JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 593
Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Tinggi Pada Ibu Menopause Di Posyandu Desa Tangkilsari
Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang
Clairine Limpad Rosa Siwi
1*
, Sulistiyah
2
, Rifzul Maulina
3
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS. dr. Soepraoen Malang, Indonesia
1,2,3
Email: [email protected], [email protected], rifzulmaulina@itsk-
soepraoen.ac.id
ABSTRAK
Kata kunci: Ibu Menopause;
Hipertensi; Jus Wortel
Hipertensi merupakan kondisi di mana tekanan darah sistolik ≥
140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Salah satu
pendekatan non-farmakologi yang dapat digunakan untuk
mengurangi tekanan darah tinggi adalah dengan mengkonsumsi
wortel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
dampak pemberian jus wortel terhadap perubahan tekanan darah
pada wanita yang telah memasuki masa menopause. Jenis
penelitian yang digunakan adalah Quasy Eksperimental dengan
pendekatan One Group Pre test Post test design tanpa adanya
kelompok kontrol dengan melibatkan 16 partisipan. Data
univariat dianalisis dengan memperhitungkan distribusi dan
persentase dari nilai rata-rata tekanan darah sebelum dan setelah
pemberian jus wortel. Sedangkan, analisis data bivariat
dilakukan menggunakan uji paired T-test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah pada ibu
menopause sebelum konsumsi jus wortel adalah 156,44 / 95,75
mmHg, yang kemudian mengalami penurunan menjadi 135 /
84,44 mmHg setelah konsumsi jus wortel. Berdasarkan uji
paired T-test pada tekanan darah sistole didapatkan nilai p
sebesar 0,000 dan tekanan darah diastole didapatkan nilai p
sebesar 0,000, karena nilai p < 0,05 maka ada pengaruh
perubahan tekanan darah sesudah diberikan jus wortel.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penelitian jus wortel dapat menurunkan tekanan darah. Untuk
selanjutnya disarankan bagi posyandu lansia menggunakan jus
wortel sebagai alternatif pengobatan non farmakologi.
Keywords : Menopausal
mothers; Hypertension; Carrot
Juice
ABSTRACT
Hypertension is a condition in which systolic blood
pressure 140 mmHg and diastolic blood pressure 90
mmHg. One non-pharmacological approach that can be
used to reduce high blood pressure is to consume carrots.
This study aimed to evaluate the impact of giving carrot
juice on changes in blood pressure in women who have
entered menopause. The type of research used was
Experimental Quasy with One Group Pre-test Post-test
design approach without a control group involving 16
participants. Univariate data were analyzed, taking into
account the distribution and percentage of the average
blood pressure values before and after carrot juice
administration. Meanwhile, bivariate data analysis was
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 594
carried out using a paired T-test. The results showed that
the average blood pressure in menopausal mothers before
carrot juice consumption was 156.44 / 95.75 mmHg, which
then decreased to 135 / 84.44 mmHg after carrot juice
consumption. Based on the paired T-test on systole blood
pressure, a p value of 0.000 was obtained and diastole
blood pressure obtained a p value of 0.000, because the p
value < 0.05, there was an influence on changes in blood
pressure after being given carrot juice. Based on the
results of the study, it can be concluded that carrot juice
research can lower blood pressure. Furthermore, it is
recommended for elderly posyandu to use carrot juice as
an alternative to non-pharmacological treatment.
Correspondent Author: Clairine Limpad Rosa Siwi
Artikel dengan akses terbuka di bawah lisensi
Pendahuluan
Menjaga kesehatan pada masa menopause sangat penting karena wanita pada tahap ini
mengalami sejumlah perubahan fisik, hormonal, dan emosional yang dapat memengaruhi
kesejahteraan mereka. Menjaga kesehatan pada masa menopause sangat penting untuk
meningkatkan kualitas hidup, mencegah penyakit, dan mempersiapkan diri untuk masa tua yang
sehat dan bermakna.
Menopause adalah fase dimana seorang wanita berhenti menstruasi secara permanen.
Kondisi ini biasanya terjadi ketika seorang wanita mencapai usia pertengahan 40-50 tahun awal,
meskipun usia menopause bisa bervariasi secara individual. Menopause terjadi ketika ovarium
berhenti menghasilkan hormon estrogen dan progesteron secara teratur, menyebabkan
berhentinya siklus menstruasi (Suryoprajogo, 2019; Yuliastri dkk., 2022). Salah satu dampak
dari menopause adalah pergeseran hormon estrogen yang berubah dan meningkatnya hormon
kortisol. Hal ini menyebabkan wanita yang mengalami menopause cenderung lebih rentan
terhadap stres yang dapat berdampak pada peningkatan tekanan darah atau kondisi hipertensi.
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah dalam arteri tubuh menjadi terlalu
tinggi secara persisten. Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik mencapai
140 mmHg dan tekanan darah diastolik mencapai 90 mmHg (Manuntung, 2019). Jika
tekanan darah tinggi ini tidak diobati dengan cepat, hipertensi dapat meningkatkan risiko
berbagai penyakit serius, termasuk penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan masalah
kesehatan lainnya. Hipertensi memiliki tingkat kematian yang signifikan dan dapat
mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan (Fitri & Awaluddin, 2021).
Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 1,13 miliar orang di dunia
menderita hipertensi. Pada 2018, Riskesdas menyatakan bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia mencapai 34,1% dengan persentase perempuan sebesar 35,9% dan laki-laki sebesar
32,3%. Dari perempuan yang terkena hipertensi, sekitar 45,3% di antaranya berusia 40-55 tahun
(Kemenkes, 2018).
Wanita yang memasuki fase menopause menjadi lebih rentan terhadap munculnya
penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan osteoporosis. Hal ini
disebabkan oleh berhentinya fungsi hormon yang memainkan peran penting dalam
pembentukan tubuh wanita dan persiapan fungsi reproduksi seperti kehamilan dan persalinan.
Oleh karena itu, gejala umum yang muncul meliputi perasaan berdebar-debar, sulit tidur
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 595
(insomnia), keringat dingin pada malam hari, dan fluktuasi emosi. Menopause dapat menjadi
faktor risiko untuk perkembangan hipertensi pada wanita karena perubahan hormon yang
terjadi selama menopause dapat memengaruhi regulasi tekanan darah dan fungsi pembuluh
darah. Selain itu, penurunan kadar estrogen yang terjadi selama menopause juga dapat
berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk hipertensi (Agustina
w, 2022).
Penanganan hipertensi melibatkan dua pendekatan, yaitu penanganan dengan
penggunaan obat-obatan (farmakologi) dan tanpa penggunaan obat (non-farmakologi).
Penanganan farmakologi meliputi penggunaan obat antihipertensi seperti diuretik (Wijaya &
Putri, 2013), sementara penanganan non-farmakologi mencakup berbagai metode seperti
mengkonsumsi wortel (Awaluddin & Fitri, 2021).
Wortel adalah jenis sayuran yang populer dan tersedia untuk semua kalangan
masyarakat. Bahkan, disarankan untuk mengonsumsi wortel secara teratur, terutama untuk
mengatasi kekurangan vitamin A. Komponen yang dominan dalam wortel adalah vitamin A
dan beta-karoten. Dewi (2020) menyebutkan bahwa wortel kaya akan gizi, dengan umbinya
mengandung berbagai vitamin seperti A, B, C, D, E, dan K.
Wortel mengandung nutrisi yang memiliki efek menurunkan tekanan darah, termasuk
kalium, natirum, dan magnesium. Kandungan magnesium pada wortel berperan dalam
menurunkan tekanan darah, sementara kalium menyebabkan vasodilatasi yang menghasilkan
perubahan resistensi perifer. Dengan demikian, konsumsi kalium dari wortel dapat
memperlebar pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah (Sustrani dkk., 2015).
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 14 Desember 2023 di Posyandu Desa
Tangkilsari Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang data yang diperoleh yaitu keseluruhan ibu
menopause berjumlah 217 orang, yang aktif mengikuti posyandu lansia pada awal bulan
desember 2023 berjumlah 40 orang dan yang mengalami hipertensi berjumlah 22 orang.
Dari studi yang dilakukan oleh Laila dkk. (2019), ditemukan bahwa rata-rata tekanan
darah setelah mengkonsumsi jus wortel dalam jumlah 200 ml secara signifikan lebih rendah,
yaitu 136/80 mmHg. Dibandingkan sebelum mengkonsumsi jus wortel dalam jumlah yang
sama yaitu mencapai 161/100 mmHg (p < 0,00). Jus wortel diberikan sekali sehari pada pagi
hari selama periode 7 hari.
Temuan lainnya dari penelitian Andriani dkk. (2023) menunjukkan bahwa sebelum
konsumsi jus wortel rata-rata tekanan darah pada orang dengan hipertensi adalah 163,38/95
mmHg yang kemudian mengalami penurunan menjadi 150/90 mmHg setelah mengkonsumsi
jus wortel.
Salah satu gap penelitian yang dapat dieksplorasi adalah menentukan dosis yang optimal
dan durasi konsumsi jus wortel yang diperlukan untuk mencapai efek yang signifikan dalam
menurunkan tekanan darah pada ibu menopause. Selain itu kebaharuan dalam penelitian ini
adalah di hari keenam rata-rata tekanan darah sebagian dari responden sudah normal dan
pemberian jus wortel dapat dihentikan jika tekanan darah responden sudah normal.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti ingin mengevaluasi Pengaruh Pemberian Jus
Wortel Terhadap Perubahan Tekanan Darah Tinggi Pada Ibu Menopause di Posyandu Desa
Tangkilsari Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah eksperimental Quasi-Experimental dengan menggunakan
desain One Group Pretest-Posttest tanpa adanya kelompok kontrol, yang melibatkan
pengukuran tekanan darah sebelum (Pretest) dan setelah (Posttest) pemberian perlakuan berupa
konsumsi jus wortel.
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 40 ibu menopause yang menderita hipertensi dan
aktif mengikuti posyandu di Desa Tangkilsari, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang. Teknik
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 596
pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 16 orang dengan kriteria insklusi mencakup ibu menopause yang menderita
hipertensi dan sedang menjalani pengobatan hipertensi serta bersedia menjadi responden
penelitian, berusia antara 45 hingga 65 tahun dan memiliki tingkat kerjasama yang baik.
Sementara itu, kriteria eksklusi meliputi tidak bersedianya responden untuk menjadi sampel,
adanya komplikasi pada penderita hipertensi, dan ketidakkesukaan terhadap jus wortel.
Proses pengumpulan data diperoleh melalui pengukuran tekanan darah menggunakan
spygmomanometer digital, kuesioner dan lembar observasi. Analisa data univariat
menggunakan distribusi frekuensi dan analisa data bivariat menggunakan uji paired T-test.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Karakteristik Responden
Variabel
Frequensi
(f )
Persen
(%)
Usia
45 50 tahun
5
31.2
51 55 tahun
3
18.8
56 60 tahun
4
25.0
61 65 tahun
4
25.0
Jumlah
16
100.0
Pendidikan
SD
10
62.5
SMP
2
12.5
SMA
3
18.8
S1
1
6.2
Jumlah
16
100.0
Pekerjaan
Ibu rumah tangga
10
62.5
Swasta
3
18.8
Wiraswasta
3
18.8
Jumlah
16
100.0
Riwayat Hipertensi
3-5 bulan
6
37.5
6-8 bulan
7
43.8
9-12 bulan
1
6.2
> 12 bulan
2
12.5
Jumlah
16
100.0
Tabel 1 menunjukkan bahwa ibu menopause mayoritas berusia 45-50 tahun yaitu 5
responden (31,2%), sedangkan sebagian kecil berusia 51-55 tahun sebanyak 3 responden
(18,8%). Dari segi pendidikan mayoritas ibu menopause sebanyak 10 responden (62,5%) hanya
menamatkan sekolah dasar, sedangkan sebagian kecil 1 responden (6,2%) yang telah
menyelesaikan Perguruan Tinggi. Dari segi pekerjaan mayoritas ibu menopause 10 responden
(62,5%) adalah ibu rumah tangga sedangkan sebagian kecil ibu bekerja sebagai swasta dan
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 597
wiraswasta yaitu 3 responden (18,8%). Dari segi riwayat, mayoritas ibu menopause memiliki
riwayat hipertensi terlama sebanyak 7 orang (43,8%), dan riwayat terbaru sebanyak 1 orang
(6,2%).
Tabel 2 Karakteristik Tekanan Sistole Sebelum Pemberian Jus Wortel
Dari tabel 2, terlihat bahwa terdapat 5 orang (31,2%) memiliki tekanan sistolik berkisar
antara 140-150 mmHg, 7 orang dengan tekanan sistolik 151 -160 mmHg ( 43,8%), dan 4 orang
dengan tekanan sistolik 161 -170 mmHg (25,0%).
Tabel 1 Karakteristik Tekanan Sistole Sesudah Pemberian Jus Wortel
Berdasarkan tabel 3, terdapat responden yang tekanan sistolenya 124-135 mmHg
sebanyak 10 responden (62,5%), 136-145 mmHg sebanyak 3 responden ( 18,8%), dan sisanya
tekanan sistole 146 - 155 mmHg sebanyak 3 responden (18,8%).
Tabel 2 Karakteristik Tekanan Diastole Sebelum Pemberian Jus Wortel
Berdasarkan tabel 4, terdapat responden yang tekanan diastolenya 90 97 mmHg
sebanyak 9 responden (56,2%). Sedangkan sisanya tekanan diastole 98 105 mmHg
sebanyak 7 responden ( 43,8%).
Tabel 5 Karakteristik Tekanan Diastole Sesudah Pemberian Jus Wortel
Variabel
Frekuensi
Tekanan Sistole Sebelum Pemberian Jus Wortel
F
Tekanan Sistole
140 150 mmHg
5
151 160 mmHg
7
161 170 mmHg
4
Jumlah
16
Variabel
Frekuensi
Tekanan Sistole Sesudah Pemberian Jus Wortel
F
%
Tekanan Sistole
124 135 mmHg
10
62,5%
136 145 mmHg
3
18,8%
146 155 mmHg
3
18,8%
Jumlah
16
100
Variabel
Frekuensi
Tekanan Diastole Sebelum Pemberian Jus Wortel
F
%
Tekanan Diastole
90 97 mmHg
9
56,2%
98 105 mmHg
7
43,8%
Jumlah
16
100
Variabel
Frekuensi
Tekanan Diastole Sebelum Pemberian Jus Wortel
F
%
Tekanan Diastole
80 86 mmHg
11
68,8%
87 93 mmHg
5
31,2%
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 598
Berdasarkan tabel 5, terdapat responden yang tekanan diastolenya 80 - 86 mmHg sebanyak
11 responden (68,8%). Sedangkan sisanya tekanan diastole 87 - 93 mmHg sebanyak 5
responden ( 31,2%).
Tabel 6 Rata-rata Tekanan Darah Responden Sebelum Pemberian Jus Wortel di
Posyandu Desa Tangkilsari Kec.Tajinan Kab.Malang
Dari data dalam Tabel 6, ditemukan bahwa rata-rata tekanan darah pasien hipertensi
sebelum mereka mengkonsumsi jus wortel adalah 156.44/95.75 mmHg dengan nilai terendah
142/90 mmHg dan tertinggi 170/102 mmHg.
Tabel 7 Rata-Rata Tekanan Darah Responden Sesudah Pemberian Jus Wortel di
Posyandu Desa Tangkilsari Kec.Tajinan Kab.Malang
Pada tabel 7 didapatkan bahwa rata-rata tekanan darah sistole/diatole pada penderita
hipertensi sesudah diberikan jus wortel adalah 135.00/84.4 mmHg, dan nilai minimum 124/90
mmHg dan maksimal 150/90 mmHg.
Tabel 8 Analisis Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pada Ibu Menopause di Desa Tangkilsari Kec.Tajinan Kab.Malang
Variabel
N
Rata rata
SD
Sig. (2-tailed)
Tekanan darah sistole sebelum dan sesudah
pemberian jus wortel
16
21.438
4.131
0,000
Tekanan darah diastole sebelum dan sesudah
pemberian jus wortel
11.312
4.207
0,000
Dari Tabel 8, menunjukkan perubahan tekanan darah setelah pemberian jus wortel.
Terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 21,44 mmHg dan diastolik sebesar
11,31 mmHg. Dengan demikian, terbukti bahwa terdapat pengaruh pemberian jus wortel
terhadap perubahan tekanan darah pada ibu menopause di Desa Tangkilsari, Kecamatan
Tajinan, Kabupaten Malang.
Pembahasan
Mengidentifikasi Tekanan Darah Sebelum Pemberian Jus Wortel Pada Ibu Menopause
Di Desa Tangkilsari Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang
Hasil penelitian pada 16 partisipan menunjukkan bahwa berdasarkan Tabel 6, ditemukan
bahwa rata-rata tekanan darah pasien hipertensi sebelum mereka mengkonsumsi jus wortel
adalah 156.44/95.75 mmHg dengan nilai terendah 142/90 mmHg dan tertinggi 170/102 mmHg.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa para ibu mengalami hipertensi.
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih tinggi. Hipertensi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya konsumsi garam berlebih, kurang berolahraga,
obesitas, mengkonsumsi alkohol, faktor keturunan dan lingkungan (Oktafiani, 2023).
Jumlah
16
100
Variabel
N
Rata-rata
Min
Maks
SD
Sistole
16
156.44
142
170
8,877
Diastole
95.75
90
102
4,282
Variabel
N
Rata-rata
Min
Maks
SD
Sistole
16
135.00
142
150
8,922
Diastole
84.44
90
90
3,502
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 599
Hipertensi dan menopause adalah dua kondisi kesehatan yang sering kali terkait secara
kompleks pada wanita. Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang biasa terjadi pada orang
dewasa, tetapi prevalensinya cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Sementara itu,
menopause adalah tahap alami dalam kehidupan seorang wanita yang terjadi ketika ovarium
berhenti menghasilkan hormon secara teratur. Hubungan antara hipertensi dan menopause
disebabkan oleh perubahan hormonal yang signifikan selama masa transisi ke menopause.
Penurunan kadar estrogen yang terjadi selama menopause dapat memengaruhi regulasi tekanan
darah dan menyebabkan peningkatan risiko hipertensi pada wanita yang sebelumnya mungkin
tidak ada riwayat hipertensi. Selain itu, gejala menopause seperti hot flashes dan gangguan tidur
juga dapat mempengaruhi tekanan darah dan kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan.
Dengan demikian, penting untuk mengetahui keterkaitan antara hipertensi dan menopause serta
untuk mengelola kedua kondisi ini dengan serius untuk mempertahankan kesehatan yang
optimal pada wanita di usia menopause.
Menurut pandangan peneliti, semakin seseorang bertambah usia, semakin besar
kemungkinan mereka mengalami hipertensi karena sensitivitas terhadap kondisi tersebut
meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Hal ini terkait dengan proses degenerasi yang
terjadi pada tubuh saat menua. Selain itu, seiring bertambahnya usia, fungsi-fungsi organ tubuh
cenderung mengalami perubahan dan penurunan, termasuk penurunan fungsi jantung dan organ
tubuh lainnya.
Mengidentifikasi Perubahan Tekanan Darah Sesudah Pemberian Jus Wortel Pada Ibu
Menopause Di Desa Tangkilsari Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang
Hasil studi yang ditunjukkan pada tabel 7, rata-rata tekanan darah sistole/diatole pada
penderita hipertensi sesudah diberikan jus wortel adalah 135.00/84.4 mmHg, dan nilai minimum
124/90 mmHg dan maksimal 150/90 mmHg.
Pengelolaan hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu pengelolaan nonfarmakologi dan
farmakologi. Pengelolaan farmakologi melibatkan penggunaan obat antihipertensi (Wijaya &
Putri, 2013). Sedangkan pada non-farmakologi, dapat memanfaatkan alternatif alami seperti
buah dan sayuran.
Sayuran sering kali dianggap sebagai alternatif yang efektif dalam pengobatan hipertensi
karena kandungan nutrisi yang kaya dan rendah kalori. Berbagai jenis sayuran seperti bayam,
brokoli, kubis, wortel, dan sayuran hijau lainnya mengandung kalium, magnesium, serat, dan
antioksidan yang berkontribusi pada penurunan tekanan darah. Serat dalam sayuran dapat
membantu mengurangi absorbsi kolesterol dalam usus, yang juga dapat berdampak positif pada
kesehatan jantung dan pembuluh darah. Selain itu, sayuran rendah kalori dan lemak, sehingga
dapat membantu mengontrol berat badan, yang merupakan faktor risiko lainnya untuk tekanan
darah tinggi.
Wortel dapat memberikan manfaat bagi penderita hipertensi karena kandungan nutrisinya
yang kaya akan kalium dan antioksidan. Dengan mengonsumsi wortel secara teratur sebagai
bagian dari diet sehat, seseorang dapat mendapatkan manfaat nutrisi yang dapat membantu
menjaga kesehatan kardiovaskular dan mengelola tekanan darah.
Kalium dalam wortel memberikan manfaat khusus bagi penderita hipertensi. Konsumsi
wortel, yang kaya akan kalium, dapat membantu menurunkan tekanan darah karena kalium
berperan dalam regulasi tekanan darah. Selain itu, kalium juga memiliki efek vasodilator yang
dapat merelaksasi pembuluh darah, membantu mengurangi resistensi pembuluh darah, dan
akhirnya menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Dengan demikian, konsumsi wortel
sebagai sumber kalium dapat menjadi bagian dari pendekatan diet yang sehat untuk manajemen
hipertensi, bersama dengan peningkatan konsumsi buah dan sayuran lainnya yang kaya akan
kalium serta penurunan asupan garam (Fitri & Awaluddin, 2021).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 600
Menurut analisis peneliti, pemberian jus wortel secara rutin setiap hari selama periode 7
hari telah terbukti memberikan dampak positif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Temuan ini menandakan bahwa sebelum mendapatkan perlakuan, penderita
cenderung memiliki tekanan sistolik dan diastolik yang tinggi, tetapi setelah diberi perlakuan
terjadi penurunan signifikan dalam tekanan darah mereka. Hasil dari penelitian ini didukung
oleh temuan Nurma Fitri dan Awaluddin (2021), dari 15 partisipan terdapat penurunan tekanan
darah sistolik dari rata-rata 148,75/93,50 mmHg menjadi 133,00/86,25 mmHg.
Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Ibu
Menopause Di Desa Tangkilsari Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang
Menurut hasil uji statistik, rata-rata tekanan darah sebelumnya adalah 156.44/95.75
mmHg dan mengalami penurunan setelah mengkonsumsi jus wortel menjadi 135.00/84.4
mmHg. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa pemberian jus wortel mempengaruhi perubahan
tekanan darah pada ibu menopause di Desa Tangkilsari, Kecamatan Tajinan, Kabupaten
Malang.
Studi ini didukung oleh temuan Laila dkk. (2019) yang menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan pada tekanan darah sebelum dan setelah konsumsi jus wortel pada penderita
hipertensi. Basith (2013) menyatakan bahwa salah satu metode pengobatan nonfarmakologi
yang dapat digunakan dalam penanganan hipertensi adalah menggunakan wortel. Wortel adalah
jenis sayuran yang tumbuh di pegunungan dan dapat ditanam sepanjang tahun. Sayuran umbi
ini mudah ditemukan di pasar dan tidak tergantung pada musim panen.
Kandungan dalam wortel yang bermanfaat bagi penderita hipertensi adalah kalium, yaitu
mineral yang berperan penting dalam mengontrol tekanan darah (Nurdin dkk., 2020). Kalium
berfungsi sebagai diuretik yang efektif dalam menjaga keseimbangan cairan dan tekanan darah.
Efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh kalium menyebabkan penurunan total retensi cairan di
perifer dan peningkatan output jantung. Dengan meningkatnya konsentrasi kalium di dalam sel,
cairan cenderung ditarik dari lingkungan ekstraseluler yang akhirnya menurunkan tekanan
darah.
Konsumsi wortel dapat menjadi bagian penting dari pola makan sehat bagi wanita selama
masa menopause, terutama dalam mengontrol tekanan darah tinggi. Wortel mengandung
kalium, serat, dan antioksidan seperti beta-karoten yang semuanya memiliki efek positif dalam
menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Selain itu, serat dalam wortel dapat membantu
menurunkan absorbsi kolesterol dalam usus, yang juga dapat berkontribusi pada kesehatan
jantung dan menurunkan risiko hipertensi. Dengan mengkonsumsi wortel secara teratur sebagai
bagian dari diet seimbang, wanita menopause dapat mendapatkan manfaat nutrisi yang sehat
dalam mengelola risiko hipertensi. Namun, perlu diingat bahwa konsumsi wortel harus
dikombinasikan dengan gaya hidup sehat lainnya seperti olahraga teratur, manajemen stres, dan
pola makan yang seimbang untuk manajemen yang efektif dalam mengontrol tekanan darah
tinggi selama masa menopause.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti mengasumsikan bahwa dampak pemberian jus
wortel telah menunjukkan potensi dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Hal ini terutama terkait dengan kandungan kalium yang tinggi dalam wortel, yang dapat
membantu mengatur tekanan darah dengan mengurangi efek natrium dan merelaksasi pembuluh
darah. Selain itu, antioksidan seperti beta-karoten dalam wortel juga dapat memberikan manfaat
tambahan dengan melindungi pembuluh darah dari kerusakan oksidatif. Namun, sementara jus
wortel dapat menjadi bagian dari pendekatan non-farmakologi dalam manajemen hipertensi,
penting untuk diingat bahwa hal ini harus dikombinasikan dengan gaya hidup sehat lainnya
seperti diet rendah garam, olahraga teratur, dan manajemen stres untuk hasil yang optimal.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 601
Keterbatasan Penelitian Selama melakukan penelitian ini, peneliti masih memiliki
keterbatasan dalam melakukan penelitian yaitu saat peneliti melakukan door to door ada
beberapa responden tidak berada dirumah karena bekerja.
Kesimpulan
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian jus wortel memiliki potensi
dalam memberikan manfaat bagi ibu menopause di Desa Tangkilsari, Kecamatan Tajinan,
Kabupaten Malang. Ditemukan bahwa konsumsi jus wortel secara teratur dapat memberikan
dampak positif pada tekanan darah, yang merupakan aspek penting dalam manajemen kesehatan
ibu menopause. Kandungan nutrisi seperti kalium dan antioksidan dalam wortel dapat berperan
dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskular yang seringkali meningkat pada periode
menopause. Saran yang diajukan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk
penelitian selanjutnya mengenai pengaruh jus wortel terhadap perubahan tekanan darah pada
ibu menopause dan diharapkan dapat menyempurnakan penelitian sebelumnya dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang belum diteliti pada penelitian sebelumnya. Diharapkan
penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi bagi Institusi Pendidikan untuk mengembangkan
pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai adanya pengaruh senam lansia terhadap
penurunan tekanan darah pada ibu menopause. Diharapkan kepada Masyarakat khususnya yang
menderita hipertensi harus mulai mencoba menggunakan terapi-terapi non-farmakologi seperti
mengkonsumsi jus wortel untuk dapat menurunkan tekanan darah dibandingkan mengkonsumsi
obat antihipertensi dalam jangka waktu yang cukup panjang dan menjadi
ketergantungan.Diharapkan penelitian ini dapat dipertimbangkan dalam memberikan asuhan
kebidanan yang komprehensif pada pasien yang mengalami hipertensi.
Bibliografi
Agustina w. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi Pada Masa
Menopouse. Profesional Healty Journal, 4(1), 104104.
Andriani, D., Iting, I., & Damayanti, Y. (2023). Pengaruh Pemberian Jus Wortel (Daucus
Carota L.) terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Mahesa : Malahayati
Health Student Journal, 3(1), 225233. https://doi.org/10.33024/mahesa.v3i1.9196
Awaluddin, & Fitri, N. (2021). Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Kesehatan Maharatu, 3(1), 2939.
Basith, A. (2013). Kitab Obat Hijau: Cara-cara Ilmu Sehat Dengan Herbal. Tinta Madina.
Dewi, N. A. (2020). Pengaruh Pemberian Jus Wortel ((Daucus Carota L) terhadap Penurunan
Tekanan Darah Ibu Hamil di Puskesmas Sukabumi Kota Bandar Lampung Tahun 2020
[Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkarang]. http://repository.poltekkes-
tjk.ac.id/id/eprint/2629
Fitri, N., & Awaluddin. (2021). Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi Rawat Jalan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung
Bali. Prosiding Seminar Kesehatan Perintis, 2(1), 3646.
Kemenkes. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-
2018_1274.pdf
Laila, W., Nurhamidah, N., & Santika, L. (2019). Pengaruh Pemberian Jus Wortel Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 Lansia Umur 50-70 Tahun
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 602
di Wilayah Kerja Puskesmas Tapus Kabupaten Pasaman Timur. Prosiding Seminar
Kesehatan Perintis, 2(1), 129132.
Manuntung, A. (2019). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Wineka Media.
Nurdin, N., Syafrina, N., Rosali, M., Ellisa, E., & Putri, R. S. (2020). Pemanfaatan Jus Wortel
Terhadap Penderita Hipertensi di RT 002 RW 004 Kelurahan Taruk Dipo Kecamatan
Guguk Panjang Kota Bukit Tinggi. Empowering Society Journal, 1(1).
Oktafiani, A. (2023). Determinan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Bungkal Kota Sungai Penuh Tahun 2023 [Skripsi, Universitas Jambi].
https://repository.unja.ac.id/id/eprint/59296
Suryoprajogo, N. (2019). Tips Menyenangkan Menghadapi Menopause. Jawa Tengah: Desa
Pustaka Indonesia. http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/2629
Sustrani, L., Hadibroto, I., & Alam, S. (2015). Hipertensi. Gramedia Pustaka Utama.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Nuha Medika.
Yuliastri, D., Ariandini, S., & Rahmadini, A. F. (2022). Hubungan Pengetahuan dan Silap Ibu
dengan Kecemasan Menghadapi Menopause di Desa Buniwangi. Journal of Public Health
Innovation, 2(02), 123132. https://doi.org/10.34305/jphi.v2i02.417