Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6 No. 2, Juli 2024 | 599
Hipertensi dan menopause adalah dua kondisi kesehatan yang sering kali terkait secara
kompleks pada wanita. Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang biasa terjadi pada orang
dewasa, tetapi prevalensinya cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Sementara itu,
menopause adalah tahap alami dalam kehidupan seorang wanita yang terjadi ketika ovarium
berhenti menghasilkan hormon secara teratur. Hubungan antara hipertensi dan menopause
disebabkan oleh perubahan hormonal yang signifikan selama masa transisi ke menopause.
Penurunan kadar estrogen yang terjadi selama menopause dapat memengaruhi regulasi tekanan
darah dan menyebabkan peningkatan risiko hipertensi pada wanita yang sebelumnya mungkin
tidak ada riwayat hipertensi. Selain itu, gejala menopause seperti hot flashes dan gangguan tidur
juga dapat mempengaruhi tekanan darah dan kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan.
Dengan demikian, penting untuk mengetahui keterkaitan antara hipertensi dan menopause serta
untuk mengelola kedua kondisi ini dengan serius untuk mempertahankan kesehatan yang
optimal pada wanita di usia menopause.
Menurut pandangan peneliti, semakin seseorang bertambah usia, semakin besar
kemungkinan mereka mengalami hipertensi karena sensitivitas terhadap kondisi tersebut
meningkat sejalan dengan pertambahan usia. Hal ini terkait dengan proses degenerasi yang
terjadi pada tubuh saat menua. Selain itu, seiring bertambahnya usia, fungsi-fungsi organ tubuh
cenderung mengalami perubahan dan penurunan, termasuk penurunan fungsi jantung dan organ
tubuh lainnya.
Mengidentifikasi Perubahan Tekanan Darah Sesudah Pemberian Jus Wortel Pada Ibu
Menopause Di Desa Tangkilsari Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang
Hasil studi yang ditunjukkan pada tabel 7, rata-rata tekanan darah sistole/diatole pada
penderita hipertensi sesudah diberikan jus wortel adalah 135.00/84.4 mmHg, dan nilai minimum
124/90 mmHg dan maksimal 150/90 mmHg.
Pengelolaan hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu pengelolaan nonfarmakologi dan
farmakologi. Pengelolaan farmakologi melibatkan penggunaan obat antihipertensi (Wijaya &
Putri, 2013). Sedangkan pada non-farmakologi, dapat memanfaatkan alternatif alami seperti
buah dan sayuran.
Sayuran sering kali dianggap sebagai alternatif yang efektif dalam pengobatan hipertensi
karena kandungan nutrisi yang kaya dan rendah kalori. Berbagai jenis sayuran seperti bayam,
brokoli, kubis, wortel, dan sayuran hijau lainnya mengandung kalium, magnesium, serat, dan
antioksidan yang berkontribusi pada penurunan tekanan darah. Serat dalam sayuran dapat
membantu mengurangi absorbsi kolesterol dalam usus, yang juga dapat berdampak positif pada
kesehatan jantung dan pembuluh darah. Selain itu, sayuran rendah kalori dan lemak, sehingga
dapat membantu mengontrol berat badan, yang merupakan faktor risiko lainnya untuk tekanan
darah tinggi.
Wortel dapat memberikan manfaat bagi penderita hipertensi karena kandungan nutrisinya
yang kaya akan kalium dan antioksidan. Dengan mengonsumsi wortel secara teratur sebagai
bagian dari diet sehat, seseorang dapat mendapatkan manfaat nutrisi yang dapat membantu
menjaga kesehatan kardiovaskular dan mengelola tekanan darah.
Kalium dalam wortel memberikan manfaat khusus bagi penderita hipertensi. Konsumsi
wortel, yang kaya akan kalium, dapat membantu menurunkan tekanan darah karena kalium
berperan dalam regulasi tekanan darah. Selain itu, kalium juga memiliki efek vasodilator yang
dapat merelaksasi pembuluh darah, membantu mengurangi resistensi pembuluh darah, dan
akhirnya menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Dengan demikian, konsumsi wortel
sebagai sumber kalium dapat menjadi bagian dari pendekatan diet yang sehat untuk manajemen
hipertensi, bersama dengan peningkatan konsumsi buah dan sayuran lainnya yang kaya akan
kalium serta penurunan asupan garam (Fitri & Awaluddin, 2021).