JUSINDO, Vol. 6 No. 2, Juli 2024
p-ISSN: 2303-288X, e-ISSN: 2541-7207
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 619
Hubungan Kadar Karbon Monoksida dengan Gambaran Psikopatologi dan
Kognitif pada Pengemudi Ojek Online
Agnes Tineke Waney Rorong
1
, Rivo Mario Warouw Lintuuran
2*
, Dyani Pitra Velyani
3
,
Daniella Satyasari
4
, Ika Nur Fitriana
5
Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
1,2,3,4,5
1
2*
3
,
4
5
ABSTRAK
Kata Kunci: Karbon
Monoksida; Psikopatologi;
Kognitif; Pengemudi Ojek
Online
Keterpaparan bahan bakar bensin, di antaranya karbon-
monoksida (CO) dalam jangka panjang merupakan
konsekuensi kerja pengemudi ojek online (ojol). Afinitas
tinggi CO dengan hemoglobin (COHb) berpotensi toksik
terhadap kesehatan. Risiko gangguan jiwa meliputi depresi,
cemas, somatoform dan kognisi. Penelitian ini bertujuan
menilai hubungan kadar CO dengan psikopatologi dan kognisi
pada pengemudi ojek online. Metode penelitian ini
menggunakan desain potong lintang dengan populasi target
supir ojek online Jabodetabek bertempat di kampus B
Universitas Trisakti Jakarta. Pengukuran gambaran
psikopatologi menggunakan kuesioner SRQ-20, kognisi
dengan MMSE dan COHb (kadar tinggi 3,5%). Hasil
menunjukkan 123 responden dengan rerata usia 37,2 tahun;
gender laki-laki 80,5%; pendidikan SMA 74%; pendapatan
bulanan <= Rp. 4,9 juta (94,3%). Kadar COHb laki-laki 0,8x
lebih tinggi dibanding perempuan yang seluruhnya normal.
Terdapat hubungan signifikan antara gender dan kadar COHb
(p=0,029), dan antara kadar COHb dengan masa kerja > 5
tahun (p=0,029). Tidak terdapat hubungan signifikan antara
fungsi kognitif dan kadar COHb. Gambaran psikopatologi
sebanyak 26,8% namun tidak terdapat hubungan dengan kadar
COHb (p=0,778). Penelitian berikutnya direkomendasikan
untuk melihat faktor-faktor lain yang dapat memberi
kontribusi pada psikologi dan kognitif pengemudi ojek online.
ABSTRACT
Long-term exposure to gasoline, including carbon monoxide
(CO), is a consequence of the work of online motorcycle taxi
drivers. A high affinity of CO with hemoglobin (COHb) is
potentially toxic to health. Risks of mental disorders include
depression, anxiety, somatoform, and cognition. This study
aims to assess the relationship between CO levels and
psychopathology and cognition in online motorcycle taxi
drivers. This research method uses a cross-sectional design
with the target population of Jabodetabek online motorcycle
taxi drivers located on campus B of Trisakti University
Jakarta. Measurement of psychopathological features using
SRQ-20 questionnaire, cognition with MMSE and COHb
(high levels (3.5%). The results showed 123 respondents with
an average age of 37.2 years; male gender 80.5%; high school
Keywords: Carbon
Monoxide; Psychopathology;
Cognitive; Online Ojek Driver
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 620
education 74%; monthly income <= Rp. 4.9 million (94.3%).
Male COHb levels were 0.8x higher than those of all-normal
women. There was a significant relationship between gender
and COHb levels (p = 0.029), and between COHb levels and
working life of > 5 years (p = 0.029). There was no significant
association between cognitive function and COHb levels.
Psychopathological features were 26.8%, but there was no
relationship with COHb levels (p = 0.778). Subsequent
research is recommended to look at other factors that may
contribute to the psychology and cognitive of online
motorcycle taxi drivers.
Coresponden Author: Rivo Mario Warouw Lintuuran
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Penggunaan aplikasi ojek online (ojol) mulai populer sejak tahun 2015, dimulai dari
fasilitas transportasi dengan motor, sampai akhirnya berkembang ke layanan pesan antar
makanan, paket, belanja kebutuhan dapur, tiket dan lainnya (Azizah & Adawia, 2018). Tren
digitalisasi ini bukan saja menciptakan kemudahan bagi penggunanya, tetapi juga membuka
banyak lapangan pekerjaan, termasuk bagi pengemudi ojek online. Menurut data dari
Asosiasi Ojek Online Gabungan Aksi Roda Dua (GARDA) pada bulan April 2020, ada lebih
dari empat juta pengemudi ojol yang tersebar di seluruh Indonesia (Joddy dkk., 2022).
Sekitar
25% dari jumlah tersebut berada di wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi
(Jabodetabek). Profesi sebagai pengemudi ojek online cukup banyak diminati dan dikerjakan
oleh masyararakat Indonesia, baik sebagai pekerjaan tetap, maupun paruh waktu (S, 2019).
Pekerjaan ini memiliki berbagai kelebihan, yaitu waktu dan tempat bekerja yang
fleksibel karena dapat dilakukan dimana saja, perlindungan asuransi, serta pendapatan dan
bonus yang cukup menguntungkan. Pekerjaan ini tidak lepas dari kekurangan, seperti risiko
kecelakaan yang cukup tinggi, kelelahan, nyeri di beberapa bagian tubuh, kurang tidur yang
dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan masalah kesehatan jiwa (Anggamguna dkk.,
2021; Borroni dkk., 2022). Beberapa faktor yang berkontribusi timbulnya kekurangan
tersebut adalah jam kerja dan tidur yang padat atau tidak teratur, serta paparan Karbon
Monoksida (CO) secara kronis atau terus menerus. Dampak jangka panjang dari paparan CO
dapat menyebabkan penyakit fisik dan jiwa, serta penderitaan dan penurunan kualitas hidup
(Huang dkk., 2022).
Dampak paparan CO jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik, jiwa dan
berkurangnya kualitas hidup (Huang dkk., 2022; Yeh dkk., 2014). Manifestasi fisik dan
neurologis dari paparan CO yang rendah sampai berat maupun cepat atau tertunda adalah
masalah kognitif (memori dan konsentrasi), perubahan emosi (anxietas dan depresi), sakit
kepala, kelelahan, defisit motorik, kejang, dan kematian (Palmeri & Gupta, 2023; Wilbur dkk., 2013).
Depresi dan anxietas terdeteksi pada 45% subyek pada minggu ke- 6, 44% pada bulan ke-6,
dan 43% pada bulan ke-12 setelah terpapar polusi udara (Kim dkk., 2016; Power dkk., 2015).
Penelitian lainnya menunjukkan dampak paparan CO pada psikopatologi dan gangguan
kognitif yang tidak nyata atau sulit terdeteksi (Li dkk., 2018; Rose dkk., 2020). Beberapa
penelitian telah dilakukan pada populasi khusus namun belum pernah pada ojol dan secara
khusus melihat dampak paparan CO dalam kehidupan sehari-hari terhadap masalah emosi
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 621
dan kognitif. Penelitian ini akan mencari hubungan antara kadar CO dengan psikopatologi
dan kognitif pada pengemudi ojol di Jakarta
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara kadar CO dengan gambaran psikopatologi dan kognitif pengemudi ojek
online. Besaran sampel penelitian adalah 123 responden yang merupakan pengemudi ojol di
Jabodetabek. Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari komite etik. Lokasi
penelitian bertempat di universitas swasta Jakarta pada bulan September 2022.
Seleksi sampel penelitian menggunakan teknik Consecutive Sampling. Kriteria inklusi
adalah pengemudi ojol minimal bekerja satu tahun di Jabodetabek, usia 18-59 tahun, bersedia
mengikuti penelitian (menandatangani informed consent), dan mampu membaca dan menulis.
Kritera eksklusi adalah pengemudi ojol dalam kondisi tidak kooperatif dan agresif, dalam
kondisi hamil, dan mengalami penyakit berat dan kronik (kanker, autoimun, diabetes mellitus,
hipertensi, gagal jantung, gagal ginjal kronis).
Pengambilan sampel dimulai dari pengisian data dasar yang ditulis oleh responden.
Setelah itu, responden diarahkan untuk melakukan pengambilan darah guna mengukur kadar
CO dalam hemoglobin darah yang hasilnya dikirim ke laboratorium.
Setelah selesai pengambilan darah, responden akan diarahkan untuk duduk dan mengisi
kuisioner self-reported questionnaire-20 (SRQ-20). SRQ-20 adalah kuesioner mengenai
gambaran psikopatologi dan dinilai sendiri oleh responden (self-administered questionnaire).
Terdapat 20 item pertanyaan yang berisikan pilihan jawaban “tidak” dan “ya”. Penilaiannya
diberikan skor 0 untuk pilihan jawaban “tidak” dan 1 untuk pilihan jawaban “ya”. Skor 1
mengindikasikan adanya gejala yang diwakili oleh item pertanyaan tersebut dalam 30 hari
terakhir, sedangkan skor 0 mengindikasikan tidak adanya gejala tersebut. Skor maksimum total
adalah 20, sesuai dengan jumlah item pertanyaan. Terdapat cut off universal yang digunakan,
yaitu ≥6. Bila ada setidaknya enam jawaban “ya”, maka kemungkinan besar ada masalah
psikologis yang sedang dialami dalam 30 hari dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuisioner ini sekitar lima sampai dengan 10 menit
(WHO, 1994).
Responden kemudian mengisi kuisioner Mini-Mental State Examination (MMSE) yang
akan ditanyakan oleh peneliti. MMSE digunakan untuk menapis hendaya atau disfungsi
kognitif. Penilaian dilakukan secara singkat (7–10 menit) terhadap orientasi, memori, bahasa,
atensi, kalkulasi, praksis serta kemampuan visuospasial. MMSE mencakup 11 butir dengan
kategori : (Folstein dkk., 2010)
Orientasi (waktu, tempat, orang): 10 poin
Registrasi (menyebut tiga nama benda berbeda kategori): 3 poin
Atensi dan kalkulasi (pengurangan 7 dari 100 secara serial atau mengeja terbalik kata
"dunia"): 5 poin
Delayed recall (mengingat kembali tiga nama benda): 3 poin
Bahasa (menyebut nama benda, pengulangan kata, menulis kalimat, membaca dan
melakukan instruksi): 8 poin
Konstruksi (menyalin pola): 1 poin.
Poin diberikan untuk tiap jawaban yang benar dan nilai maksimal 30 poin menandakan tidak
adanya hendaya kognitif. Nilai MMSE sangat beragam, namun umumnya ditetapkan hasil
seperti berikut : (Folstein dkk., 2010)
Hendaya kognitif berat: 0–10
Hendaya kognitif sedang: 11–20
Hendaya kognitif ringan: 21–26
Tanpa hendaya kognitif: 27–30
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 622
Mula-mula dilakukan uji normalitas data dari semua variabel, menggunakan uji
Komogorov Smirnov. Bila data terdistribusi normal akan digunakan tes parametrik sedangkan
bila tidak normal akan digunakan tes non parametrik. Data karakteristik (usia, jenis kelamin,
pendidikan, lama bekerja sebagai pengemudi ojek online, perkiraan pendapatan per bulan, dan
kadar COHb) subjek penelitian akan ditampilkan secara deskriptif menggunakan rerata dan
deviasi standar bila distribusi sampel normal, sedangkan bila distribusi sampel tidak normal
maka akan digunakan median dan rentang antar kuartil terendah dan tertinggi. Untuk menilai
adanya hubungan antara kadar CO dengan gambaran psikopatologi dan kognitif digunakan uji
korelasi Pearson dengan tingkat kemaknaan p<0,05 berbeda bermakna.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1 Karakteristik Responden (n=123)
Karakteristik
% (SD)
Usia
Rerata (SD): 37.20 (7.85)
17 - 25 tahun
13 (10.6)
26 – 35 tahun
32 (26)
36 – 45 tahun
59 (48)
46 – 55 tahun
19 (15.4)
≥ 56 tahun
0
Jenis Kelamin
Laki-laki
99 (80.5)
Perempuan
24 (19.5)
Pendidikan
SD
2 (1.6)
SMP
21 (17.1)
SMA
91 (74)
Diploma
7 (5.7)
Sarjana
2 (1.6)
Durasi kerja
< 5 years
70 (56.9)
≥ 5 years
53 (43.1)
Pendapatan bulanan
≤Rp. 4.901.798
116 (94.3)
>Rp. 4.901.798
7 (5.7)
Berdasarkan tabel 1 diatas, rerata usia responden adalah 37,2 tahun dengan
proporsi jenis kelamin laki-laki 80,5%. Status Pendidikan responden terbanyak adalah
tamat SMA (74%), dengan durasi kerja terbanyak adalah dibawah lima tahun (56,9%).
Dari total 123 responden, mayoritas memiliki gaji bulanan ≤Rp. 4.901.798 (94.3%).
Tabel 2 Skor SRQ-20, MMSE dan kadar COHb (n=123)
Skor
Frekeunsi (%)
SRQ-20 (%)
<6
90 (73.2)
≥6
33 (26.8)
MMSE (%)
27- 30
94 (76.4)
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 623
21- 26
29 (23.6)
11- 20
0
0 - 10
0
Kadar COHb (%)
≤3.5%
105 (85.4)
>3.5%
18 (14.6)
Berdasarkan data tabel 2, hasil pemeriksaan SRQ-20 menunjukkan mayoritas responden
melaporkan skor < 6 (73,2%) yaitu kategori tanpa psikopatologi. Pada pemeriksaan MMSE,
lebih banyak responden dengan skor 27 30 (76.4%) atau kategori normal fungsi kognitif. Hasil
laboratorium kadar COHb menunjukkan lebih banyak pada kadar ≤3.5% atau kadar normal.
Table 3 Kadar COHb dan psikopatologi
COHb
Psikopatologi
Ya
Tidak
Total
p value
n
%
n
%
n
%
>3.5
4
3.3
14
11.4
18
14.6
0.778
cs
≤3.5
29
23.6
76
61.8
105
26
Total
33
26.8
90
73.2
123
100
cs) Chi-Square test
Tabel 4 Kadar COHb dan fungsi kognitif
COHb
Disfungsi Kognitif
Ya
Tidak
Total
p value
n
%
n
%
n
%
>3.5
7
5.7
11
8.9
18
14.6
0.098
cs
≤3.5
22
17.9
83
67.5
105
85.4
Total
33
26.8
90
73.2
123
100
cs) Chi-Square test
Analisis pada tabel 3 mengenai hubungan antara COHb dan psikopatologi menunjukkan
tidak ada perbedaan bermakna antara kadar tinggi dan normal COHb dengan adanya
psikopatologi (p=0.778). Tidak ditemukan juga perbedaan bermakna antara COHb dan
disfungsi kognitif (p=0.098) seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 5 Kadar COHb dan psikopatologi
Usia
(tahun)
COHb
>3.5
≤3.5
Total
p value
n
%
n
%
n
%
17 – 25
1
0.8
12
9.8
13
10.6
0.620
26 – 35
3
2.4
29
23.6
332
26
36 – 45
10
8.1
49
39.8
59
48
46 – 55
4
3.3
15
12.2
19
15.4
56
0
0
0
0
0
0
Jenis
kelamin
Laki-laki
18
14.6
81
65.9
99
80.5
0.024
cs
Perempuan
0
0
24
19.5
24
19.5
Pendidikan
SD
2
1.6
0
0
2
1.6
0.454
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 624
SMP
20
16.3
1
0.8
21
17.1
SMA
76
51.8
15
12.2
91
74
Diploma
5
4.1
2
1.6
7
5.7
S1
2
1.6
0
0
2
1.6
Lama
bekerja
≥ 5 years
12
9.8
41
33.3
53
43.1
0.029
< 5 years
6
4.9
64
52
70
56.9
Pendapatan
bulanan
≤Rp. 4.901.798
17
13.8
99
80.5
116
94.3
0.728
>Rp. 4.901.798
1
0.8
6
4.9
7
5.7
cs) Chi Square test
Berdasarkan tabel 5, ditemukan hubungan bermakna antara kadar COHb dengan jenis
kelamin (p=0.024) dan lama bekerja (p=0.029). Namun tidak ditemukan hubungan bermakna
antara kadar COHb dengan usia (p=0.620), pendidikan (p=0.454), dan pendapatan bulanan
(p=0.728).
Penelitian ini melaporkan tidak adanya hubungan antara COHb dan psikopatologi. Hal
ini kemungkinan disebabkan oleh lebih banyak partisipan tanpa psikopatologi dan juga lebih
banyak dengan hasil kadar COHb normal. Penelitian di Amerika menunjukkan dampak
signifikan apabila seseorang terpapar kadar CO tinggi (COHb >10%) sehingga lebih tinggi dari
kategori kadar yang ada pada responden penelitian ini (Can dkk., 2019). Faktor-faktor lain yang
mungkin dapat berkontribusi dan tidak dimasukkan dalam penelitian ini adalah konsentrasi
ambien udara CO, lama paparan, dan ventilasi alveolar (Liu dkk., 2017; Pan dkk., 2020).
Kondisi lama bekerja mayoritas responden kurang dari lima tahun mungkin dapat berpengaruh
terhadap tidak adanya hubungan COHb dan psikopatologi sesuai dengan yang dilaporkan oleh
penelitian lain bahwa stres kronik dapat meningkatkan masalah psikologis (Kim dkk., 2016).
Penelitian in juga tidak menunjukkan hubungan bermakna antara kadar COHb dan
fungsi kognitif. Hal ini terjadi kemungkinan karena mayoritas responden penelitian ini terpapar
CO rendah (
≤3.5 %)
dengan lama bekerja < 5 tahun, berbeda dengan penemuan penelitian lain
bahwa paparan CO yang lebih tinggi (> 10%) dan lama bekerja (6 tahun) yang dapat
menyebabkan pada gejala kognitif (Can dkk., 2019; Ning dkk., 2020).
Responden ojol yang
bekerja dibawah 5 tahun kemungkinan kurang terpapar kadar toksik CO yang dapat
menimbulkan masalah kognitif.
Hubungan bermakna ditunjukkan antara kadar COHb dengan jenis kelamin dan lama
bekerja. Hal ini mungkin disebabkan oleh jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan
di bidang pekerjaan ojol dan juga dalam penelitian ini. Hubungan ini mungkin juga dipengaruhi
pengurangan paruh waktu (t1/2) COHb untuk perempuan yang secara konsisten lebih pendek
dari laki-laki (Zavorsky dkk., 2014). Semakin lama tahun bekerja pengemudi ojol, semakin
meningkat juga paparan CO yang dapat mempengaruhi proses peradangan pada tingkat jaringan
atau seluler.
Ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini. Teknik consecutive sampling tidak
secara akurat mewakili populasi pengemudi ojol di Jabodetabek. Lama bekerja perlu ditinjau
dalam ukuran jam bukan per tahun seperti pada penelitian ini. Kurangnya data lama bekerja
dalam hitungan jam per hari dapat mempengaruhi penilaian dari total durasi paparan CO.
Untuk penelitian selanjutnya, sangat direkomendasikan untuk mengambil responden
yang sama jumlahnya untuk jenis kelamin atau memasukan kategori jenis kelamin dalam
kriteria inklusi/eksklusi. Beberapa variabel lainnya yang perlu diperhatikan juga yaitu
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 625
mengeklusi kemungkinan polutan lain maupun variabel lainnya yang dapat mempengaruhi
psikopatologi dan fungsi kognitif.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan paparan CO seiring waktu dapat meningkatkan risiko kadar
COHb tinggi. Dengan demikian, edukasi dampak CO perlu diberikan kepada pengemudi ojol
atau mereka yang bekerja di sektor transportasi publik. Pemeriksaan kesehatan rutin perlu
dilakukan kepada pengemudi untuk mengurangi risiko terhadap kesehatan mereka. Penelitian
lanjutan diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi pada kadar
COHb dan dampaknya pada psikopatologi dan fungsi kognitif pengemudi ojol.
Daftar Pustaka
Anggamguna, M., Justitia, B., Kusdiyah, E., Humaryanto, H., & Darmawan, A. (2021). Tingkat
Pengetahuan Pengendara Ojek Online Mengenai Pertolongan Pertama (First Aid) Trauma
Muskuloskeletal Akibat Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Jambi. Jurnal of Medical Studies, 1(2),
31–47.
Azizah, A., & Adawia, P. R. (2018). Analisis Perkembangan Industri Transportasi Online di Era. Inovasi
Disruptif (Studi Kasus PT Gojek Indonesia). Jurnal Humaniora Universitas Bina Sarana
Informatika, 18(2).
Beusenberg, M., Orley, J. H., & Organization, W. H. (1994). A User’s guide to the self reporting
questionnaire (SRQ. World Health Organization.
Borroni, E., Pesatori, A. C., Bollati, V., Buoli, M., & Carugno, M. (2022). Air pollution exposure and
depression: A comprehensive updated systematic review and meta-analysis. Environmental
Pollution, 292, 118245. https://doi.org/10.1016/j.envpol.2021.118245
Can, G., Sayılı, U., Aksu Sayman, Ö., Kuyumcu, Ö. F., Yılmaz, D., Esen, E., Yurtseven, E., & Erginöz,
E. (2019). Mapping of carbon monoxide related death risk in Turkey: a ten-year analysis based on
news agency records. BMC Public Health, 19(1), 9. https://doi.org/10.1186/s12889-018-6342-4
Folstein, M. F., Folstein, S. E., & Fanjiang, G. (2010). Principles and Practice of Geriatric Psychiatry
(J. R. M. Copeland, M. T. Abou‐Saleh, & D. G. Blazer, Ed.). Wiley.
https://doi.org/10.1002/0470846410
Huang, C.-C., Ho, C.-H., Chen, Y.-C., Hsu, C.-C., Lin, H.-J., Wang, J.-J., Su, S.-B., & Guo, H.-R.
(2022). Association between carbon monoxide poisoning and adrenal insufficiency: a nationwide
cohort study. Scientific Reports, 12(1), 16219. https://doi.org/10.1038/s41598-022-20584-y
Joddy, S. A., Wahyuni, I., & Kurniawan, B. (2022). Hubungan Antara Perilaku Safety Riding dan Stres
Kerja Terhadap Kecelakaan Kerja Pada Pengendara Ojek Online Komunitas X Tembalang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (Undip), 10(2), 213–218. https://doi.org/10.14710/jkm.v10i2.32689
Kim, K.-N., Lim, Y.-H., Bae, H. J., Kim, M., Jung, K., & Hong, Y.-C. (2016). Long-Term Fine
Particulate Matter Exposure and Major Depressive Disorder in a Community-Based Urban Cohort.
Environmental Health Perspectives, 124(10), 1547–1553. https://doi.org/10.1289/EHP192
Li, T., Hu, R., Chen, Z., Li, Q., Huang, S., Zhu, Z., & Zhou, L.-F. (2018). Fine particulate matter (PM2.
5): The culprit for chronic lung diseases in China. Chronic diseases and translational medicine,
4(03), 176–186.
Liu, S., Zhou, Y., Liu, S., Chen, X., Zou, W., Zhao, D., Li, X., Pu, J., Huang, L., Chen, J., Li, B., Liu,
S., & Ran, P. (2017). Association between exposure to ambient particulate matter and chronic
obstructive pulmonary disease: results from a cross-sectional study in China. Thorax, 72(9), 788–
795. https://doi.org/10.1136/thoraxjnl-2016-208910
Jurnal Sehat Indonesia: Vol. 6, No. 2, Juni 2024 | 626
Ning, K., Zhou, Y.-Y., Zhang, N., Sun, X.-J., Liu, W.-W., & Han, C.-H. (2020). Neurocognitive
sequelae after carbon monoxide poisoning and hyperbaric oxygen therapy. Medical Gas Research,
10(1), 30. https://doi.org/10.4103/2045-9912.279981
Palmeri, R., & Gupta, V. (2023). Carboxyhemoglobin Toxicity. StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557888/
Pan, K.-T., Leonardi, G. S., & Croxford, B. (2020). Factors Contributing to CO Uptake and Elimination
in the Body: A Critical Review. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 17(2), 528. https://doi.org/10.3390/ijerph17020528
Power, M. C., Kioumourtzoglou, M.-A., Hart, J. E., Okereke, O. I., Laden, F., & Weisskopf, M. G.
(2015). The relation between past exposure to fine particulate air pollution and prevalent anxiety:
observational cohort study. BMJ, h1111. https://doi.org/10.1136/bmj.h1111
Rose, J. J., Bocian, K. A., Xu, Q., Wang, L., DeMartino, A. W., Chen, X., Corey, C. G., Guimarães, D.
A., Azarov, I., Huang, X. N., Tong, Q., Guo, L., Nouraie, M., McTiernan, C. F., O’Donnell, C. P.,
Tejero, J., Shiva, S., & Gladwin, M. T. (2020). A neuroglobin-based high-affinity ligand trap
reverses carbon monoxide–induced mitochondrial poisoning. Journal of Biological Chemistry,
295(19), 6357–6371. https://doi.org/10.1074/jbc.RA119.010593
S, M. (2019). Pengaruh Kualitas Pelayanan Driver Ojek Online Terhadap Kepuasan Konsumen pada
Gojek Area Tangerang Selatan. Scientific Journal of Reflection: Economic, Accounting,
Management and Business , 2(3), 271–280.
Wilbur, S., Williams, M., Williams, R., Scinicariello, F., Klotzbach, J. M., Diamond, G. L., & Citra, M.
(2013). Toxicological Profile for Carbon Monoxide.
Yeh, Z.-T., Tsai, C.-F., Yip, P.-K., Lo, C.-Y., Peng, S.-M., Chen, S.-Y., & Kung, L.-Y. (2014).
Neuropsychological Performance in Patients With Carbon Monoxide Poisoning. Applied
Neuropsychology: Adult, 21(4), 278–287. https://doi.org/10.1080/23279095.2013.811670
Zavorsky, G. S., Tesler, J., Rucker, J., Fedorko, L., Duffin, J., & Fisher, J. A. (2014). Rates of carbon
monoxide elimination in males and females. Physiological Reports, 2(12), e12237.
https://doi.org/10.14814/phy2.12237