 responden (100.0%).
b. Kadar Hemoglobin sesudah pemberian Jus Buah Bit
Table 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin
Sesudah Pemberian Jus Buah Bit pada Remaja Putri dengan
Anemia Ringan di SMP Terpadu Ponorogo
Frekuensi
Presentase (%)
12
75.0
3
18.8
1
6.2
16
100
Berdasarkan tabel 3 sebagian besar remaja putri dengan anemia ringan di SMP Terpadu
Ponorogo sesudah pemberian jus buah bit. Kadar hemoglobin normal sebanyak 12 responden
(75.0%), anemia ringan sebanyak 3 responden (18.8%) dan anemia sedang sebanyak 1
responden (6.2%).
Analisis Bivariat
Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri dengan Anemia Ringan Sebelum dan Sesudah
Pemberian Jus Buah Bit Di SMP Terpadu Ponorogo
Table 4 Komparasi Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Buah Bit pada
Remaja Putri dengan Anemia Ringan di SMP Terpadu Ponorogo
Kategori
Sebelum
Sesudah
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 738
Normal
12
75.0
Anemia Ringan
16
100.0
3
18.2
Anemia Sedang
1
6.2
Total
16
100
16
100
Berdasarkan tabel 4 semua remaja putri dengan anemia ringan di SMP Terpadu Ponorogo
sebelum pemberian jus buah bit mengalami anemia ringan sebanyak 16 responden (100.0%)
dan setelah pemberian jus buah bit menjadi normal sebanyak 12 responden (75.0%), anemia
ringan sebanyak 3 responden (18.2%) dan anemia sedang sebanyak 1 responden (6.2%)
Table 5 Wilcoxon Signed Ranks Test kadar hemoglobin sebelum dan
sesudah pemberian jus buah bit pada remaja putri dengan
anemia ringan di SMP Terpadu Ponorgo
N
kadar Hb sesudah - kadar Hb sebelum
Negative Ranks
2
a
Positive Ranks
14
b
Ties
0
c
Total
16
a. kadar Hb sesudah < kadar Hb sebelum
b. kadar Hb sesudah > kadar Hb sebelum
c. kadar Hb sesudah = kadar Hb sebelum
Berdasarkan tabel 5 kadar hemoglobin remaja putri dengan anemia ringan di SMP
Terpadu Ponorogo sesudah pemberian jus buah bit mengalami kenaikan sebanyak 14 responden
dan mengalami penurunan sebanyak 2 responden.
Table 6 analisis hasil uji statistik wilcoxon
Test Statistics
b
kadar Hb sesudah - kadar
Hb sebelum
Z
-3.156
a
Asymp. Sig. (2-tailed)
.002
SMP Terpadu Ponorogo memberikan intervensi jus buah bit dan mengukur kadar
hemoglobin sebelum dan sesudah intervensi menggunakan uji statistik Wilcoxon. Hasil
penelitian ini menunjukkan H1 disetujui dan H0 ditolak karena nilai ρ 0,002 < 0,05. Oleh karena
itu, kadar hemoglobin siswi yang mengalami anemia ringan di SMP Terpadu Ponorogo sangat
dipengaruhi oleh pemberian jus buah bit.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 739
Pembahasan
Pemberian Jus Buah Bit Berdasarkan Kategori Responden pada Remaja Putri dengan
Anemia Ringan di SMP Terpadu Ponorogo.
1. Usia Responden
Partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan yang duduk di bangku sekolah
menengah pertama, berusia antara dua belas hingga empat belas tahun. Mengapa? Pasalnya,
anemia dan masalah gizi lainnya lebih sering terjadi pada wanita muda. Anemia memiliki
kejadian prevalensi sebesar 21,7% di Indonesia pada tahun 2013, menurut Riset Kesehatan
Dasar. Anemia diderita oleh 23,9% perempuan di Indonesia. Prevalensi anemia adalah
26,4% pada wanita berusia 514 tahun dan 18,4% pada wanita berusia 1525 tahun
(Maslikhah & Putri Andanawarih, 2023).
Anemia merupakan akibat dari kekurangan nutrisi yang dialami remaja putri. Anemia
gizi terjadi ketika terdapat kekurangan nutrisi penting yang diperlukan untuk produksi
hemoglobin. Kekurangan ini dapat disebabkan oleh konsumsi yang tidak memadai atau
masalah penyerapan nutrisi. Nutrisi penting yang termasuk dalam daftar ini adalah zat besi,
protein, vitamin B6 (yang berfungsi sebagai katalis dalam pembentukan hemoglobin),
vitamin C, zinc (yang mempengaruhi penyerapan zat besi), dan vitamin E (yang
mempengaruhi stabilitas warna merah). membran sel darah). Mayoritas kasus anemia ini
disebabkan oleh kekurangan besi dalam makanan, terutama dalam bentuk besi-hem
(Maslikhah & Putri Andanawarih, 2023).
2. Mengonsumsi Tablet Penambah Darah saat Menstruasi
Pola makan yang buruk dan siklus menstruasi merupakan dua penyebab anemia pada
remaja putri. Kekurangan makanan kaya zat besi adalah penyebab utama anemia pada
wanita, yang mengalami peningkatan kebutuhan zat besi karena kehilangan darah
menstruasi. Saat menstruasi, rata-rata remaja mengalami kehilangan darah berkisar antara
16 hingga 33,2 sentimeter kubik. (Sulistiyanti & et al, 2022)
Anemia dapat dicegah dengan pemberian suplemen zat besi yang harus dikonsumsi
remaja secara konsisten selama siklus menstruasinya. Pemberian suplemen zat besi dapat
meningkatkan konsentrasi hemoglobin dalam aliran darah secara signifikan, yaitu rata-rata
10,2 g/L pada wanita hamil dan 8,6 g/L pada wanita tidak hamil. Sekitar setengah kasus
anemia pada wanita dapat diatasi dengan penggunaan suplemen zat besi. (Sulistiyanti & et
al, 2022)
3. Sarapan Pagi
Konsumsi pangan remaja putri seringkali kekurangan zat gizi makro yang penting,
seperti karbohidrat, protein, dan lemak, serta zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral.
Kekurangan ini dapat menyebabkan tubuh menjadi kurus, mengalami penurunan berat
badan yang parah, pertumbuhan terhambat, sering merasa tidak enak badan, dan mengalami
anemia. Remaja membutuhkan sejumlah zat besi dari makanan untuk memproduksi
eritrosit, yang juga dikenal sebagai sel darah merah. Zat besi berperan penting dalam proses
produksi darah dengan memfasilitasi sintesis hemoglobin. (Afritayeni, Evis Ritawani,
2019).
Sarapan pagi adalah waktu makan dimana kita menyantap makanan-makanan penting
beserta hidangan pendampingnya setelah bangun tidur di pagi hari sampai kurang lebih jam
10 pagi. Tujuannya adalah untuk memenuhi sekitar 20%-25% kebutuhan energi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 740
keseluruhan dalam sehari sekaligus memenuhi kebutuhan nutrisi di pagi hari. Hakikat dasar
sarapan pagi adalah berbuka puasa yang terjadi pada saat tidur setelah mengonsumsi
makanan pada malam sebelumnya. Remaja yang memilih untuk melewatkan sarapan pagi
tidak mampu mengimbangi berkurangnya energi dan nutrisi pada waktu makan berikutnya.
Oleh karena itu, sarapan pagi mempunyai arti penting dalam memenuhi kebutuhan gizi
harian remaja. (Afritayeni, Evis Ritawani, 2019)
4. Menjalani Diet
Remaja biasanya mengikuti gaya yang dilakukan banyak orang, langsing menjadi
standar kecantikan masa kini. Remaja melakukan diet ketat untuk mendapatkan tubuh yang
langsing tanpa memperhatikan asupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh kurang dari
kebutuhan sehingga asupan zat besi juga menjadi kurang (Utami, 2021).
Pembatasan diet dan manajemen berat badan pada remaja putri sering kali
berhubungan dengan kurangnya asupan zat gizi dalam tubuh, yang dapat menyebabkan
berbagai gejala seperti kelelahan, kecemasan, ketidakteraturan menstruasi, penurunan
konsentrasi, dan rasa mengantuk. (Setyaningsih, S.ST, M.Kes dkk., 2022)
5. Mengonsumsi Kopi atau Teh
Untuk meningkatkan penyerapan zat besi di usus, disarankan untuk rutin
mengonsumsi makanan kaya vitamin C bersama dengan zat besi heme yang terdapat pada
produk makanan hewani. Selain itu, disarankan untuk membatasi asupan makanan yang
kaya tanin dan fitat, karena dapat menghambat penyerapan zat besi dari makanan di saluran
pencernaan. Makanan yang kaya tannin meliputi teh dan kopi, sementara biji-bijian
termasuk makanan kaya fitat. (Ningtyias Farida Wahyu et al, 2022)
6. Kebiasaan Begadang
Anemia berkaitan dengan durasi dan kualitas tidur. Ketika kebutuhan tidur tidak
terpenuhi, stres oksidatif dapat berlangsung lebih lama. Ini dapat menyebabkan pecahnya
eritrosit dalam tubuh dan penurunan kadar hemoglobin, yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan anemia. (Handini dkk., 2023)
Kebiasaan begadang memiliki dampak buruk bagi tubuh jika dilakukan setiap hari,
dan bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit, khususnya anemia atau kekurangan darah.
Pola tidur yang tidak teratur atau terbangun di malam hari merupakan indikasi tubuh sedang
mengalami stres, oleh karena itu istirahat sangat penting untuk menghindari dampak buruk
lebih lanjut. (Hevanda, 2023)
7. Merasakan Lemah, Letih, Lesu, Lunglai, Lemas
Gejala awal pada penderita anemia mencakup rasa lemas, letih, lesu, lunglai, dan
lemah. Mereka mengalami kelelahan yang cepat karena penyimpanan oksigen yang tidak
mencukupi di jaringan otot, yang menyebabkan penurunan metabolisme otot. (Utami,
2021)
8. Wajah dan Telapak Tangan Pucat
Ketika tingkat keparahan kekurangan zat besi meningkat, individu dengan anemia
akan menunjukkan tanda-tanda pucat pada telapak tangan, wajah, dan gusi. (Utami, 2021)
9. Merasakan Pusing dan Mengantuk
Penderita anemia kadang juga mengalami pusing dan mudah mengantuk. Kondisi ini
terjadi karena otak tidak mendapat pasokan oksigen yang cukup akibat berkurangnya daya
angkut hemoglobin dalam darah. (Utami, 2021)
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 741
10. Mata Berkunang-kunang
Pada penderita anemia, penurunan kadar hemoglobin terjadi. Hal ini mengakibatkan
hemoglobin yang bertugas membawa oksigen ke otak tidak dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Akibatnya, penderita bisa mengalami gejala seperti mata berkunang-kunang.
(Utami, 2021)
Identifikasi Kadar Hemoglobin Sebelum Pemberian Jus Buah Bit pada Remaja Putri
dengan Anemia Ringan di SMP Terpadu Ponorogo
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa 16 responden remaja putri di SMP Terpadu
Ponorogo semua (100%) mengalami anemia ringan. Anemia adalah penyakit medis yang
ditandai dengan kekurangan kadar hemoglobin atau penurunan jumlah sel darah merah,
sehingga mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Anemia
didiagnosis pada remaja putri ketika kadar hemoglobinnya turun di bawah 12,0 g/dL.
(Munawaroh & Winarni, 2023) Anemia pada wanita dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan
berdasarkan kadar hemoglobin, yaitu: Anemia ringan ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)
berkisar antara 11,00 hingga 11,9 g/dl. Anemia sedang ditentukan oleh nilai Hb yang berkisar
antara 8,0 hingga 10,9 g/dl. Anemia berat ditandai dengan kadar Hb di bawah 8,0 g/dl (Maria
dkk., 2021).
Anemia dapat timbul karena perdarahan, berkurangnya eritropoiesis, meningkatnya
kerusakan eritrosit, atau kombinasi dari etiologi tersebut. Defisit nutrisi dapat menyebabkan
peningkatan pemecahan sel darah merah (Amalia & Tjiptaningrum, 2016).
Remaja perempuan lebih rentan terkena anemia dibandingkan remaja laki-laki, dengan
kemungkinan peningkatan sepuluh kali lipat. Anemia pada wanita, terutama saat hamil dan
melahirkan, dapat menimbulkan risiko yang cukup besar. Wanita yang menderita anemia
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah,
terutama di bawah 2,5 kg. Selain itu, anemia dapat menyebabkan kematian baik bagi ibu
maupun bayi saat melahirkan (Maria dkk., 2021).
Eksperimen penelitian dilakukan di SMP Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen terhadap
21 remaja putri yang terdiagnosis anemia. Para peserta diberikan jus bit sebagai bagian dari
penelitian
Oleh karena itu anemia pada remaja putri harus disembuhkan sejak dini karena memiliki
dampak negatif yang begitu banyak pada masa remaja maupun masa depan. Kesadaran akan
dampak buruk terhadap anemia harus disadari dan dicegah oleh remaja putri melalui pola makan
dan pola kebiasaan sehari-hari.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesejahteraan remaja putri secara keseluruhan,
pengobatan anemia sangatlah penting. Akibatnya, para peneliti memilih untuk menggunakan
jus bit sebagai cara untuk mempengaruhi kadar hemoglobin pada remaja putri yang menderita
anemia ringan.
Identifikasi Kadar Hemoglobin Sesudah Pemberian Jus Buah Bit pada Remaja Putri
dengan Anemia Ringan di SMP Terpadu Ponorogo
Berdasarkan data pada Tabel 3, dari 16 partisipan yang mengonsumsi jus buah bit,
sebagian besar yaitu 12 partisipan (75,0%) memiliki kadar hemoglobin normal. Selain itu, 3
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 742
peserta (18,8%) memiliki kadar hemoglobin rendah yang mengindikasikan anemia, dan 1
peserta mengalami anemia tingkat sedang. Persentasenya 6,2%.
Konsumsi buah bit dapat meningkatkan produksi eritrosit dan hemoglobin. (Kartika dan
Rokhana, 2018) Buah bit kaya akan vitamin A, B, dan C, serta memiliki kandungan air yang
tinggi. Selain vitamin, buah bit juga mengandung nutrisi penting termasuk karbohidrat, protein,
dan lemak yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan. Bit mengandung
mineral seperti zat besi, kalsium, dan fosfor. (Putri & Tjiptaningrum, 2016)
Bit berfungsi dengan mengaktifkan sistem peredaran darah dan meningkatkan produksi
sel darah merah karena tingginya kadar asam folat dan B12. Kedua nutrisi ini sangat penting
untuk proses metabolisme sel dan penting untuk pertumbuhan eritrosit yang tepat. (Putri &
Tjiptaningrum, 2016)
penelitian di SMP Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen diketahui bahwa Pada 21 sampel
dalam penelitian yang dilakukan terdapat 17 sampel yang kadar Hemoglobinnya meningkat dan
ada 4 sampel yang kadar Hemoglobinnya tetap.
Jus buah bit dipilih oleh peneliti sebagai pengobatan alternatif non farmakologi.
Dikarenakan banyak remaja yang tidak menyukai tablet penambah darah dengan beralasan tidak
bisa menelan obat maupun terganggu oleh bau tablet penambah darah.
Analisis Pengaruh Pemberian Jus Buah Bit terhadap Kadar Hemoglobin pada Remaja
Putri dengan Anemia Ringan di SMP Terpadu Ponorogo
Berdasarkan Tabel 4 hasil uji statistik menunjukkan semua 16 responden remaja putri
dengan anemia ringan di SMP Terpadu Ponorogo sebelum pemberian jus buah bit mengalami
anemia ringan sebanyak 16 responden (100.0%) dan setelah pemberian jus buah bit menjadi
normal sebanyak 12 responden (75.0%), anemia ringan sebanyak 3 responden (18.2%) dan
anemia sedang sebanyak 1 responden (6.2%)
Berdasarkan Tabel 5 Wilcoxon Signed Ranks Test Setelah mengkonsumsi jus buah bit,
14 remaja putri penderita anemia ringan di SMP Terpadu Ponorogo menunjukkan adanya
peningkatan kadar hemoglobin. Secara spesifik, kadar hemoglobin mereka setelah
mengonsumsi jus buah bit lebih tinggi dibandingkan sebelumnya. Dua responden menunjukkan
penurunan atau perubahan peringkat negatif, khususnya penurunan kadar hemoglobin setelah
mengonsumsi jus buah bit dibandingkan sebelum mengonsumsi jus buah bit. Alasannya adalah
kedua peserta sedang menjalani diet pola makan dan merasa tidak sehat dalam jangka waktu
lama, sehingga membatasi potensi jus bit untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara efektif..
Berdasarkan Tabel 6 analisis hasil uji statistik Wilcoxon Match Paired Test Penelitian
yang dilakukan di SMP Terpadu Ponorogo menemukan adanya perbedaan kadar hemoglobin
yang signifikan secara statistik sebelum dan sesudah pemberian intervensi jus buah bit. Nilai ρ
yang diperoleh sebesar 0,002 < 0,05 menunjukkan bahwa intervensi mempunyai dampak
terhadap kadar hemoglobin. Hipotesis nol (H0) ditolak, sedangkan hipotesis alternatif (H1)
diterima. Temuan penelitian mengenai pengaruh pemberian jus buah bit terhadap kadar
hemoglobin pada remaja putri anemia ringan di SMP Terpadu Ponoroogo sejalan dengan
penelitian yang dilakukan di SMP Darul Ihsan Muhammadiyah Sragen pada tahun 2023.
Analisis statistik Wilcoxon Matched-Pairs Uji kadar hemoglobin sebelum dan sesudah
intervensi jus bit menghasilkan nilai ρ sebesar 0,001, yang kurang dari atau sama dengan 0,05.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 743
Dapat disimpulkan bahwa pemberian jus buah bit memberikan pengaruh terhadap kadar
hemoglobin remaja putri anemia ringan di SMP Terpadu Ponorogo.
Kesimpulan
Dampak Pemberian Jus Buah Bit Terhadap Kadar Hemoglobin Remaja Putri Anemia
Ringan di SMP Terpadu Ponorogo: Sebelum diberikan jus buah bit, terdapat 16 peserta yang
mengalami anemia ringan. Setelah mengonsumsi jus buah bit, sekelompok remaja putri di SMP
Terpadu Ponorogo menunjukkan adanya peningkatan kadar hemoglobin. Dari 14 peserta, 12
orang memiliki kadar hemoglobin normal dan 2 orang mengalami anemia ringan. Dua peserta
tambahan melaporkan adanya penurunan kadar hemoglobin, khususnya satu peserta dengan
kadar hemoglobin anemia ringan dan satu peserta dengan kadar hemoglobin anemia sedang.
Hasil uji statistik Wilcoxon Matched Paired Test yang dilakukan pada remaja putri anemia
ringan di SMP Terpadu Ponorogo menunjukkan nilai ρ sebesar 0,002 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar hemoglobin sebelum dan sesudah
intervensi jus buah bit. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis
alternatif (H1) diterima. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemberian jus buah bit
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar hemoglobin remaja putri anemia ringan
di SMP Terpadu Ponorogo.
Daftar Pustaka
Adnyana, I. M. D. M. (2021). Populasi dan Sampel. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif,
103116.
Afritayeni, Evis Ritawani, L. L. (2019). Al-Insyirah Midwifery. 8.
Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. (2016). Diagnosis dan tatalaksana anemia defisiensi besi.
Majority, 5(1), 166169.
Balaka, M. Y. (2022). Metode penelitian Kuantitatif. Metodologi Penelitian Pendidikan
Kualitatif, 1, 130.
Desi, K. et al. (2020). Wellness and healthy magazine. 2(February), 187192.
Handini, K. N., Malkan, I., Ilmi, B., Simanungkalit, S. F., & Octaria, Y. C. (2023). Hubungan
Pengetahuan Anemia , Pola Tidur , Pola Makan , Inhibitor , dan Enhancer dengan Kejadian
Anemia pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Al-Amanah Al-Gontory Kota Tangerang
Selatan. Jurnal Amerta Nutrion, 7(2), 147154.
https://doi.org/10.20473/amnt.v7i2SP.2023.14
Hevanda, S. (2023). Hubungan Antara Status Gizi Dengan Pola Tidur Terhadap Kejadian
Anemia Pada Remaja Putri Pada Wilayah Pesisir Pantai. 1(2), 123.
Lisinus Ginting, R. (2016). Teknik Sosiodrama untuk Mengurangi Konformitas yang
Berlebihan pada Siswa (Penelitian Pra-Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IX Sekolah
Menengah Pertama). Jurnal Diversita, 2(1), 2330.
Maria, R., Veronika, M., & Trilupi, W. (2021). Pengaruh Teh Daun Kelor Terhadap Kadar
Hemoglobin. Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional, 1(22), 134139.
Maslikhah, & Putri Andanawarih. (2023). Pengaruh Pengetahuan Remaja Putri Terhadap
Pencegahan Anemia. Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery
Science and Health), 14(2), 5358. https://doi.org/10.52299/jks.v14i2.176
Munawaroh, M., & Winarni, W. (2023). Pengaruh Pemberian Jus Buah Bit Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Dengan Anemia. Jurnal Anestesi,
1(4).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 744
Ningtyias Farida Wahyu et al. (2022). Buku Saku Pencegahan Anemia Pada Remaja Putri :
Strategi Cerdas Metode Tricky Card Games Yang Menarik dan Edukatif dalam Mengatasi
Darurat Anemia (hlm. 29).
Nursetia Restuti, A., & Susindra, Y. (2016). Hubungan Antara Asupan Zat Gizi Dan Status Gizi
Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Relationship Between Intake Nutrition and
Nutritional Status With Incidence of Anemia in Girls. Jurnal Ilmiah INOVASI, 1(2).
Putri, M. C., & Tjiptaningrum, A. (2016). Efek Antianemia Buah Bit (Beta vulgaris L.)
Antianemic Effect Of Beetroot (Beta vulgaris L.). Jurnal Majority, 5(4), 96100.
Septiani, Y., & Al, E. (2020). ( Studi Kasus : Mahasiswa Universitas Abdurrab Pekanbaru ).
Jurnal Teknologi dan Open Source, 3(3), 131143.
Setyaningsih, S.ST, M.Kes, W., Mansur, H., & Naimah, N. (2022). Unhealthy Diet Practices
and Anemia in Young Women. Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal, 6(2),
138149. https://doi.org/10.20473/imhsj.v6i2.2022.138-149
Sulistiyanti, A., & et al. (2022). The Relationship Between Consumption Fe Tablets During
Menstruation With The Incidence of Anemia In Adolescent Girls In Wirengan Masaran
Village, Sragen. Indonesian Journal on Medical Science, 9(1).
https://doi.org/10.55181/ijms.v9i1.358
Tinta Julianawati. (2023). JURNAL. 6(5), 741745.
Utami, A. et al. (2021). Anemia pada Remaja Putri. Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro (Vol. 1, Nomor 2).