JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 627
Hubungan Perilaku Kesehatan terhadap Karies Gigi Kriteria ICDAS di Desa
Melahing Kota Bontang
Denti Diastuti
1*
, Masyhudi
2
, Krispinus Duma
3
Universitas Mulawarman, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia
ABSTRAK
Kata Kunci:
Karies gigi menjadi bukti tidak terjaganya kondisi gigi dan
mulut masyarakat, dengan prevalensi yang cukup tinggi di
Indonesia, mencapai 48% di Provinsi Kalimantan Timur.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki
keterkaitan antara prilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut
dengan insiden karies pada penduduk Desa Melahing Kota
Bontang. Metode yang digunakan adalah penelitian
observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional,
dilakukan di Desa Melahing Kota Bontang. Jumlah populasi
adalah 261 orang, dengan sampel sebanyak 72 orang yang
telah memberikan persetujuan melalui informed consent.
Data dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan melalui
pemeriksaan klinis rongga mulut menggunakan kriteria
ICDAS untuk mengukur kedalaman karies. Hasil analisis
data menggunakan uji chi square pada SPSS versi 26
menunjukkan bahwa perilaku kesehatan gigi dan mulut
masyarakat mayoritas dikategorikan sebagai buruk (72,2%),
dan tingkat kejadian karies email di Desa Melahing mencapai
59,7%. Berdasarkan uji chi square, ditemukan hubungan
yang signifikan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut
dengan karies gigi pada masyarakat Desa Melahing Kota
Bontang, dengan nilai p = 0,035 (p < 0,05) dan odds Ratio
sebesar 3,7. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara prilaku menjaga kesehatan gigi dan
mulut dengan kejadian karies di Desa Melahing Kota
Bontang; di mana individu yang memiliki prilaku yang
kurang baik memiliki risiko 3,7 kali lebih tinggi mengalami
karies email dibandingkan dengan mereka yang memiliki
prilaku yang baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
ABSTRACT
Dental caries is evidence of the unmaintained condition of
the teeth and mouth of the community, with a fairly high
prevalence in Indonesia, reaching 48% in East Kalimantan
Province. The purpose of this study was to investigate the
relationship between the behavior of maintaining dental and
oral health with the incidence of caries in residents of
Melahing Village, Bontang City. The method used is an
analytical observational study with a cross-sectional
approach, conducted in Melahing Village, Bontang City. The
total population is 261 people, with a sample of 72 people
who have given consent through informed consent. Data
Pemeriksaan gigi;
Masyarakat desa
Keywords:
Dental Examination:
Villagers
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 628
were collected through questionnaire filling and clinical
examination of the oral cavity using ICDAS criteria to
measure the depth of caries. The results of data analysis
using the chi-square test in SPSS version 26 showed that most
people's dental and oral health behavior was categorized as
bad (72.2%), and the incidence rate of email caries in
Melahing Village reached 59.7%. Based on the chi-square
test, a significant relationship was found between dental and
oral health behavior with dental caries in the people of
Melahing Village, Bontang City, with a p-value = 0.035 (p <
0.05) and an odds ratio of 3.7. Therefore, it can be concluded
that there is a relationship between the behavior of
maintaining dental and oral health and the incidence of
caries in Melahing Village, Bontang City; Where individuals
who have poor behavior have a 3.7 times higher risk of
experiencing email caries compared to those who have good
behavior in maintaining healthy teeth and mouth
Coresponden Author: Denti Diastuti
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Karies gigi merupakan infeksi umum dalam rongga mulut yang dapat terjadi mulai
dari masa bayi hingga usia tua (Yekti & Turnip, 2022). Ini merupakan kondisi di mana
jaringan keras gigi, seperti email dan dentin, mengalami kerusakan progresif karena
aktivitas metabolik bakteri dalam plak gigi, dipengaruhi oleh tiga faktor yang terkait: pola
makan, inang, dan bakteri (Sinamo, 2021). Kondisi kesehatan gigi dan mulut bisa
dipengaruhi oleh banyak hal, seperti kebiasaan, lingkungan, pelayanan medis, dan unsur
genetik. Di negara seperti Indonesia yang masih berkembang, perilaku menjadi faktor
kunci yang memengaruhi kesehatan gigi dan mulut individu (Senjaya & Yasa, 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati dkk. (2021) menunjukkan bahwa hanya
sekitar 2,8% penduduk Indonesia yang menjalankan perilaku menyikat gigi dengan benar.
Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan bahwa perilaku memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat prevalensi karies gigi. Perilaku memegang peran penting
dalam menjaga kesehatan mulut, dan jika perawatan tidak memadai, gigi lebih rentan
terhadap kerusakan (Putri Sari dkk., 2019).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani (2016), masalah kerusakan gigi
telah menjadi perhatian global, dimana sebagian besar kasus, sekitar 80-90%, terjadi pada
anak-anak yang berusia di bawah 18 tahun. Berdasarkan studi tentang Beban Penyakit
Global tahun 2016, masalah kesehatan gigi dan mulut, khususnya kerusakan gigi,
memiliki dampak yang luas di hampir setengah populasi dunia, dengan jumlah mencapai
sekitar 3,58 miliar orang. Hasil studi yang dilakukan oleh Marcenes pada tahun 2017
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 629
menunjukkan bahwa masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu isu yang
paling sering dihadapi oleh masyarakat, dengan tingkat kejadian yang tinggi. Karies gigi
pada gigi permanen yang tidak diobati merupakan masalah paling umum yang
memengaruhi sekitar 2,5 miliar individu di berbagai belahan dunia (Dye, 2017).
Prevalensi masalah kerusakan gigi di Indonesia menjadi fokus perhatian yang serius.
Menurut laporan dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), insiden kerusakan gigi di
Indonesia mencapai 53,2% pada tahun 2013, meningkat menjadi 88,8% pada tahun 2018.
Di Kalimantan Timur, angka prevalensi mencapai 48%, sementara di Kota Bontang
mencapai 41,57% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati dkk. (2023) menegaskan
bahwa ada korelasi antara kebiasaan menyikat gigi dan kerusakan gigi. Sesuai dengan
teori Bloom, kebersihan gigi dan mulut dipengaruhi oleh empat faktor utama: perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetika. Sementara itu, aspek pengetahuan,
termasuk pengetahuan tentang teknik menyikat gigi, juga memiliki peran signifikan
dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut (Aqidatunisa dkk., 2022; Sholiha dkk., 2021).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perilaku memiliki peran krusial dalam
memelihara kesehatan mulut.. Untuk menciptakan perilaku sehat maka perilaku buruk
harus diubah (Saptiwi dkk., 2019).
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan sebelumnya mendapatkan
hasil yaitu mayoritas penduduk Desa Melahing jarang mendapat perawatan gigi
dikarenakan keterbatasan akses untuk mencapai desa tersebut sehingga perhatian dan
pengetahuan terhadap menjaga kebersihan gigi dan mulut menurun. Sehingga diperlukan
adanya solusi dan intervensi dari permasalahan agar dapat menurunkan angka kejadian
karies di Desa Melahing. Berdasarkan faktor perilaku yang mempengaruhi status kesehatan
gigi dan mulut, peneliti akan melihat hubungan perilaku kesehatan terhadap karies gigi di
Desa Melahing Kota Bontang.
Metode Penelitian
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional
analitik dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan pengumpulan data secara
bersamaan. Penelitian menggunakan data primer yang terdiri dari kuesioner dan hasil
pemeriksaan klinis pada penduduk Kelurahan Melahin Kota Bontang untuk mengevaluasi
kerusakan gigi. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability
sampling, terutama menggunakan jenis purposive sampling, di mana sampel dipilih
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Kriteria inklusi
mencakup penduduk Kelurahan Melahin berusia antara 6 dan 50 tahun yang memberikan
persetujuan melalui formulir informed consent. Kriteria eksklusi mencakup pasien yang
tidak memiliki gigi dan tidak memiliki niat untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Penelitian dilakukan pada bulan November 2023 di Kelurahan Melahin Kota Bontang
dengan total sampel sebanyak 72 orang. Data diolah menggunakan perangkat lunak
Microsoft Excel 2019 dan SPSS versi 26.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 630
Instrumen penelitian berupa kuesioner dan lembar status kesehatan gigi.
Sebelumnya, peserta diminta menunjukkan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam
penelitian dengan menandatangani formulir persetujuan. Dilanjutkan dengan wawancara
dengan kuesioner, setelah itu dilakukan pemeriksaan rongga mulut responden dengan alat
diagnostik oral untuk mengukur kerusakan gigi dengan kriteria ICDAS. Sistem
pemeriksaan ini memanfaatkan penilaian kode dengan skala skor 0 hingga 6 yang
mencerminkan tingkat keparahan masalah yang dievaluasi. Metode ini dikembangkan
oleh dokter gigi dan akademisi dari berbagai institusi kedokteran gigi di Eropa dan
Amerika. Ini dapat digunakan secara efektif bila diukur menggunakan metode deteksi
karies. Cara ini memerlukan pemeriksaan yang detail dan memakan waktu yang lama
untuk menghitung skor dari munculnya bercak putih pada gigi (Ahmad dkk., 2017);
Khattak et all., 2019). Perilaku kesehatan gigi dikelompokkan berdasarkan penilaian dari
hasil kuesioner yang mencakup kebiasaan menyikat gigi, frekuensi, teknik, varian sikat
gigi dan jenis pasta gigi yang dipilih, dan kunjungan ke dokter gigi. Selanjutnya, data dari
kuesioner dianalisis menjadi kategori baik dan buruk; kategori baik jika nilainya lebih
dari median, dan kategori buruk jika nilainya sama dengan atau kurang dari median.
Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 72 responden di Desa
Melahin dan melakukan pengamatan langsung pada mulut dilakukan. kemudian data
tersebut dianalisis menggunakan uji statistik chi-square untuk mengevaluasi hubungan
antara perilaku kesehatan gigi dan kejadian karies gigi di masyarakat Desa Melahin.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pendidikan
Karakteristik
responden
Frekuensi responden dengan tingkat
keparahan karies berdasarkan ICDAS
Jumlah
karies email (D1)
karies dentin (D2)
%
n
%
n
%
Jenis Kelamin
Laki-laki
37,5
17
23,6
44
61,1
Perempuan
22,2
12
16,7
28
23,9
Total
59,7
29
40,3
72
100
Umur
5-14
23,8
6
8,4
23
32,2
15-24
9,8
6
8,4
13
18,2
25-34
7,0
6
8,4
11
15,4
35-44
15,4
7
9,8
18
25,2
45-54
4,2
4
5,6
7
9,8
Total
60,2
29
40,6
72
100
Pendidikan
Tidak sekolah
4,2
0
0
3
4,2
SD
22,2
13
11,7
29
40,3
SMP
8,3
1
1,4
7
9,7
SMA
20,8
13
18,1
28
38,9
Perguruan tinggi
4,2
2
2,8
5
6,9
Total
59,7
29
46,6
72
100
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 631
Karakteristik dari 72 peserta dibagi berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat
pendidikan. Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki dengan
persentase sebesar 61,1%, sementara responden perempuan mencapai 23,9%. Kelompok
usia terbanyak berada pada rentang usia 5-14 tahun, sementara kelompok usia yang paling
sedikit adalah pada rentang usia 45-54 tahun. Kategori pendidikan didapatkan masyarakat
Desa Melahing paling banyak berpendidikan sekolah dasar sebanyak 40,3% dan paling
sedikit berpendidikan tidak sekolah sebanyak 4,2%.
Menurut, (Harsyaf, 2018), individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi
cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang kesehatan gigi dibandingkan
dengan yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat
meningkatkan pemahaman dan wawasan seseorang, yang kemudian dapat memengaruhi
kebiasaan hidup sehat. Blum (1974) juga menyatakan bahwa orang dengan status sosial
ekonomi yang lebih tinggi melalui pendidikan memiliki kecenderungan untuk memiliki
pengetahuan yang lebih mendalam tentang kesehatan gigi serta dapat menunjukkan status
kesehatan yang lebih baik.
Tabel 2 Respondents' dental and oral health behaviors
No
Pertanyaan
Jawaban
Benar
Salah
n
%
n
%
1
Apakah anda menyikat gigi dilakukan
sekurang-kurangnya 2x/sehari
59
81,9
13
18,1
2
Apakah anda menyikat gigi setelah
sarapan pagi dan malam sebelum tidur
48
66,7
24
33,3
3
Apakah anda menyikat gigi saat mandi
saja (pagi dan sore)
37
51,4
35
48,6
4
Menyikat gigi sebelum tidur tidak perlu
dilakukan
51
70,8
21
29,2
5
Apakah anda menyikat gigi menggunakan
pasta gigi yang mengandung flour
61
84,7
11
15,3
6
Apakah anda menyikat gigi dengan
gerakan maju mundur dilakukan pada sisi
pengunyahan saja semua gigi atas dan
bawah
27
37,5
45
62,5
7
Apakah anda menyikat gigi maju mundur
pada sisi pengunyahan, sisi luar gigi, dan
sisi dalam gigi
28
38,9
44
61,1
8
Sikat gigi yang baik adalah tangkai lurus
dan bulu sikatnya rata
42
58,3
30
41,7
9
Pemakaian sikat gigi sebaiknya
menggunakan sikat gigi milik bersama
56
77,8
16
22,2
10
Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan
setiap 6 bulan sekali
15
20,8
57
79,2
Tabel 2 menampilkan hasil pengukuran perilaku responden secara rinci, termasuk
total skor untuk setiap pertanyaan. Perilaku yang menunjukkan tingkat skor yang tinggi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 632
dalam hal menyikat gigi adalah kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari dan menggunakan
pasta gigi yang mengandung fluor. Jumlah responden yang melakukan kedua perilaku
tersebut adalah 59 dan 61 orang, sementara hanya 15 orang yang rutin melakukan
kunjungan ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Namun, masih ada beberapa aspek
perilaku kesehatan gigi yang perlu diperbaiki, seperti kebiasaan menyikat gigi hanya saat
mandi. Ada 37 orang yang menyikat gigi dua kali sehari namun hanya saat mandi, dan
beberapa responden tidak konsisten menyikat gigi sebelum tidur. Menurut Rasni dkk.
(2020), waktu yang paling penting untuk membersihkan gigi adalah sebelum tidur malam,
karena produksi air liur menurun saat tidur sehingga menyebabkan mulut menjadi kering
dan memungkinkan bakteri berkembang biak dari sisa makanan, mengakibatkan
penumpukan plak yang tidak optimal.
Keefektifan menyikat gigi juga dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Metode
kombinasi melibatkan beberapa gerakan dalam menyikat gigi, seperti gerakan horizontal,
vertikal, dan sirkular. Kombinasi gerakan ini, khususnya metode sirkular, horizontal, dan
vertikal, dianggap sebagai cara paling efektif dalam menyikat gigi (Rasni dkk., 2020).
Selain itu, pemilihan sikat gigi juga penting untuk memastikan efektivitas pembersihan.
Bentuk sikat gigi yang tepat dapat memengaruhi hasil akhir dari aktivitas menyikat gigi.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan termasuk bentuk tangkai yang tegak, ukuran kepala
sikat yang cocok dengan mulut individu, kekerasan bulu sikat yang moderat, dan
permukaan bulu sikat yang rata. Menurut ADA (American Dental Association),
disarankan untuk menyikat gigi dua kali sehari menggunakan sikat gigi berbulu lembut
(Avifah dkk., 2022). Selain itu, direkomendasikan untuk mengganti sikat gigi setiap tiga
bulan karena umumnya, setelah periode tersebut, sikat gigi kehilangan efektivitasnya
dalam membersihkan gigi secara optimal (Juniarti & Santik, 2017).
Gambar 1 Gambaran perilaku kesehatan gigi
dan mulut responden
Gambar 2 Gambaran karies gigi responden
Gambar 1 memperlihatkan perilaku kesehatan gigi dan mulut responden dari hasil
kuesioner pada tabel 2, hasilnya menunjukan sebagian besar responden memiliki perilaku
kesehatan gigi dan mulut yang buruk (52 responden). Gambar 2 memperlihatkan tingkat
kedalaman karies gigi responden yang diukur menggunakan kriteria ICDAS, hasilnya
menunjukan lebih banyak responden yang menderita karies gigi sedalam dentin (43
responden).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 633
Tabel 3 Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies
Perilaku
Kesehatan
Karies Gigi
Total
OR
P-
Value
Karies dentin (D2)
Karies email
(D1)
n
%
n
%
n
%
Buruk
25
34,7
27
37,5
52
72,2
3,7
0,035
Baik
4
5,6
16
22,2
20
27,8
Total
29
40,3
43
59,7
72
100
Temuan dari penelitian ini mengindikasikan bahwa tindakan kesehatan gigi dan
mulut masyarakat Desa Melahing dalam kategori buruk sebesar 72,2 % (52 responden)
dan dalam kategori baik sebesar 27,8 % (20 responden). Penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian (Yamamoto dkk., 2014) yang menyebutkan bahwa persentase pada laki-
laki yang bekerja sebagai pekerja pertanian/kehutanan/nelayan memiliki perilaku
kesehatan mulut yang buruk sebesar 55,7%, dan persentase pada perempuan yang bekerja
sebagai pekerja pertanian/kehutanan/nelayan memiliki perilaku kesehatan mulut yang
buruk sebesar 60%. Salah satu kemungkinannya adalah aksesibilitas terhadap pelayanan
kesehatan bervariasi menurut pekerjaan, selain itu juga jumlah klinik gigi di daerah
perkotaan lebih banyak dibandingkan daerah pedesaan, dan kurangnya informasi
mengenai kesehatan gigi dan mulut.
Salah satu faktor risiko yang diketahui menyebabkan masalah gigi dan mulut adalah
kurangnya kepatuhan terhadap perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut (Rakhmawati
dkk., 2020). Perilaku kesehatan tersebut mencakup tiga dimensi utama, yaitu
pengetahuan, sikap, dan tindakan (Mariati dkk., 2023). Pengetahuan yang dimiliki
seseorang dapat memengaruhi pilihan perilaku kesehatan yang diadopsinya, sementara
sikap dan pengetahuan berperan penting dalam menentukan keputusan individu terhadap
perawatan kesehatannya (Rakhmawati dkk., 2020). Fitri dkk. (2017) mencatat bahwa
faktor-faktor seperti ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan juga berpengaruh
terhadap perilaku individu. Misalnya, masyarakat Desa Melahing, yang tinggal di
wilayah terpencil di tengah laut, mungkin menghadapi tantangan aksesibilitas terhadap
layanan kesehatan. Kesulitan ini dalam mengakses layanan kesehatan dapat menjadi
faktor yang memengaruhi upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Selain itu,
lingkungan tempat tinggal juga memainkan peran penting dalam membentuk perilaku
kesehatan gigi dan mulut, karena lingkungan tersebut dapat memberikan pengalaman
yang memengaruhi cara individu memandang dan merawat kesehatan gigi dan mulut
mereka.
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square karena tidak ada sel yang
memiliki nilai expect count kurang dari 5 melebihi 20% dari jumlah sel. Pada uji statistik
menunjukan bahwa terdapat hubungan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan
karies gigi pada masyarakat di Desa Melahing Kota Bontang dengan nilai p=0,035. Odds
Ratio yang didapatkan adalah sebesar 3,7. Hal ini dapat diartikan bahwa perilaku
kesehatan buruk mempunyai risiko 3,7 kali lebih besar untuk menderita karies email dari
pada yang memiliki perilaku kesehatan baik.
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 634
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara perilaku kesehatan gigi
dan mulut dengan kejadian karies di kalangan penduduk Desa Melahing. Sebanyak 73,6%
(53 responden) dari populasi memiliki perilaku kesehatan gigi dan mulut yang kurang
baik, sedangkan 26,4% (19 responden) menunjukkan perilaku yang baik. Setelah
dilakukan uji chi square dengan tingkat signifikansi α: 0,05, didapatkan nilai uji sebesar
0,035. Karena nilai uji tersebut lebih kecil dari nilai α yang ditetapkan, dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kesehatan gigi dan mulut
dengan kejadian karies pada penduduk Desa Melahing di Kota Bontang.
Penelitian ini sejalan dengan temuan yang diungkapkan dalam penelitian oleh
Panjaitan dkk. (2018), Rohimi dkk. (2018), dan Tanjung (2021), yang menunjukkan
adanya korelasi antara perilaku kesehatan gigi dan mulut dengan karies. Hasil dari
perilaku yang tidak baik, menurut peneliti, disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat kesehatan gigi mereka. Selain itu,
dukungan dari lingkungan juga dianggap penting, namun karena lokasi mereka yang
terpencil dan jauh dari daratan, masyarakat sulit untuk mengakses layanan kesehatan gigi
dengan baik. Sebagian besar penduduk Desa Melahing cenderung untuk mengobati
masalah gigi sendiri ketika sakit, sehingga jarang mengunjungi fasilitas kesehatan.
Kurangnya perilaku ini bisa dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat
(Rohimi et al., 2018). Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhan dkk. (2016), yang menunjukkan adanya korelasi antara pengetahuan dan
kesehatan gigi serta mulut.
Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat tidak secara
rutin melakukan pemeriksaan gigi setiap 6 bulan ke dokter gigi. Kemungkinan hal ini
disebabkan oleh ketidakpahaman akan pentingnya merawat kesehatan gigi, serta
kesulitan akses ke fasilitas kesehatan karena lokasi desa yang terletak di tengah laut.
Melakukan pemeriksaan gigi secara teratur setiap 6 bulan ke dokter gigi adalah faktor
luar yang sangat penting dalam merawat kesehatan gigi dan mulut. Dokter gigi memiliki
peran penting dalam mendeteksi dan menangani masalah gigi dan mulut secara dini
(Anindita dkk., 2018).
Meskipun mayoritas responden menunjukkan perilaku kesehatan gigi dan mulut
yang sesuai berdasarkan hasil kuesioner, namun masih ada beberapa informasi yang
kurang dipahami oleh sebagian besar dari mereka. Salah satu informasi yang kurang
diketahui adalah waktu yang tepat untuk menyikat gigi, karena separuh dari responden
menyatakan bahwa mereka menyikat gigi saat mandi sore saja. Hal ini disebabkan oleh
persepsi responden bahwa waktu menyikat gigi tidak begitu penting,
yaitu tidak perlu dilakukan langsung setelah makan pagi dan sebelum tidur. Namun,
penting untuk menyikat gigi pada waktu yang sesuai untuk menghilangkan sisa makanan
atau kotoran yang menempel pada gigi (Mariati dkk., 2023). Waktu disarankan untuk
menyikat gigi beberapa saat setelah makan untuk memberi waktu bagi enzim pencernaan
di dalam mulut untuk bekerja, serta sebelum tidu. Melakukan penyikatan gigi setelah
makan dapat membantu menghilangkan sisa makanan dan mengembalikan pH rongga
mulut kembali normal (Juniarti & Santik, 2017).
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 635
Keterbatasan saat melakukan penelitian menggunakan kuesioner adalah saat
dilakukan wawancara dengan responden beberapa responden kurang memahami
pertanyaan dari kuesioner sehingga perlu dibacakan dengan jelas.
Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah masyarakat di Desa Melahing Kota Bontang
memiliki karies gigi sedalam email sebesar 59,7%, kejadian karies ini disebabkan karena
perilaku kesehatan gigi yang buruk. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan maka
terdapat hubungan antara perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian
karies gigi di kalangan penduduk Desa Melahing Kota Bontang. Saran, bagi instansi
kesehatan dan dokter gigi, asyarakat dapat meningkatkan kesadarannya mengenai
perilaku kesehatan gigi melalui penyuluhan, edukasi atapun media yang lain dari
puskesmas atau dokter gigi setempat. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut terkait faktor lain yang dapat menyebabkan karies gigi di Desa
Melahing Kota Bontang.
Daftar Pustaka
Ahmad, A., Aripin, D., & Yondri, L. (2017). Description of Dental Caries and Effects of
Foods on Tooth Destruction in Skulls of Pawon Man. Purbawidya: Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Arkeologi, 6(2), 131. https://doi.org/10.24164/pw.v6i2.207
Anindita, Y., Kiswaluyo, K., & Handayani, A. T. W. (2018). Hubungan Tingkat
Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Karies pada Nelayan di Pesisir Pantai Watu Ulo
Kabupaten Jember. Pustaka Kesehatan, 6(2), 345.
https://doi.org/10.19184/pk.v6i2.8654
Aqidatunisa, H. A., Hidayati, S., & Ulfah, S. F. (2022). Hubungan Pola Menyikat Gigi
Dengan Kebersihan Gigi Dan Mulut Pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Skala
Kesehatan, 13(2), 105112. https://doi.org/10.31964/jsk.v13i2.366
Avifah, A. U., Hadi, S., & Larasati, R. (2022). Gambaran Pengetahuan Orangtua Siswa
tentang Pemilihan Sikat Gigi di MI Sendang Drajat Kabupaten Ponorogo. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Gigi (JIKG), 3(2), 242250.
https://www.ejurnal.poltekkestasikmalaya.ac.id/index.php/jikg/article/view/905
Fitri, A. B., Zubaedah, C., & Wardani, R. (2017). Hubungan Pengetahuan dengan sikap
pemeliharaan Kesehatan Gigi dan mulut siswa Pondok Pesantren Salafiyah Al-
Majidiyah. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 29(2).
https://doi.org/10.24198/jkg.v29i2.18587
Harsyaf, C. C. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Pengetahuan Dan
Sikap Orang Tua Terhadap Status Karies Molar Pertama Permanen Siswa Kelas Iii
Sd Negeri 25 Lubuk Lintah Kecamatan Kuranji Kota Madya Padang. Menara Ilmu:
Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah, 2.
Juniarti, D., & Santik, Y. D. P. (2017). Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan
Status Karies. 1(1), 8388. https://journal.unnes.ac.id/sju/higeia/article/view/13998
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 636
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Riskesdas 2018. Kementerian
Kesehatan RI. https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-
jantung-penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-indonesia.html
Mariati, N. W., Wowor, V. N. S., & Tasya, M. (2023). Hubungan Tingkat Pengetahuan
dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Usia Sekolah di Desa Wori. e-GiGi, 12(2),
199206. https://doi.org/10.35790/eg.v12i2.51333
Nurhayati, S., Nurwati, B., & Isnawati, I. (2023). Hubungan Perilaku Menyikat Gigi
Masyarakat Desa Jati Baru Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Terhadap
Kejadian Karies Gigi. Jikes: Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(2), 117122.
https://qjurnal.my.id/index.php/jik/article/view/226
Panjaitan, M., Tampubolon, I. A., & Novelina, N. (2018). Korelasi pengetahuan, sikap
dan perilaku kesehatan gigi dan mulut terhadap indeks DMF-T. Prima Journal of
Oral and Dental Sciences, 1(1), 1620.
https://doi.org/https://doi.org/10.34012/primajods.v1i1.403
Putri Sari, P. E. M. U., Kusumadewi Giri, P. R., & Utami, N. W. A. (2019). Hubungan
perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap karies pada anak Sekolah
Dasar 1 Astina Kabupaten Buleleng, Singaraja-Bali. Bali Dental Journal, 3(1), 9
14. https://doi.org/10.51559/bdj.v3i1.127
Rahmayani, R. (2016). Hubungan Pola Makan dengan Angka Kejadian Penyakit Karies
Gigi Dan Stomatitis di SD Muhammadiyah 16 Surakarta [Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta]. http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/42155
Rakhmawati, N. S., Budiono, I., & Rustiana, E. R. (2020). Determinan Perilaku
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Remaja. Seminar Nasional
Pascasarjana UNES.
Rakhmawati, N. S., Budiono, I., Rustiana, E. R., & Subekti, A. (2021). Adolescents’
Personal Autonomy and Intentions on Dental and Oral Health Maintenance
Behaviour. Odonto : Dental Journal, 8(2), 97. https://doi.org/10.30659/odj.8.2.97-
105
Ramadhan, A., Cholil, C., & Sukmana, B. I. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Angka Karies Gigi di SMPN 1 Marabahan.
Dentino: Jurnal Kedokteran Gigi, 1(2), 6669.
Rasni, N. D. P., Khoman, J. A., & Pangemanan, D. H. C. (2020). Gambaran Kebiasaan
Menyikat Gigi dan Status Kesehatan Gingiva pada Anak Sekolah Dasar. e-GiGi,
8(2). https://doi.org/10.35790/eg.8.2.2020.29905
Rohimi, A., Widodo, W., & Adhani, R. (2018). Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi dan
Mulut dengan Indeks Karies DMF-T dan SIC (Tinjauan terhadap Siswa SMP Negeri
5 Marabahan di Kabupaten Barito Kualan). Dentin: Jurnal Kedokteran Gigi, 2(1),
5157.
Saptiwi, B., Hanafi, M., & Purwitasari, D. (2019). Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Dan Mulut Terhadap Status Kebersihan Gigi Dan Mulut (Ohi-S) Warga Samin
Surosentiko Kabupaten Blora. Jurnal Kesehatan Gigi, 6(1), 68.
https://doi.org/10.31983/jkg.v6i1.4436
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juli 2024 | 637
Senjaya, A. A., & Yasa, K. A. T. (2019). Hubungan Pengetahuan dengan Kebersihan Gigi
dan Mulut Siswa Kelas VII di SMPN 3 Selemadeg Timur Tabanan Tahun 2018.
Jurnal Kesehatan Gigi (Dental Health Journal), 6(2), 1922.
https://doi.org/https://doi.org/10.33992/jkg.v6i2.976
Sholiha, N., Purwaningsih, E., & Hidayati, S. (2021). Pengetahuan tentang Kebersihan
Gigi dan Mulut dengan Penggunaan Media Leaflet pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Gigi (JIKG), 3(2), 593602.
https://doi.org/https://doi.org/10.37160/jikg.v2i3.776
Tanjung, M. F. A. (2021). Hubungan Perilaku Kesehatan Gigi dengan Kejadian Karies
Gigi pada Anak di Kelurahan Pasar Baru Kecamatan Sei Tualang Raso Kota
Tanjung Balai Tahun 2020. Journal of Health Science and Physiotherapy, 3(2), 26
31. https://doi.org/https://dx.doi.org/10.35893/jhsp.v3i2.62
Yamamoto, T., Kondo, K., Aida, J., Fuchida, S., & Hirata, Y. (2014). Association
between the longest job and oral health: Japan Gerontological Evaluation Study
project cross-sectional study. BMC Oral Health, 14(1), 130.
https://doi.org/10.1186/1472-6831-14-130
Yekti, R., & Turnip, D. H. (2022). Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Terhadap
Kejadian Karies Gigi pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Angkatan 2019. EduMatSains : Jurnal Pendidikan, Matematika dan Sains, 6(2),
293302. https://doi.org/10.33541/edumatsains.v6i2.3546