JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 610
Faktor Resiko Ibu terhadap Kelahiran Anak dengan Labiopalatognatoschizis (Cacat
Sumbing): Literature Review
Muhammad Ali Adriyansyah
1*
, Nurhidayati
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Kota Mataram, Indoesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
Labiopalatognatoschizis;
Cleft; Maternal Risk
Labiopalatognatoschizis atau cacat sumbing merupakan
kelanan bawaan yang paling umum terjadi di area orofasial.
Berbagai faktor risiko dapat menjadi pemicu terjadinya cacat
sumbing khususnya genetik dan lingkungan yang berkaitan
dengan ibu hamil. Artikel ini bertujuan untuk meninjau kembali
faktor resiko yang dapat mempengaruhi kondisi sumbing pada
janin terutama dari faktor resikor ibu untuk mencegah terjadinya
kelahiran dengan cacat sumbing. Pencarian literatur dengan kata
kunci yang sesuai dilakukan pada database PubMed. Sebanyak
empat artikel memenuhi kriteria eligibilitas yang akan
dilanjutkan peninjauan lebih lanjut. Tinjauan terhadap empat
artikel ini menunjukan bahwa faktor resiko yang dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya cacat sumbing adalah,
konsumsi multivitamin yang berlebihan pada awal kehamilan,
Ibu yang merokok aktif atau pasif, serta ibu yang memiliki
riwayat masalah metabolism seperti obesitas, diabetes, dan
hipertensi pada masa kehamilan memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk melahirkan anak dengan cacat sumbing. Penelitian
lebih lanjut dibutuhkan untuk meninjau lebih luas lagi terkait
faktor resiko terjadinya cacat sumbing pada janin.
ABSTRACT
Labiopalatognatoschizis, or cleft defect, is the most common
congenital disorder in the orofacial area. Various risk factors
can trigger cleft defects, especially genetic and environmental
related to pregnant women. This article aims to review the risk
factors that can affect the condition of a cleft in the fetus,
especially from maternal resistor factors to prevent birth with
cleft defects. A literature search with the appropriate keywords
is performed on the PubMed database. A total of four articles
meet the eligibility criteria, which will be continued for further
review. A review of these four articles shows that risk factors
that can increase the likelihood of cleft defects are excessive
multivitamin consumption in early pregnancy, mothers who
smoke actively or passively, and mothers who have a history of
metabolic problems such as obesity, diabetes, and hypertension
during pregnancy have a higher risk of giving birth to children
with cleft defects. Further research is needed to review more
broadly related to risk factors for cleft defects in the fetus.
Keywords:
Labiopalatognatoschizis;
Cleft; Maternal Risk
Correspondent Author: Muhammad Ali Adriyansyah
Artikel dengan akses terbuka di bawah lisensi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 611
Pendahuluan
Labiopalatognatoschizis atau cacat sumbing merupakan kelainan bawaan yang
mempengaruhi struktur mulut dan area wajah yang mempengaruhi sekitar satu dari tujuh baru
lahir di dunia. Cacat sumbing disebabkan oleh gangguan embrionik dari perkembangan
jaringan lunak dan keras akibat tidak menyatunya palatum primer selama bulan awal kehamilan
(Sandy et al., 2020). Anak-anak dengan cacat sumbing mengalami kesulitan menelan, kesulitan
dalam berbicara dan mendengar, terganggunya proses pertumbuhan gigi, serta keterbelakangan
mental. Secara umum, cacat sumbing bersifat poligenik dan multifaktorial, yaitu disebabkan
oleh kombinasi faktor genetik yang dibawa oleh orang tua dan faktor-faktor lingkungan
disekitar ibu pada masa kehamilan janin (Regina Altoé et al., 2020).
Kejadian cacat sumbing di seluruh dunia memiliki angka kejadian 1:700 kelahiran yang
terjadi di seluruh dunia denga benua Asia dan Amerika menepati angka kejadian paling tinggi
yakni 1:500 kelahiran (Afra & Atifah, 2021). Negara-negara di Benua Asia seperti China
memiliki angka kejdian sumbing sebesar 1,76 per 1000 dari angka kelahiran hidup, kemudian
jepang dengan yang kejadian 0,85 sampai 2,68 per 1000 kelahiran hidup (Vyas et al., 2020a).
Kejadian cacat sumbing di Indonesia bertambah sebanyak 3.000-6.000 kasus pertahunnya
dengan data prevalensi pada tahun 2007 mencapai 2,4% (Afra & Atifah, 2021).
Faktor genetic memiliki peranan yang besar terhadap kejadian cacat sumbing. Faktor
genetik bisa diturunkan secara langsung dari orang tua dengan kelainan cacat sumbing maupun
orang tua normal tetapi membawa gen abnormal atau carrier (Yılmaz et al., 2019). Pewarisan
resesif autosomal terjadi ketika kedua orang tua merupakan pembawa sifat cacat sumbing
sehingga bayi yang lahir memiliki fenotipe. Saat kedua orang tua memiliki tipe resesif, terdapat
25% kemungkinan bayi yang lahir akan mewarisi kelainan, 50% akan menjadi pembawa sifat,
dan 25% akan lahir normal (Rusdy et al., 2022).
Riwayat keluarga sangat terkait dengan peningkatan risiko cacat sumbing. Orang tua
yang menderita cacat sumbing memiliki risiko 3% hingga 5% untuk memiliki anak dengan
kelainan serupa (Mahamad Irfanulla Khan et al., 2020). Penelitian menunjukan bahwa sebagian
besar pasien dengan cacat sumbing merupakan anak pertama (40,8%), diikuti dengan anak
kedua (28,19%), anak ketiga (14,97%), dan anak keempat dan seterusnya (16,74%) (Rusdy et
al., 2022).
Variasi genetik terjadi karena interaksi gen, bukan secara spontan. Variasi genetik
diturunkan dari generasi ke generasi. Kejadian cacat sumbing tidak hanya melibatkan satu
faktor keturunan yang berasal dari salah satu atau kedua orang tua. Kemungkinan bahwa anak
berikutnya juga akan mewarisi kombinasi yang sama dari beberapa gen berkisar antara 3 hingga
5%. Kemungkinan kembar monozigot mengalami kelainan cacat sumbing lebih tinggi (40-
60%) dibandingkan dengan kembar dizigot (3-5%). Risiko cacat sumbing meningkat setelah
lebih dari satu keturunan memiliki kelainan tersebut. Risiko di bawah 25% untuk sifat resesif
dan 50% untuk sifat dominan. Namun, resikonya sangat tinggi (15-20%) setelah tiga keturunan
terpengaruh (Sosiawan et al., 2021).
Pada penelitian penelitian sebelumnya faktor resiko terhadap terjadinya sumbing pada
janin dijelaskan melalui faktor genetik dan herediter orang tua. Penelitian ini memberikan
penjelesan lebih mengenai faktor resiko sumbing pada janin dilihat dari faktor eksternal ibu.
Oleh karena itu, tinjauan literatur ini bertujuan untuk memperlakjari faktor faktor lain yang
dapat menyebebkan terjadinya kelahiran cacat sumbing pada anak terutama dikaji dari faktor
yang dimiliki oleh ibu.
Metode Penelitian
Sumber pustaka yang digunakan dalam tinjauan ini diambil dari literatur yang membahas
topik mengenai sumbing. Sumber pustaka yang relevan dikumpulkan melalui database online
PubMed. Kriteria inklusi dalam dalam tinjauan ini adalah artikel yang diterbitkan lima tahun
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 612
terakhir berdasarkan kata kunci “cleft” or “cleft lip” or “cleft palate” and “maternal risk”.
Kriteria eksklusi pada tinjauan ini adalah artikel yang diterbikan lebih dari lima tahun terakhir
dan tidak memiliki akses terbuka.
Gambar 1 Alur Pemilihan Artikel
Hasil dan Pembahasan
Pencarian literatur melalui database online PubMed menghasilkan 94 artikel. Selanjutnya
dilakukan penapisan terhadap judul dan abstrak untuk menentukan relevansi dari artikel serta
eligibilitas keseluruhan text untuk menentukan artikel inklusi yang akan ditinjau lebih lanjut.
Sebanyak 94 artikel yang diperoleh 73 diantaranya dianggap tidak relevan setelah dilakukan
penapisan terhadap judul dan abstrak serta sebanyak 21 artikel dilanjutkan untuk penilaian
eligibilitas. Berdasarkan hasil penilaian eligibilitas sebanyak 11 artikel di eksklusi karena tidak
memiliki akses terbuka dan enam artikel di eksklusi karena kualitas artikel yang meragukan,
sehingga hanya 7 artikel yang di inklusi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Tabel 1 Karakteristik Literature
Peneliti
Judul Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
(Yoshida et al.,
2020)
Maternal multivitamin
intake and orofacial clefts
in offspring: Japan
Environment and
Children's Study (JECS)
cohort study
Cohort study
Penelitian tersebut menguji
hubungan antara nutrisi ibu,
termasuk asupan multivitamin, dan
terjadinya bibir sumbing. Estimasi
rasio risiko relatif (RR) yang
signifikan secara statistik ditemukan
untuk asupan multivitamin sebelum
kehamilan (RR=1,71; 95% CI 1,06
hingga 2,77) dan selama trimester
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 613
pertama (RR=2,00; 95% CI 1,18
hingga 3,37), tetapi hubungan tidak
signifikan untuk asupan
multivitamin setelah trimester
pertama (RR=1,34; 95% CI 0,59
hingga 3,01).
(de Andrade et
al., 2023)
Maternal consumption of
caffeine and second-hand
tobacco smoke as risk
factors for the development
of oral clefts
Case-control Study
Hasil dari penelitian ini menyatakan
pada kelompok kasus, para ibu
dilaporkan menjadi perokok pasif,
dengan proporsi yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol (21,3%)
(OR=6,46, 95% CI 4,09-10,20,
p<0,001). Pada kelompok kasus, 127
ibu (96.2%) melaporkan sering
mengonsumsi produk yang
mengandung kafein selama
kehamilan, yang secara signifikan
lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol (88.8%) (OR=3.20, 95% CI
1.21-8.43, p=0.013) serta
kekurangan suplementasi vitamin
dan besi sulfat (p<0,001) juga
diidentifikasi sebagai faktor risiko.
(Heydari et al.,
2024)
Prevalence, trend, and
associated risk factors for
cleft lip with/without cleft
palate: a national study on
live births from 2016 to
2021
Cross-sectional
Penilitian yang dilakukan pada
10.000 kelahiran dari tahun 2016
sampai 2021 menunjukan hubungan
yang signifikan antara peningkatan
kemungkinan terjadinya sumbing
pada kasus ibu berusia 20 hingga 24
tahun (OR = 1,07, 1,011,13, p =
0,013), ibu yang merokok 11 hingga
20 batang rokok per hari (OR = 1,46
, 1.331.60, p <0.001), ibu dengan
obesitas ekstrim (OR = 1.32, 1.21
1.43, p <0.001), ibu dengan obesitas
derajat II (OR = 1.32, 1.231.42, p
<0.001), ibu dengan pra ‑hipertensi
kehamilan (OR = 1.17, 1.041.31, p
= 0.009), ibu dengan diabetes
melitus sebelum hamil (OR = 1.96,
1.712.25, p <0.001)
(Pisek et al.,
2024)
Maternal Metabolic Status
and Orofacial Cleft Risk: A
Case-Control Study in
Thailand
Case-control
Ibu dengan berat badan normal
dibandingkan dengan ibu yang
kelebihan berat badan memiliki rasio
odds (OR) sebesar 2,44 (95%
interval kepercayaan [CI], 1,04-
5,76, p = 0,04) untuk kelahiran anak
cacat sumbing. Rendahnya kadar
kolesterol lipoprotein densitas tinggi
(HDL-C) juga ditemukan
meningkatkan risiko sumbing,
dengan OR sebesar 2,95 (95% CI,
1,41-6,14, p = 0,004) dibandingkan
dengan kadar HDL-C normal. Ibu
dengan 4 atau 5 ciri sindrom
metabolic memiliki kemungkinan
2,77 kali lebih besar untuk memiliki
anak dengan cacat sumbing,
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 614
meskipun perbedaan ini tidak
signifikan secara statistik (p = 0,28).
Artikel artikel diatas merupakan artikel yang berfokus pada faktor resiko maternal
terhadap kejadian sumbing. Penelitian pertama oleh (Yoshida et al., 2020) yang meneliti 98.787
anak yang berada di Jepang menghasilkan data bahwa asupan suplemen vitamin berlebihan
sebelum dan pada trimester awal kehamilan berdampak siginifikan terhadap kejadian sumbing
pada anak hingga dua kali lebih tinggi dibandingkan orang tua yang tidak mengkonsumsi
multivitamin. Penelitian kedua yang dilakukan oleh (de Andrade et al., 2023) melibatkan 409
ibu dengan 132 anak diantaranya mengalami sumbing sebagai kelompok kasus dan 277 anak
tanpa sumbin sebagai kelompok kontrol. Penelitian tersebut menyatakan bahwa ibu yang
mendapatka nutrisi vitamin dan zat besi sulfat yang kurang selama kehamilan serta
mengkonsumsi kafein pada masa kehamilan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
melahirkan anak dengan cacat sumbing. Penelitian yang dilakukan oleh (de Andrade et al.,
2023) sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ketiga (Heydari et al., 2024) yang
menyatakan bahwa ibu yang merupakan perokok pasif cenderung memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk memiliki anak dengan sumbing. Penelitian yang dilakukan oleh (Heydari et al.,
2024) juga menyatakan bahwa ibu dengan obesitas, penyakit prahipertensi sebelum kehamilan,
dan penyakit diabetes militus juga menunjukan kemungkinan yang signifikan untuk melahirkan
anak dengan sumbing. Sejalan dengan peneliti ketiga, peneliti keempat (James et al., 2020)
menyatakan bahwa ibu yang hamil pada usia 25-36 tahun memiliki kemungkinan yang lebih
rendah untuk melahirkan anak dengan sumbing dibandingkan ibu yang hamil pada usia kurang
dari 25 tahun. Peneliti kelima (Pisek et al., 2024) melakukan penelitian terkait pasien sumbing
yang berada di Provinsi Khon Kaen, Thailand yang dikumpulkan dari tahun Juni 2017 sampai
Mei 2021. Penelitian tersebut menyatakan bahwa wanita dengan berat badan berlebih dan
obesitas memiliki kemungkinan untuk melahirkan anak dengan sumbing.
Sumbing pada anak disebabkan oleh gangguan embrionik dari perkembangan jaringan
lunak dan keras akibat tidak menyatunya langit-langit primer selama minggu ke-4 dan ke-12
kehamilan (Vyas et al., 2020). Perkembangan bibir dan langit-langit melibatkan serangkaian
peristiwa kompleks yang memerlukan koordinasi erat antara migrasi, pertumbuhan,
diferensiasi, serta apoptosis sel (James et al., 2020). Pada minggu keempat embriogenesis
manusia, tonjolan frontonasal, maxillaris, dan mandibula mengelilingi rongga mulut. Proses
penebalan bakal hidung membagi penonjolan frontonasal menjadi prosesus nasal medial dan
lateral yang berpasangan. Selama minggu keenam perkembangan embrio, prosesus nasal medial
menyatu dengan prosesus nasal lateral dan untuk membentuk bibir atas. Prosesus nasal medial
kemudian menyatu di garis tengah untuk membentuk segmen intermaksila yang membentuk
filtrum bibir atas dan palatum primer. Prosesus nasal lateral akhirnya membentuk ala nasal
sedangkan prosesus nasal medial dan proses maxilla membentuk bibir atas (Hammond & Dixon,
2022). Kegagalan pada proses ini yang akhirnya mengakibatkan labioschisis atau sumbing bibir
(Vyas et al., 2020). Sementara kegagalan pada proses kontak dan fusi di sepertiga anterior
palatum mulut sebelum berlanjut ke anterior dan posterior selama minggu kesembilan
kehamilan. mengakibatkan palatoschizis atau sumbing palatum (Guichoud et al., 2023).
Proses pembentukan wajah seperti pembentukan bibir, hidung, dan palatum sangat
bergantung pada tahap awal masa kehamilan yang merupakan masa kritis karena rentan
terhadap teratogen atau perantara yang diyakini dapat menimbulkan kecacatan (Hammond &
Dixon, 2022). Peran nutrisi seperti asam folat dan vitamin sangat dibutuhkan sejak
merencanakan kehamilan hingga awal kehamilan sebagai bentuk pencegahan cacat bawaan
pada janin (Regina Altoé et al., 2020). Asam folat dan vitamin B12 pada awal kehailan berperan
pada proses fusi dan perkembangan maxilla sehingga kuranganya asupan asam folat
meningkatkan terjadinya cacat sumbing pada janin (de Andrade et al., 2023; Munger et al.,
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 615
2021). Pemenuhan konsumsi asam folat dan vitamin dengan suplemen multivitamin dapat
menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan vitamin, tetapi harus diperhatika dengan baik kadar
yang diperlukan hariaannya agar tidak berlebih. Suplemen multivitamin bukan hanya
mengandung asam folat dan vitamin B12 yang baik untuk mencegah terjadinya cacat baawan
pada janin tetapi juga mengandung vitamin yang bersifat teratogen seperti misalnya vitamin A.
Paparan yang tinggi pada teratogen seperti vitamin A dapat mempengaruhi proses pembentukan
struktur palatum dengan mengintervensi proses proliferasi sel. (Yoshida et al., 2020).
Selain itu, gaya hidup selama kehamilan seperti merokok dan mengkonsumsi kafein juga
dapat meingkatkan resiko terjadinya cacat sumbing pada janin (de Andrade et al., 2023). Rokok
memiliki kandungna carbon monoksida dan polycyclic aromatic hydrocarbons yang
menyebabkan hipoksia pada janin serta mengganggu mekanisme metabolism janin yang dapat
meningkatkan resiko cacat bawaan pada janin (Alswairki et al., 2019; Auslander et al., 2020).
Studi di Amerika Serikat menyatakan ibu yang merokok 11 sampai 20 batang roko perharinya
dapat meningkatkan resiko cacat sumbing pada janin (OR = 1,46 , 1.331.60, p <0.001)
(Heydari et al., 2024). Ibu yang terpapar rokok secara pasif juga memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk memiliki keturunan dengan cacat sumbing (Fell et al., 2022). Penelitian yang
dilakukan de Andrade et al., 2023 menyatakan ibu yang merupakan kelompok perokok pasif
memiliki resiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak merokok (21,3%)
(OR=6,46, 95% CI 4,09-10,20, p<0,001).
Kondisi ibu dengan gangguan metabolic seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi selama
kehamilan juga meningkatkan kemungkinan terjadinya cacat sumbing pada janin (Heydari et
al., 2024). Ibu dengan berat badan normal dibandingkan dengan ibu yang kelebihan berat badan
memiliki (OR = 2,44, 95% CI, 1,04-5,76, p = 0,04) untuk kelahiran anak cacat sumbing (Pisek
et al., 2024).
Untuk mendiagnosis adanya cacat sumbing dapat dilakukan bebarapa pemeriksaan seperti
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis pada kasus bibir
sumbing dapat berupa kesulitan saat pemberian makanan seperti kesulitan menghisap puting
susu atau kesulitan menelan makanan, kesulitan untuk berbicara, dan keterlambatan pada
perkembangan gigi. Anamnesis terkait riwayat keluarga juga perlu dilakukan untuk mengetahui
adanya kejadian bibir sumbing pada keluarga. Selain itu, riwayat kehamilan ibu seperti
kebiasaan merokok, penggunaan minuman keras, diet atau gizi selama kehamilan, usia saat
hamil, paparan bahan kimia, dan penggunaan obat-obatan yang dapat memicu kejadian bibir
sumbing (Vyas et al., 2020).
Selain itu, pemeriksaan penunjang untuk menentukan adanya resiko bayi lahir dengan
cacat sumbing dapat dilakukan pemeriksaan radiologi sedari masih dalam kandungan.
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan adalah Ultrasonografi (USG) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI). USG dilakukan untuk skrining atau deteksi awal kejadian bibir
sumbing. USG 2D yang dilakukan sebelum kelahiran yakni pada trimester kedua kehamilan
pada wanita hamil yang memiliki resiko untuk melahirkan anak dengan kelainan kongenital
(Ali Hassan et al., 2020). USG dilakukan di celah orofasial yakni di fisura kongenital yang
dapat dilihat dengan mudah pada usia kehamilan tersebut. Penggunaan USG 3D juga dapat
dilakukan untuk melihat malformasi kraniofasial pada janin (Faure et al., 2020). Adanya
kelainan pada struktur palatum dapat didiagnosis menggunakan USG sejak usia kehamilan 14
sampai 40 minggu (Vyas et al., 2020b).
Sementara itu, MRI dapat dilakukan untuk mendiagnosis kelainan bentuk wajah janin.
MRI memiliki kontras jaringan yang kuat, multiplanar, resolusi yang baik(Tian et al., 2019).
Selain itu, MRI juga dapat memberikan informasi tambahan seperti klasifikasi dan tingkat
keparahan mengenai diagnosis bibir sumbing yang terlewatkan saat USG (Farladansky-
Gershnabel et al., 2022).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 616
Kesimpulan
Labiopalatognatoschizis atau cacat sumbing merupakan kelainan yang terjadi karena
adanya malformitas pada proses perkembangan embriologi yang mempengaruhi struktur
craniofacial. Malformitas yang terjadi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kandungan nutrisi, kondisi lingkungan dan kebiasaan merokok ibu, serta masalah metabolism
seperti obesitas, diabetes dan hipertensi yang dimiliki ibu semasa kehamilan. Oleh karena itu,
utuk mencegah kejadian labiopalatognatoschizis perlu mencegah faktor resiko tersebut terutama
yang ada pada Ibu. Untuk penegakan diagnosis malformitas pada area craniofacial dapat
ditegakan sejak dalam kandungan dengan USG dan atau MRI, serta dapat dilihat melalui
pemeriksaan fisik saat kelahiran anak. Intervensi bedah merupakan tatalaksana utama untuk
pasien dengan labiopalatognatoschizis, dengan mekanisme tertentu sesuai dengan beberapa
tahapan tertentu. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menggali lebih dalam terkait
kemungkinan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kelahiran dengan cacat sumbing.
Bibliografi
Afra, H. A., & Atifah, Y. (2021). Article Review: Analysis of Patients with Labioschisis or
Cleft Lip Review Artikel: Analisis Penderita Labioschisis atau Bibir Sumbing. Prosiding
Seminar Nasional Biologi, 1(2), 14011407.
Ali Hassan, S., Bhateja, S., Arora, G., & Prathyusha, F. (2020). Orofacial clefts in children and
its management. IP International Journal of Medical Paediatrics and Oncology, 6(2), 38
42. https://doi.org/10.18231/j.ijmpo.2020.009
de Andrade, R. S., Oliveira, F. E. S. de, Martelli, D. R. B., de Barros, L. M., & Martelli Júnior,
H. (2023). Maternal consumption of caffeine and second-hand tobacco smoke as risk
factors for the development of oral clefts. Clinics, 78.
https://doi.org/10.1016/j.clinsp.2023.100266
Farladansky-Gershnabel, S., Gluska, H., Halevi, N., Kotser, N., Sharon-Weiner, M., Schreiber,
H., Sukenik-Halevi, R., Ebner, Y., Arnon, S., & Markovitch, O. (2022). Cleft Lip and/or
Cleft Palate: Prenatal Accuracy, Postnatal Course, and Long-Term Outcomes. Children,
9(12). https://doi.org/10.3390/children9121880
Faure, J. M., Mousty, E., Bigorre, M., Wells, C., Boulot, P., Captier, G., & Fuchs, F. (2020).
Prenatal ultrasound diagnosis of cleft palate without cleft lip, the new ultrasound
semiology. Prenatal Diagnosis, 40(11), 14471458. https://doi.org/10.1002/pd.5794
Guichoud, Y., El Ezzi, O., & de Buys Roessingh, A. (2023). Cleft Lip and Palate Antenatal
Diagnosis: A Swiss University Center Performance Analysis. Diagnostics, 13(15), 2479.
https://doi.org/10.3390/diagnostics13152479
Hammond, N. L., & Dixon, M. J. (2022). Revisiting the embryogenesis of lip and palate
development. Oral Diseases, 28(5), 13061326. https://doi.org/10.1111/odi.14174
Heydari, M. H., Sadeghian, A., Khadivi, G., Mustafa, H. J., Javinani, A., Nadjmi, N., &
Khojasteh, A. (2024). Prevalence, trend, and associated risk factors for cleft lip
with/without cleft palate: a national study on live births from 2016 to 2021. BMC Oral
Health, 24(1). https://doi.org/10.1186/s12903-023-03797-z
James, O., Erinoso, O. A., Ogunlewe, A. O., Adeyemo, W. L., Ladeinde, A. L., & Ogunlewe,
M. O. (2020). Parental age and the risk of cleft lip and palate in a Nigerian population - A
case-control study. Annals of Maxillofacial Surgery, 10(2), 429433.
https://doi.org/10.4103/ams.ams_134_20
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 617
Mahamad Irfanulla Khan, A., Prashanth, C., & Srinath, N. (2020). Genetic etiology of cleft lip
and cleft palate. AIMS Molecular Science, 7(4), 328348.
https://doi.org/10.3934/molsci.2020016
Munger, R. G., Kuppuswamy, R., Murthy, J., Balakrishnan, K., Thangavel, G., Sambandam,
S., Kurpad, A. V., Molloy, A. M., Ueland, P. M., & Mossey, P. A. (2021). Maternal
Vitamin B12 Status and Risk of Cleft Lip and Cleft Palate Birth Defects in Tamil Nadu
State, India. Cleft Palate-Craniofacial Journal, 58(5), 567576.
https://doi.org/10.1177/1055665621998394
Ojha, L., Hamze, A., Al-Zoubi, R. M., Omri, A. El, Singh, K., Aboumarzouk, O. M., &
Alkhalil, M. (2023). Botulinum toxin to reduce cleft lip/palate scars after surgery and
improves scar quality in children: A systematic review and meta-analysis. Global
Pediatrics, 4, 100054. https://doi.org/10.1016/j.gpeds.2023.100054
Pisek, A., McKinney, C. M., Muktabhant, B., & Pitiphat, W. (2024). Maternal Metabolic Status
and Orofacial Cleft Risk: A Case-Control Study in Thailand. International Dental Journal.
https://doi.org/10.1016/j.identj.2024.02.005
Regina Altoé, S., Borges, Á. H., Neves, A. T. de S. C., Aranha, A. M. F., Borba, A. M.,
Espinosa, M. M., & Volpato, L. E. R. (2020). Influence of Parental Exposure to Risk
Factors in the Occurrence of Oral Clefts. Journal of Dentistry (Shiraz, Iran), 21(2), 119
126. https://doi.org/10.30476/DENTJODS.2019.77620.0
Rusdy, H., Isnandar, Siregar, I. B., & Veronica. (2022). Cleft lip and palate based on birth order
and family history at Mitra Sejati General Hospital, Indonesia. Dental Journal, 55(4), 221
225. https://doi.org/10.20473/J.DJMKG.V55.I4.P221-225
Sandy, J., Davies, A., Humphries, K., Ireland, T., & Wren, Y. (2020). Cleft lip and palate: Care
configuration, national registration, and research strategies. Journal of the World
Federation of Orthodontists, 9(3), S40S44. https://doi.org/10.1016/j.ejwf.2020.09.003
Sosiawan, A., Kurniati, M., Danudiningrat, C. P., Wahjuningrum, D. A., & Mulyawan, I.
(2021). The role of family history as a risk factor for non-syndromic cleft lip and/or palate
with multifactorial inheritance. In Dental Journal (Vol. 54, Issue 2, pp. 108112).
Universitas Airlangga, Faculty of Dental Medicine.
https://doi.org/10.20473/J.DJMKG.V54.I2.P108-112
Tian, M., Xiao, L., Jian, N., Wei, X., Liu, S., Zhao, H., Li, G., Zhang, S., Liang, W., Lin, N., &
Lin, X. (2019). Accurate diagnosis of fetal cleft lip/palate by typical signs of magnetic
resonance imaging. Prenatal Diagnosis, 39(10), 883889.
https://doi.org/10.1002/pd.5499
Vyas, T., Gupta, P., Kumar, S., Gupta, R., Gupta, T., & Singh, H. (2020a). Cleft of lip and
palate: A review. Journal of Family Medicine and Primary Care, 9(6), 2621.
https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc_472_20
Vyas, T., Gupta, P., Kumar, S., Gupta, R., Gupta, T., & Singh, H. (2020b). Cleft of lip and
palate: A review. Journal of Family Medicine and Primary Care, 9(6), 2621.
https://doi.org/10.4103/jfmpc.jfmpc_472_20
Yılmaz, H. N., Özbilen, E. Ö., & Üstün, T. (2019). The prevalence of cleft lip and palate
patients: A single-center experience for 17 years. Turkish Journal of Orthodontics, 32(3),
139144. https://doi.org/10.5152/TurkJOrthod.2019.18094
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 618
Yoshida, S., Takeuchi, M., Kawakami, C., Kawakami, K., & Ito, S. (2020). Maternal
multivitamin intake and orofacial clefts in offspring: Japan Environment and Children’s
Study (JECS) cohort study. BMJ Open, 10(3). https://doi.org/10.1136/bmjopen-2019-
035817